Rumah247.com – Banyak yang memaknai definisi high rise building atau yang Anda kenal dengan bangunan jangkung secara berbeda. Namun yang jelas sesuai namanya, bangunan ini secara fisik merupakan bangunan bertingkat tinggi. Melansir Designing Building, bangunan ini memiliki banyak lantai sehingga penghuninya perlu menggunakan lift untuk mencapai tempat yang dituju.
Biasanya yang termasuk kategori ini adalah bangunan dengan lebih dari 7 lantai – 10 lantai atau dengan ketinggian 23 meter – 30 meter. Namun Home Quality Mark mendefinisikan high rise sebagai bangunan yang tingginya 18 meter atau lebih. Ketinggian bangunan ini secara historis terkait dengan jangkauan peralatan dan penyelamatan layanan pemadam kebakaran. Di sisi lain, ada sejumlah pemerintahan di berbagai bagian negara menurunkan ambang batas ketinggian 18 meter menjadi 11 meter.
Selain itu, high rise sangat berbeda dengan mid-rise yang juga bangunan bertingkat tetapi diklasifikasikan ‘rendah’. Bangunan ini tak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai bertingkat tinggi. Ini karena mid-rise merupakan bangunan bertingkat menengah antara lima sampai sepuluh lantai yang sama-sama dilengkapi dengan lift.
- Mengenal High Rise Building
- 10 Karakteristik High Rise Building
1. Tinggi Bangunan
2. Jenis Struktur Bangunan
3. Luas Lantai
4. Typical
5. Keterbatasan Lahan
6. Pengaruh Angin dan Gempa yang Tinggi
7. Risiko Tinggi
8. Kompleksitas Tinggi
9. Target Mutu yang Tinggi
10. Tuntutan Safety yang Tinggi
- 5 Jenis Sistem Struktur High Rise Building
1. Sistem Struktur Rigid Frame (Rangka Kaku)
2. Sistem Struktur Rigid Frame and Core
3. Sistem Struktur Parallel Bearing Wall
4. Sistem Struktur Bearing Wall and Core
5. Sistem Struktur Flat Plate
- Contoh High Rise Building di Indonesia
1. Mengenal High Rise Building
Ada banyak istilah yang digunakan untuk mendefinisikan bangunan tinggi, salah satunya adalah
high rise building. Merujuk definisi yang disebutkan
Britannica, gedung-gedung tinggi pertama dibangun di Amerika Serikat pada tahun 1880-an. Bangunan ini rupanya muncul di daerah perkotaan di mana kenaikan harga tanah dan kepadatan penduduk yang besar. Sehingga menciptakan permintaan dan kebutuhan untuk bangunan yang tingginya secara vertikal daripada menyebar secara horizontal.
Bangunan bertingkat tinggi pun dibuat praktis dengan penggunaan rangka struktur baja dan selubung eksterior kaca. Pada pertengahan abad ke-20, bangunan seperti itu telah menjadi fitur standar lanskap arsitektur di sebagian besar negara di dunia. Faktor terpenting dalam desain bangunan bertingkat tinggi adalah kebutuhan bangunan untuk menahan gaya lateral yang ditimbulkan oleh angin dan potensi gempa. Sebagian besar bangunan tinggi memiliki rangka yang terbuat dari baja atau baja dan beton.
Nah, karena ketinggiannya dan populasi penghuninya yang besar, gedung-gedung tinggi memerlukan penyediaan sistem keselamatan jiwa yang cermat. Bangunan ini harus menyediakan standar pencegahan kebakaran harus ketat, dan ketentuan untuk sarana jalan keluar yang memadai jika terjadi kebakaran, pemadaman listrik, atau kecelakaan lainnya. Meski awalnya dirancang untuk tujuan komersial, kini banyak gedung tinggi yang dialihfungsikan untuk berbagai keperluan. Jadi, jangan heran kalau ada kombinasi ruang kantor, perumahan, ritel, hingga hotel dalam satu gedung.
2. 10 Karakteristik High Rise Building
Sejak kemunculan pertama gedung-gedung tinggi, telah terjadi transformasi dalam desain dan pembangunannya. Bangunan tinggi memuncak pun hadir dalam struktur kaca, baja, dan beton dalam gaya arsitektur internasional dan postmodernis yang lazim saat ini. Tentunya, ada banyak alasan lain mengapa gedung-gedung tinggi diberi penekanan dalam arsitektur perkotaan modern. Berikut sejumlah karakteristik yang perlu Anda ketahui tentang bangunan tinggi.
1. Tinggi Bangunan
Umumnya, struktur bangunan bertingkat tinggi dianggap sebagai struktur yang memanjang lebih tinggi dari jangkauan maksimum peralatan pemadam kebakaran yang tersedia. Dalam jumlah ini telah ditetapkan secara bervariasi antara 75 kaki (23 meter) dan 100 kaki (30 meter).
2. Jenis Struktur Bangunan
Sebuah bangunan bertingkat lebih tinggi dari 21 meter atau sebanyak 21-29 lantai bangunan digambarkan sebagai struktur bertingkat tinggi. Berbagai sistem struktur tersedia untuk digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat.
Struktur tersebut agar gedung dapat membagi beban sehingga mampu menahannya meskipun terjadi getaran akibat gempa. Misalnya pada struktur rangka kaku, balok dan kolom dikonstruksi secara monolitik untuk menahan momen yang diberikan akibat beban.
3. Luas Lantai
Agar dapat disebut sebagai high rise building, sebuah bangunan harus memiliki luas lantai minimal 750m2 dan maksimal seluas 1500m2. Sebuah gedung yang dikategorikan high rise building tentu harus terlihat besar untuk mendukung penampilannya yang sangat tinggi.
Selain itu, karena high rise building biasa dibangun di daerah perkotaan, maka lahan kosong menjadi sangat terbatas sehingga sebuah gedung pencakar langit diberi batas ketika ingin dibangun. Pertimbangan nilai estetika juga menjadi dasar pembangunannya.
Gedung perkantoran bertingkat tinggi masuk ke dalam high rise building. Apabila Anda mencari sewa gedung kantor, lihat pilihannya di sini!
4. Typical
Karakteristik orientasi fisik untuk bangunan tinggi adalah vertikal. Artinya, bangunan tersebut lurus ke atas. Meskipun memiliki sejumlah desain unik, tetapi bangunan gedung tinggi selalu dibuat vertikal.
5. Keterbatasan Lahan
Di antara masalah paling mendesak yang telah mendorong pembangunan gedung tinggi dan kemungkinan akan terus berlanjut adalah peningkatan populasi perkotaan di seluruh dunia. Pada 2030, diperkirakan sekitar 60 persen dari populasi dunia akan menjadi perkotaan.
Sementara pada 2050, lebih dari 80 persen populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan ketika populasi dunia diperkirakan mencapai 9 miliar. Untuk mengakomodasi populasi yang begitu besar di kota-kota akan menjadi tantangan besar. Oleh karenanya, bangunan horizontal di kota-kota besar juga semakin ketat, sehingga alternatifnya adalah membangun high rise building untuk menampung orang.
6. Pengaruh Angin dan Gempa yang Tinggi
Biasanya bangunan tinggi memiliki bentuk yang langsing dan tinggi. Secara fisika maka bangunan ini akan sangat dipengaruhi oleh adanya gempa maupun tekanan angin dari sekeliling bangunan. Untuk itu biasanya bangunan tinggi memiliki sistem aerodinamika yang baik serta struktur yang dapat bertahan dalam goncangan.
7. Risiko Tinggi
Membangun bangunan tinggi harus memikirkan dampak bencana alam: gempa bumi, banjir, angin topan, dan badai salju. Ancaman yang ditimbulkan diperoleh dari beban angin dan api. Kecepatan angin yang bervariasi antara tanah dan tingkat yang lebih tinggi, pemendekan elastis elemen bangunan dengan bertambahnya berat bangunan, memompa dan menempatkan beton, serta bahan lain seperti jendela pada tingkat tinggi. Kemungkinan yang paling penting, memastikan bangunan tetap rata, benar-benar vertikal, dan tidak terlalu bergoyang.
8. Kompleksitas Tinggi
Pembangunan sebuah high rise building secara rinci membutuhkan suatu rangkaian proses analisis yang panjang dan rumit serta mempunyai syarat-syarat dalam proses perencanaan mau pelaksanaanya.
9. Target Mutu yang Tinggi
Bangunan bertingkat tinggi memiliki ukuran besar, peralatan yang kompleks dan fungsional internal yang harus memenuhi berbagai persyaratan. Semua ini yang menyebabkan permintaan dan tuntutan yang lebih tinggi dari bangunan tinggi. Tak hanya mempertimbangkan estetika dan penggunaan saja.
Tips Rumah247.com
Agar dapat disebut sebagai high rise building, sebuah bangunan harus memiliki luas lantai minimal 750m2 dan maksimal seluas 1500m2. Sebuah gedung yang dikategorikan high rise building tentu harus terlihat besar untuk mendukung penampilannya yang sangat tinggi.
10. Tuntutan Safety yang Tinggi
Banyak dari Anda pasti takut terjebak saat terjadi kebakaran di lantai atas gedung tinggi. Maka dari itu, meningkatkan kinerja dan keselamatan di high rise building melibatkan penyediaan langkah-langkah pengendalian pasif dan aktif seperti bahan tahan api, jalan keluar yang tepat dalam tata letak bangunan, kompartementalisasi untuk mencegah penyebaran api bersama dengan pemadaman kebakaran yang tepat, deteksi kebakaran dan sistem alarm, alat penyiram dan sistem pemadam kebakaran, sampai tindakan darurat dan rencana evakuasi yang terperinci.
3. 5 Jenis Sistem Struktur High Rise Building
Saat ini, banyak kota di berbagai negara memiliki gedung-gedung bertingkat. Biasanya, bangunan ini hanya memiliki kegunaan terbatas dan terutama difokuskan pada fungsi sebagai apartemen, hotel, dan gedung perkantoran, meskipun kadang-kadang termasuk fasilitas ritel dan pendidikan. Selain itu, karena high rise building adalah salah satu bangunan terbesar yang dibangun, maka fungsi komersial dan kantornya memerlukan tingkat fleksibilitas yang tinggi.
Itulah mengapa seperti dikutip dari
Construction Exec, penting bagi bangunan bertingkat untuk memiliki sistem struktur atau kerangka struktural, yakni kumpulan elemen yang saling terkait atau saling bergantung yang membentuk struktur kompleks.
Sistem struktural ini dibangun dan dirancang untuk menahan beban yang berbeda. Anda pastinya tak menginginkan bangunan bertingkat yang mudah roboh. Untuk memberikan lebih banyak informasi tentang sistem struktur pada high rise building, simak penjelasan di bawah ini!
1. Sistem Struktur Rigid Frame (Rangka Kaku)
Dalam struktur semacam ini, balok dan kolom dibangun secara monolitik untuk menahan beban. Sistem rangka kaku lebih cocok untuk bangunan beton bertulang. Meskipun sistem ini juga dapat digunakan dalam konstruksi baja, tetapi sambungannya akan mahal. Komponen struktur rangka kaku dapat menahan kelenturan, beban aksial, dan gaya geser. Fakta menariknya, struktur tertinggi di dunia yakni Burj Khalifa, dibangun menggunakan sistem rangka kaku.
2. Sistem Struktur Braced Frame
Struktur ini lebih banyak digunakan dalam konstruksi baja dan cocok untuk bangunan bertingkat di kisaran ketinggian rendah hingga menengah. Salah satu keuntungan struktur ini adalah dapat diulang hingga ketinggian bangunan dan ekonomis dalam desain dan fabrikasi. Sayangnya, ada juga kemungkinan menghalangi perencanaan internal, mempengaruhi lokasi pintu dan jendela.
3. Sistem Struktur Wall Frame
Struktur ini terdiri dari dinding dan bingkai yang berinteraksi secara horizontal dan menghasilkan sistem yang lebih kuat dan lebih kaku. Dalam sistem ini, dinding biasanya padat dan dapat ditemukan di sekitar poros elevator, tangga dan/atau di sekeliling bangunan. Selain itu, dinding juga dapat memberikan efek positif pada kinerja rangka seperti mencegah keruntuhan lantai yang lunak.
4. Sistem Struktur Shear Wall
Struktur ini biasanya dibangun sebagai inti bangunan. Dalam hal menguatkan gedung tinggi baik beton bertulang atau struktur baja, sistem ini sangat cocok karena memiliki kekakuan dan kekuatan bidang yang besar. Selain itu, sistem ini cocok untuk bangunan hotel dan tempat tinggal yang memiliki perencanaan berulang dari lantai ke lantai yang memungkinkan dinding menjadi kontinyu secara vertikal.
5. Sistem Struktur Core and Outrigger
Sistem struktural ini dirancang untuk meningkatkan kekakuan dan kekuatan bangunan dengan menghubungkan inti ke kolom luar yang berjarak dekat. Pada dasarnya, sistem outrigger berfungsi dengan menyatukan dua sistem struktural, yakni sistem inti dan sistem perimeter. Sistem struktur semacam ini secara praktis digunakan untuk bangunan sampai dengan 70 lantai dan bangunan yang lebih tinggi karena efisiensi yang lebih besar dicapai dalam menahan gaya.
4. Contoh High Rise Building di Indonesia
Pada 2021, Ibukota Jakarta akan memiliki daftar bangunan tertinggi yang baru, yakni Thamrin Nine Tower. Ini dengan catatan, jika penyelesaiannya konstruksinya tepat waktu. Thamrin Nine sendiri merupakan sebuah high rise building dengan ketinggian di atas 150 meter. Lokasinya ada di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat. Saking tingginya, Thamrin Nine diklaim hampir terlihat dari seluruh kawasan perkantoran Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Tak hanya Thamrin Nine Tower, contoh high rise building lainnya di Indonesia yang masih dalam tahap konstruksi mencakup Icon Tower 1 setinggi 350 meter yang merupakan kantor dan hotel, Thamrin Nine Tower 1 Jakarta setinggi 334 meter yang merupakan bangunan kantor dan hotel, serta Fortune Tower Jakarta setinggi 317 meter.
Namun saat ini, dari sejumlah gedung tinggi di Indonesia yang telah beroperasi hingga 2021, julukan bangunan tertinggi masih dipegang oleh Gama Tower setinggi 286 meter yang juga merupakan kantor dan hotel. Menyusul ada Treasury Tower setinggi 280 meter yang merupakan bangunan kantor. Peringkat ketiga hingga kelima masih dipegang Wisma 46, Menara Astra, dan Sahid Sudirman Center. Masing-masing dengan ketinggian 262 meter, 262 meter, dan 258 meter.