Rumah247.com – Consumer Sentiment Study Semester II 2020 menunjukkan penurunan indeks sentimen properti. Meski demikian, responden mengaku cukup puas dengan kondisi properti saat ini.
Indeks sentimen properti merangkum semua penilaian responden terkait pasar properti seperit kepuasan terhadap iklim properti, kinerja pemerintah, hingga prospek terhadap kenaikan harga properti. Indeks sentiment properti pada semester kedua ini turun 3,6% dibandingkan semester sebelumnya.
Meskipun demikian, 70% responden mengaku puas dengan iklim properti saat ini. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan semester sebelumnya. Sebanyak 4 dari 5 responden menilai harga properti saat ini terlalu tingi, sebanyak 58% mengaku masih merasa bisa membeli properti pada situasi saat ini.
Rumah tapak masih menjadi favorit
Dengan segala keunggulan yang ditawarkan, seperti fasilitas umum yang lengkap dan lokasi yang strategis, apartemen masih belum bisa mengambil hati responden Consumer Sentiment Survey Rumah247.com Semester II 2020, yang dilakukan terhadap 1000 lebih orang dari berbagai tempat di Indonesia.
Rumah masih menjadi favorit, di mana dipilih oleh 84% responden. Tanah menjadi favorit kedua dengan 12%. Hanya 1 dari 20 orang yang tertarik membeli apartemen pada survei kali ini.
Sementara itu, terkait kondisi atau jenisnya, responden tidak mempemasalahkan antara properti baru atau second. Sebanyak 43% responden menginginkan properti baru, sementara 7% secara khusus mencari properti seken. Namun, ada 50% responden yang mengaku tak mempermasalahkan kondisinya.
“Apartemen memang masih menjadi barang yang relatif baru. Kita tahu, apartemen baru muncul satu generasi terakhir. Jadi, orang-orang yang menjadi target pasar apartemen saat ini memang belum terbiasa dengan apartemen. Ini berbeda dengan di Singapura, misalnya, di mana mereka yang tinggal di apartemen sudah lintas generasi. Bahkan, proporsi yang tinggal di apartemen dengan rumah pun lebih banyak yang berada di apartemen,” ujar Country Manager Rumah247.com, Marine Novita.
“Tetapi prospek untuk apartemen akan semakin besar. Apalagi saat ini rumah-rumah yang terjangkau lokasinya semakin jauh dari pusat kota atau pusat bisnis,” ia menambahkan.
Menurut Marine, kondisi properti antara baru dan bekas tidak terlalu menjadi masalah bagi konsumen, karena yang terpenting adalah lokasi dan keamanan wilayahnya. Lokasi (85%), keamanan (60%), fasilitas umum (48%), dan sarana transportasi (47%) menjadi pertimbangan yang lebih utama.
Lebih jauh terkait lokasi, responden biasanya memiliki kriteria terkait kota dan area, namun tidak memiliki pilihan khusus mengenai brand ataupun nama pengembang. Ini terlihat dari hasil survei, di mana hanya 46% responden yang mengaku telah memiliki nama proyek atau perumahan tertentu sebelum melakukan survei.
Pembayaran syariah makin populer di kalangan konsumen muda
Survei konsumen Rumah247.com menunjukkan bahwa 8 dari 10 pencari properti mengaku menyediakan anggaran di bawah Rp750 juta. Di antara jumlah tersebut, mayoritas bahkan menyediakan dana di bawah Rp500 juta.
“Ini mengindikasikan bahwa pencari properti saat ini lebih banyak berasal dari mereka yang baru akan membeli rumah pertamanya, dan mereka yang masih berada fase baru mapan. Rumah di rentang harga ini banyak tersedia di kawasan pinggiran kota atau pinggiran pusat kegiatan ekonomi. Dengan kemampuan biaya sebesar ini, sangat disarankan untuk mempertimbankan apartemen,” ujar Marine.
“Dengan budget Rp750 jutaan, konsumen masih bisa mendapatkan apartemen dengan dua kamar tidur dengan lokasi yang relatif lebih dekat dengan pusat kota atau lebih strategis,” ia menambahkan.
Sementara itu, cara pembayaran yang menjadi favorit responden adalah cicilan syariah. Pilihan pembiayaan ini dipilih oleh sebanyak 35% responden, naik dari periode sebelumya sebesar 29%. Jumlah ini bahkan mengalahkan pilihan pembiayaan konvensional, yang dipilih oleh 29% responden, turun dari periode sebelumnya sebesar 37%.
Sebanyak 17% responden memilih cicilan langsung terhadap developer, sementara sebesar 16% memilih membayar tunai.
Dilihat berdasarkan usianya, pembayaran syariah sangat populer di kalangan milenial (22-39 tahun), di mana sebanyak 36% milenial memilih pembayaran sharia. Sementara itu, mereka yang berusia di atas 50 tahun lebih memilih pembayaran tunai.
Lebih lanjut, cicilan syariah disukai terutama karena bunganya yang tetap hingga masa cicilan selesai (74% responden), selain karena alasan religius (70%).
“Alasan pemilihan cicilan syariah konsisten dengan usia pemilih cicilan syariah. Kalangan muda biasanya baru memiliki pekerjaan tetap namun belum cukup yakin dengan masa depannya. Dengan mengetahui secara pasti jumlah cicilan yang harus dibayar, kalangan muda merasa lebih aman dan lebih mudah mengatur keuangannya,” ujar Marine.
Tertarik memiliki hunian syariah? Lihat beragam pilihannya di sini!