Rumah menjadi kebutuhan utama bagi pasangan Dwi Wahyuni Permata Sari dan Fikri Otto Dwijaya. Dan proses pencarian rumah idaman, sesuai kriteria yang diinginkan, tentunya juga butuh kegigihan demi hasil akhir akan rasa lega dan kenyamanan yang dirasakan seluruh anggota keluarga.
“Rumah menjadi kebutuhan utama bagi kami. Apalagi anak-anak semakin bertambah besar. Namun kami juga sadar, bahwa rumah itu adalah investasi. Mendapatkan rumah ini memberi kelegaan bagi kami,” ungkap wanita yang akrab dipanggil Yuni ini.
Pasangan yang dikaruniai dua anak, Ahda Sabila Dwijaya dan Fahren Muhammad Dwijaya ini pada akhirnya berhasil mendapatkan rumah idamannya di kawasan Pangkalan Jati, Cinere. Rumah dengan luas tanah 110 m2 dan luas bangunan 90 m2 mereka miliki setelah melewati masa pencarian bertahun-tahun.
Temukan aneka pilihan rumah di kawasan Cinere dengan harga di bawah Rp1 M yang bisa jadi mungkin merupakan rumah idaman Anda. Cek pilihan rumahnya di sini!
Cerita Rumah Idaman Yuni Diawali Jual-Beli Rumah
Mendapatkan rumah idaman, yang sesuai dengan harapan sejak awal terkadang harus melalui banyak hal. Sejak awal menikah, Yuni dan suami memiliki komitmen ingin mencari rumah yang dekat dengan tempat ibadah. Mesjid besar yang aktif kegiatannya.
“Saya enggak tahu ya, entah kenapa enggak pernah dapat. Entah karena uangnya enggak cukup, atau kurang nyaman tempatnya,” jelas Yuni. Rumah di Pangkalan Jati, Cinere ini merupakan rumah kedua yang dibeli dari pencarian selama ini.
Rumah pertama yang mereka dapatkan bisa dibilang cukup beruntung, karena harganya di bawah harga pasar. Pada saat itu, tepatnya tahun 2001, sebuah rumah mungil di kawasan Bogor berhasil dibeli oleh pasangan yang gigih ini dengan harga Rp150 juta, dari harga awal Rp200 juta.
Rumah pertama ini tidak jadi ditempati, karena Fikri yang pada saat itu bekerja di perusahaan bank swasta tidak jadi dimutasi ke Bogor. Rumah tersebut kemudian dikontrakkan ke tetangga yang kebetulan rumahnya sedang direnovasi. Rumah yang berada di Pondok Aren, Bogor ini pada akhirnya dijual karena dinilai terlalu jauh.
Waktu Paling Tepat untuk Beli Rumah
Cerita Kegigihan Pencarian Rumah Yuni di Rumah247.com
Setelah rumah di Bogor dijual, pencarian akan rumah idaman Yuni masih terus berlanjut. Selain untuk ditempati, menurut Yuni, rumah juga bisa menjadi investasi. “Kalau investasi tanah biasanya lebih lama untuk mendapat keuntungan,” tambahnya.
Fikri sang suami, bekerja setiap hari, Yuni sendiri memiliki bisnis katering Abu n Umi Kitchen (@abunumikitchen), jadi pasangan ini memang cukup sibuk. Itulah yang membuat pencarian rumah mereka cukup makan waktu lama. Meskipun demikian cara pencarian mereka cukup efisien, yaitu dengan berselancar atau googling di dunia maya.
“Waktu mencari rumah ini, proses googling-nya dua tahun. Dalam sehari saya bisa sembilan atau sepuluh kali browsing di Rumah247.com,” jelas Yuni. Yuni mengaku dipermudah dengan mencari di Rumah247.com karena selain kanal-kanalnya mudah dipahami, juga wilayah jangkauannya luas dan lengkap.
Yuni membuat tabel sendiri berdasarkan hasil penelusurannya berburu rumah idaman. Wanita yang sangat gigih ini membuat tabel yang berisi lokasi rumah yang diincar, nama pemilik, nomor kontaknya, tanahnya harga berapa, dan sebagainya.
“Kalau suami pulang kantor saya tinggal bilang, Pak, ini ada rumah disini, jaraknya dari rumah kita sekian, jarak dari kantor sekian kilometer, lingkungannya seperti ini, harganya sekian. Saya ini orangnya memang berdasarkan data,” jelasnya sambil tertawa.
Seluruh catatan yang dibuat Yuni menjadi modal bagi proses pencarian selanjutnya. Yuni diskusikan dengan suami, mana yang sesuai baru dilakukan survei. Dalam pencarian Yuni selalu memasukkan kata kunci lokasi yang dituju, yaitu Jakarta Selatan.
“Saya selalu berusaha mencari rumah di Jakarta Selatan, karena saya besar di Jakarta Selatan. Selain sudah merasa nyaman, air tanahnya juga bagus,” jelas Yuni. Pada saat itu, Yuni dan Fikri mencari rumah dengan kisaran harga sekitar Rp300 juta hingga Rp500 juta.
Cerita Yuni yang Berhasil Menemukan Rumah Idamannya
Setelah menelusuri daftar yang telah dibuat Yuni selama melakukan pencarian melalui situs Rumah247.com dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2012, akhirnya pasangan ini tertarik melihat sebuah rumah di Pangkalan Jati, Cinere, Depok.
Pada sebuah hari Minggu, mereka melakukan survei ke rumah yang kini telah menjadi milik mereka. Memasuki sebuah jalan yang muat satu buah mobil, Yuni langsung melihat sebuah mushola. Tempat ibadah yang selama ini diinginkannya berada di dekat rumahnya kelak.
Yuni dan Fikri langsung merasa cocok dengan bentuk rumah yang melebar, tanpa tingkat dengan garasi yang luas. Mereka memang menginginkan rumah dengan minimal luas 100 meter dan tidak suka dengan rumah yang bertingkat.
Ketika melakukan survei, pasangan ini begitu bersemangat karena merasa sudah nyaman dan cocok dengan rumah tersebut. Lalu juga ada tahap survei lanjutan, yaitu nongkrong bareng di warung dan tukang ojek sekitar. “Iya, di hari yang sama kita nongkrong dan banyak tanya-tanya. Apakah daerah situ banjir, sampai soal keamanan lingkungannya,” tawa Yuni.
Yuni juga mengakui dia sering mendapat ‘tanda’ secara metafisik, karena dirinya termasuk sensitif. Pada setiap rumah yang mereka survei, beberapa kali Yuni tidak merasa nyaman sehingga cukup lama mendapatkan rumah idaman yang benar-benar membuat mereka nyaman.
Cerita Rumah Yuni Ibarat Jodoh yang Digariskan
Pada saat bertemu dengan pemilik rumah tersebut, Yuni dan Fikri berbicara apa adanya. Dengan jujur berkata ke pemilik kalau hanya bisa membayar Rp350 juta sesuai dengan batas plafon, dan saat itu hanya membawa uang Rp5 juta yang mau diberikan sebagai uang muka.
Harga jual rumah tersebut dibuka oleh pemiliknya sebesar Rp450 juta. Sang pemilik bahkan mengaku sudah ada yang menawar sebesar Rp425 juta dengan uang muka Rp50 juta. Tapi entah mengapa pemilik dan keluarganya belum merasa cocok dengan calon pembeli tersebut.
“Saya terus terang, saya hanya membawa uang lima juta, ini uang belanja saya sudah tidak ada lagi. Suami juga belum ada lagi pak,” kata Yuni sambil menunjukkan aplikasi mobile banking-nya ke pemilik rumah.
Yuni pasrah dan ikhlas pada saat itu, dikasih alhamdulillah, tidak dikasih juga tidak apa-apa. Tapi dengan jujur ia mengatakan kepada pemilik, bahwa mereka sangat menginginkan rumah tersebut. Pemilik kemudian meminta izin untuk berunding, karena harus sepakat dahulu.
Rumah tersebut dimiliki oleh sepasang suami istri dan seorang adik perempuannya. Ternyata seringkali sang adik yang membuat transaksi penjualan rumah tersebut gagal. Tidak sreg dengan calon pembeli adalah salah satu alasannya.
Malamnya, bapak pemilik rumah menelepon Yuni dan menyatakan mau menerima tawaran dari Yuni. Adik si bapak yang melongok dari jendela rumah, kemudian ikut bergabung menemui Yuni siang harinya itu langsung setuju. Semua pun sepakat, dan hari Senin keesokannya langsung mereka bertemu di Bank dengan membawa surat-surat rumah lengkap.
“Hingga sekarang kami masih berkomunikasi dengan keluarga pemilik yang lama. Sampai saat ini saya dan suami kadang juga masih bertanya; Kenapa mereka dulu mau menerima tawaran kami? Katanya sih karena sreg di hati,” papar Yuni masih dengan perasaan senang karena tidak menyangka bisa mendapatkan rumah idaman dengan proses yang cepat.
Tips Rumah247.com
Bagi Anda yang sedang cari rumah, saat negosiasi, niat, keseriusan, dan kejujuran adalah modal awal yang kuat ketimbang hanya menunggu uangnya kumpul dulu.
Ibarat kata, cerita rumah Yuni ibarat jodoh yang sudah digariskan. Bagaimana tidak?! Sang pemilik sebelumnya mengaku sudah ada yang menawar sebesar Rp425 juta dengan uang muka Rp50 juta dari harga yang ditawarkan Rp450 juta. Tapi malah penawaran Yuni yang hanya bermodalkan uang belanja yang malah diterima.
Cerita Proses Kredit Rumah Yuni di Bank
Dan momen paling seru dari cerita rumah Yuni adalah ketika akan mengajukan kredit ke bank
BCA. Yuni dan Fikri agak merasa was-was karena lokasi rumah yang akan diajukan dekat sutet, khawatir tidak disetujui. Beruntung pengajuan KPR mereka langsung mendapat persetujuan dari bank.
Namun muncul kendala lain, pada saat pelunasan ternyata uangnya kurang Rp50 juta, karena plafon kredit tidak memadai. Pada saat itu mau tidak mau Yuni dan Fikri bicara jujur kepada keluarga pemilik rumah tersebut. Dan hasilnya sangat tak disangka.
“Alhamdulillah, setelah kami jujur dengan kondisi kekurangan tersebut, pemilik membolehkan kami untuk melunasi kekurangan tersebut sesuai kemampuan, tanpa dokumen tambahan apapun,” jelas Yuni. Musyawarah dengan pemilik rumah dilakukan sebelum berangkat ke notaris. Kalau pemilik pada saat itu tidak setuju sudah dipastikan batal semuanya.
Proses selanjutnya pun berjalan dengan cepat. Dalam waktu seminggu setelah mereka datang ke bank uangnya langsung cair, lalu seminggu kemudian langsung tanda tangan akad. Total proses serah terima rumah tersebut hanya berlangsung dalam tiga minggu saja.
“Jujur dengan kemampuan diri, juga jujur dengan pemilik rumah yang ingin kita beli dalam masalah saya malah menjadi solusi,” jelas Yuni. Ia pun menambahkan, “kita harus relaks dalam mencari rumah, jangan lelah untuk survey ke lokasi walaupun memakan waktu, juga bertanya ke lingkungan di sekitar agar kita benar-benar yakin keamanannya,” tambahnya.
Rumah Baru Menjadi Awal Cerita Baru Bagi Yuni dan Keluarga
Rumah baru, apalagi menurut Yuni ini sudah merupakan 80% rumah impiannya, ternyata tidak selalu harus langsung ditempati. Dibeli pada tahun 2012, tetapi tidak pernah ditempati secara penuh. Yuni masih menetap di rumah dinas almarhum ayahandanya di area Kalibata, tapi setiap akhir pekan sekeluarga akan menginap di rumah baru ini.
“Selama empat tahun kami hanya akhir pekan tinggal disana. Rumah ini kosong, kami rutin datang sekaligus merawat rumahnya,” jelas Yuni. Pada tahun 2017, rumah ini dikontrakkan, apalagi anak pertama Yuni saat itu masuk di SMAN 8 Bukit Duri, Tebet, jarak bersekolah dari Kalibata lebih dekat.
Hingga Februari 2020 lalu, akhirnya masa sewa kontrak selesai. Dan baru pada bulan Maret lalu Yuni merenovasi rumah tersebut untuk mengganti atap dengan baja ringan, lalu membuat dapur outdoor, area taman kecil, serta mengganti jendela dan pintu. Semua dilakukan agar rumah ini semakin nyaman.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
“Setelah direnovasi, rumah jadi terlihat lebih cantik. Teman-teman yang datang juga memuji. Saya jadi mulai mencoba merawat tanaman dalam pot,” jelasnya tertawa. Yuni memang mengakui bahwa sebelumnya ia enggan memiliki taman di rumah, karena malas menyiraminya.
Ruang keluarga pun menjadi tempat favorit mereka untuk berkumpul. Ngobrol dan menonton televisi bersama menjadi momen bonding keluarga yang memberi kehangatan. Garasi luas yang mencuri hati di awal kali melihat tetap juga dipertahankan.
Garasi tersebut juga jadi area bermain yang lapang bagi anak bungsu Yuni, yang sebelumnya menginginkan area perumahan dalam kompleks yang lebih aman bagi anak-anak.
Cerita Pencarian Rumah Belum Sepenuhnya Berakhir
Walaupun sudah suka dengan situasi dan kondisi rumah idaman ini, di mana lokasi dekat dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN), tidak berada di jalur macet, dan mesjid besar bisa dicapai dalam jarak kurang dari satu kilometer, namun Yuni masih menginginkan mencari rumah sebagai investasi baru lagi.