Download Aplikasi Rumah247

Cerita Rumah Risca: Strategi Punya Banyak Rumah Pakai Promo Fixed Rate, Lunas Sebelum Kena Floating Rate

Risca Fitri Ayuni, dosen di Universitas Brawijaya Malang, ibu tiga anak, dan pemilik akun Instagram @the_jasminehouse, sudah memiliki ketertarikan pada rumah sejak masih kuliah dan belum berpenghasilan. Syukurlah, pacarnya (kini suami), Suluk, juga begitu. Jika pasangan muda-mudi lain menghabiskan waktu luang di mal, mereka malah hobi mengunjungi pameran properti.
Tak hanya ke pameran, mereka juga kerap berkeliling aneka perumahan – walaupun sama sekali tak punya rencana membeli. Berboncengan di atas motor, mereka mendatangi rumah demi rumah yang dijual, lalu menanyakan informasi seputar harga dan cara pembeliannya. Mereka bahkan pernah ditolak masuk ke perumahan elit, karena dikira hendak meminta sumbangan.
Setelah menikah, barulah keduanya berjuang mewujudkan impian memiliki rumah. “Bagi saya, akses menuju rumah harus nyaman. Rumah sebaiknya dekat dari lokasi kegiatan penghuninya, terutama dari tempat kerja dan sekolah anak-anak. Selain sebagai hunian, rumah juga jadi motivasi dan investasi utama kami,” papar Risca yang punya prinsip jumlah rumah harus sama dengan jumlah anak.
Dan mereka tak berhenti sesudah memiliki sebuah hunian tempat bernaung. Di Kota Malang tempat asal mereka, mereka terus melangkah dan terus mencari untuk menjadikan rumah sebagai investasi utama dan sumber penghasilan rutin.
Mau punya rumah sekaligus investasi properti di Kota Malang yang prospeknya bagus karena jadi kota tujuan wisata dan pendidikan seperti rumah Risca? Temukan pilihan rumahnya dengan harga mulai dari Rp300 jutaan di sini!

Cerita Rumah Risca: Ke Pameran Properti Niat Beli Rumah Baru, Malah Ditawari Rumah Seken

Cerita Rumah Risca: Ke Pameran Properti Niat Beli Rumah Baru, Malah Ditawari Rumah Seken
Awalnya, Risca dan Suluk yang menikah pada 2012, berniat mengontrak rumah daripada membeli. Pertimbangannya, kondisi keuangan mereka saat baru menikah masih belum stabil. Mereka bahkan sudah mendapatkan rumah kontrakan yang cocok dan bertemu pemiliknya. Namun setelah menimbang ulang, rencana ini mereka batalkan.
“Kami khawatir kalau nanti malah keterusan mengontrak, keenakan, jadi tidak termotivasi untuk membeli rumah. Akhirnya kami memutuskan saya indekos saja dulu selama 3 – 4 bulan, sementara suami bekerja di Kalimantan. Sambil kos, kami mencari rumah. Pertimbangan utama kami dalam mencari rumah pertama adalah harga. Harganya harus terjangkau,” kenang Risca.

Cermat Membeli Rumah Saat Pameran

Risca menempuh beberapa cara untuk menemukan rumah idaman. Salah satunya dengan browsing situs properti, termasuk pada laman listing properti dijual di Rumah247.com.
“Saya senang browsing laman listingproperti dijual di Rumah247.com karena bisa memfilter informasi rumah berdasarkan harga dan lokasi. Banyak sekali informasi dari sini. Saya jadi tahu, di daerah X ada berapa rumah yang mungkin bisa saya beli. Sampai sekarang pun saya masih suka browsing.”
Selain browsing, Risca juga menjalankan hobi lamanya, yakni mengunjungi pameran properti. Ada satu perumahan yang cukup memikat hatinya. Ia bahkan kemudian mengecek lokasi dan hampir membeli rumah di sana. Lucunya, staf pengembang perumahan itu tiba-tiba malah menawarkan rumah seken milik mertuanya pada Risca.

Cerita Rumah Risca: Beli Rumah Seken yang Seperti Menemukan Hidden Gem

Cerita Rumah Risca: Beli Rumah Seken yang Seperti Menemukan Hidden Gem
“Rumah seken yang ditawarkan itu terletak di wilayah Soekarno Hatta atau biasa disebut Suhat oleh warga Malang. Tepatnya di dalam sebuah perumahan lama yang penghuninya rata-rata lansia. Lokasinya sangat strategis, dekat dari pusat keramaian dan jalan utama. Dekat pula dari tempat kerja saya. Harganya pun terjangkau oleh bujet kami. Saya seperti menemukan hidden gem,” tutur Risca.
Sayangnya, rumah yang dibangun pada 1980-an itu sudah lama terbengkalai. Bagian depan rumah tertutupi oleh tanaman yang menjalar ke sana kemari. Orang tua Risca bahkan menganggap rumah itu menyeramkan dan menyarankannya mencari yang lain saja. Namun Risca bergeming karena sudah merasa sreg dengan lokasi dan harganya.
“Dengan harga Rp225 juta (pada tahun 2012), kami bisa mendapatkan rumah seluas 90 meter persegi dengan luas tanah 120 meter persegi. Di lokasi lain, dengan ukuran yang sama, harganya pasti lebih tinggi. Saya pikir, rumah itu tinggal direnovasi sedikit. Yang paling penting, lokasinya oke,” kata Risca.
Beli Rumah Bekas, Lebih Irit dan Ramah Lingkungan

Beli Rumah Bekas, Lebih Irit dan Ramah Lingkungan

Setelah membulatkan tekad, Risca dan Suluk akhirnya membeli rumah itu secara KPR. Sebelum mereka tinggal di rumah seken yang baru mereka beli, mereka merapikan bagian muka rumah, mengganti keramik dan pagar, serta membuka sekat-sekat agar bagian dalam lebih lapang.
Sebagian besar tembok rumah tetap mereka pertahankan. Karena Suluk bekerja di Kalimantan, Risca yang saat itu sedang mengandung anak pertama harus bolak-balik mengawasi pekerjaan tukang.
“Mempekerjakan tukang harian berarti kita harus rajin mengecek. Pasti ada dongkolnya, ada ketidaksesuaian dengan permintaan, bahkan ada bujet yang membengkak. Namun semua masih wajarlah, terutama karena renovasi kami kecil-kecilan saja,” ujar Risca.

Cerita Rumah Risca: Beli Rumah Sampai Empat Kali untuk Investasi Properti

Cerita Rumah Risca: Beli Rumah Sampai Empat Kali untuk Investasi Properti
Setelah mendapatkan rumah hunian ini, Risca dan Suluk ternyata masih berniat membeli rumah lagi. Mereka memang berencana menjadikan rumah sebagai investasi utama. Apalagi ketertarikan mereka sejak sebelum menikah akan properti sudah terbangun kuat.
“Awalnya, kami ingin membangun bisnis bersama. Namun mengingat suami bekerja di luar kota dan saya juga bekerja penuh waktu, tentu sulit bagi kami menjalankan bisnis. Siapa yang nanti mengurus anak? Karena itulah, kami beralih pada investasi properti,” jelas Risca.
Setelah membeli rumah pertama pada 2012, Risca dan Suluk membeli rumah kedua di Villa Bukit Tidar pada 2014. Saat itu, Risca sedang mengandung anak kedua. Selanjutnya pada 2017, mereka membeli rumah ketiga di Permata Saxophone. Terakhir pada 2019, mereka membeli rumah keempat di Perumahan Araya. Setelah memiliki rumah keempat, Risca melahirkan anak ketiganya.
13 Tips Beli Rumah Untuk Investasi Agar Selalu Untung!

13 Tips Beli Rumah Untuk Investasi Agar Selalu Untung!

“Kami berprinsip, jumlah rumah sebaiknya sama dengan banyaknya anak. Jika kami mau menambah anak, berarti harus siap membeli rumah lagi. Kelak bila anak-anak dewasa, kami berharap bisa memberikan mereka masing-masing satu rumah,” ujarnya.
Dari keempat rumah itu, hanya rumah pertama yang merupakan rumah seken. Rumah kedua sampai keempat adalah rumah baru yang tentu saja bangunannya baru. Risca dan Suluk membeli keempat rumahnya dengan skema pembayaran KPR. Mereka menggunakan kalkulator KPR Rumah247.com untuk menghitung perkiraan cicilan dan uang muka yang harus mereka siapkan.

Cerita Rumah Risca: Strategi Cicilan KPR, Dari Ambil Tenor Terpanjang Sampai Mengurangi Jajan

Cerita Rumah Risca: Strategi Cicilan KPR, Dari Ambil Tenor Terpanjang Sampai Mengurangi Jajan
Risca dan Suluk membeli rumah kedua ketika cicilan KPR rumah pertama masih tersisa 50 persen. Mereka bahkan pernah mencicil KPR tiga rumah sekaligus. Sesungguhnya bukan hal mudah bagi mereka untuk mencicil KPR lebih dari satu rumah dalam satu waktu. Namun inilah tantangan utama yang mereka coba atasi dengan berbagai strategi.
Pertama, mencari bank dengan penawaran KPR paling menarik dan tenor terpanjang. Risca dan Suluk mencari bank yang bisa memberikan suku bunga KPR rendah atau promo cicilan flat (fixed rate) selama beberapa tahun awal. Mereka juga selalu mengambil tenor 15 hingga 20 tahun untuk keempat rumahnya. Total pinjamannya memang jadi lebih besar, tapi tujuannya agar cicilan per bulan bisa sekecil mungkin.
Kedua, sejak membeli rumah pertama, Risca dan Suluk menargetkan untuk bisa menyelesaikan cicilan KPR sebelum akhir tenor. Misalnya, bila mereka mendapatkan promo fixed rate selama lima tahun, berarti saat promo itu berakhir, pinjaman KPR mereka harus sudah lunas. Dengan begitu, mereka tidak akan terkena floating rate yang diberlakukan setelah masa promo selesai.

Tips Rumah247.com

Supaya bisa menyelesaikan cicilan KPR sebelum akhir tenor, cari bank yang memperbolehkan menutup/melunasi sebagian pinjaman KPR tanpa ada penalti atau jika ada penalti biayanya sekecil mungkin.

“Akhirnya saya menemukan bank yang mengizinkan kami menutup sebagian pinjaman dengan batas minimal relatif kecil, yakni Rp20 juta. Penaltinya juga hanya satu sampai dua persen saja dari jumlah yang dilunasi. Jadi, bila ada rezeki lebih –misalnya suami mendapat bonus dari kantor—uang itu langsung kami pakai melunasi sebagian pinjaman KPR. Kami mengambil KPR di bank yang sama untuk rumah pertama sampai rumah ketiga.”
Ketiga, memperpanjang masa pembayaran DP rumah. Umumnya, pengembang menentukan jangka waktu antara tiga sampai enam bulan bagi pembeli rumah untuk membayar DP. Namun Risca biasa menawar pada pihak pengembang agar memberikan sedikit kelonggaran.
“Menurut pengalaman saya, aturan masa pembayaran uang muka ternyata tidak kaku. Bila kita bertemu langsung dan berbicara baik-baik dengan pihak pengembang, mereka biasanya mau memberikan tambahan waktu. Misalnya dari enam bulan jadi sembilan bulan. Lumayan, kami bisa menabung lebih lama dan membayar uang muka lebih besar, agar cicilan KPR-nya nanti berkurang.”
Keempat, mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi jajan dan belanja yang tak perlu. Risca mengaku agak nekat karena sebagian besar pemasukan keluarganya ditempel pada properti. Ia bahkan tak punya dana darurat. Karena itu, ia harus sangat berhati-hati mengatur pengeluaran.

Cerita Rumah Risca: Bisnis Rumah Sewa yang Bikin Cicilan KPR Ringan Tak Terasa

Cerita Rumah Risca: Bisnis Rumah Sewa yang Bikin Cicilan KPR Ringan Tak Terasa
Meskipun mengharapkan kenaikan nilai properti, Risca dan Suluk tak mau menunggu bertahun-tahun sampai bisa merasakan manisnya hasil investasi. Mereka memanfaatkan rumah sebagai salah satu sumber pendapatan rutin.
Caranya, dengan menyewakan rumah kedua dan ketiga. Saat ini, rumah kedua baru selesai disewakan selama tujuh tahun, sementara rumah ketiga sudah disewa selama lima tahun. “Dengan menyewakan rumah dalam jangka panjang, cicilan KPR kami jadi lebih ringan. Bisa dikatakan, bunga KPR sudah tertutup dari hasil berbisnis menyewakan rumah. Ibaratnya, kami mencicil dengan bunga nol persen,” jelas Risca.
Rumah keempat dan terakhir (setidaknya sampai saat ini) yang dibeli Risca rencananya tidak akan disewakan. Namun suatu malam, ia dihubungi oleh orang yang teramat membutuhkan rumah sewaan. Risca akhirnya setuju untuk menyewakan rumah itu selama tiga bulan. “Ternyata hasil menyewakan rumah keempat ini lumayan juga. Kami jadi tertarik untuk menyewakannya lagi secara harian.”
Rumah keempat yang terletak di Perumahan Araya memiliki luas 30 meter persegi dan berada di atas tanah 60 meter persegi. Perumahan ini sudah lama dan teramat luas, sehingga disebut Kota Araya oleh warga Malang. Perumahan ini juga dipandang sebagai perumahan elit karena didukung fasilitas yang sangat lengkap, lapangan golf, hotel, bioskop, hingga kafe ternama.
“Tadinya kami sempat tertarik pada perumahan lain, tapi belum tahu reputasi pengembangnya. Lalu kami dengar di Araya akan dibangun sebuah universitas swasta terkenal. Kebetulan, klaster kami dekat dari universitas. Selain itu, rumah seukuran 60/30 mungkin lebih murah di lokasi lain, tapi fasilitas dan kualitas bangunannya bisa jadi tak sebagus di sini,” papar Risca.
Risca ingin menyewakan rumahnya secara harian. Namun tantangannya, lokasi perumahan ini sebenarnya jauh dari tempat-tempat wisata – termasuk Kota Batu. Klaster rumah Risca pun masih berjarak lima kilometer dari gerbang depan Araya. Jadi ia harus memutar otak untuk menjadikan rumahnya seunik dan se-Instagramable mungkin, agar orang tertarik datang meskipun jauh.
Karena pengembang tak mengizinkan pembeli untuk mengubah fasad rumah. Risca dan Suluk akhirnya hanya merenovasi bagian dalam dan menambahkan rooftop juga mezanin. Setelah diutak-atik, Risca mengunggah foto-foto rumahnya ke Instagram dan… berhasil! Banyak yang tertarik menyewa rumahnya.

Cerita Rumah Risca: Rumah Empat dengan Nilai Investasi yang Terus Meningkat

Cerita Rumah Risca: Rumah Empat dengan Nilai Investasi yang Terus Meningkat
Semua permohonan dan cicilan KPR Risca dan Suluk untuk pembelian keempat rumah mereka memang rata-rata berjalan lancar. Bahkan karena mereka mengambil KPR di bank yang sama untuk rumah pertama sampai ketiga, pihak bank sudah percaya pada mereka dan sangat koperatif dalam meloloskan permohonan KPR Risca dan Suluk.
“Orang mungkin heran, bila kami ada uang, kenapa tidak melunasi cicilan KPR rumah sebelumnya saja daripada membeli rumah baru lagi? Pertimbangannya, kalau kami menunda membeli rumah lagi hingga sekian tahun, harga rumah itu pasti sudah naik. Daripada nanti tidak terjangkau, lebih baik kami beli secepatnya. Memang agak nekat sih, karena itu kami juga harus berani mengencangkan ikat pinggang.”
Kini cicilan KPR rumah pertama dan kedua sudah selesai. Cicilan rumah ketiga masih tersisa 50 persen lagi dan ditargetkan selesai tahun ini. Sementara, cicilan rumah keempat masih jauh. Dan sesuai rencana Risca dan Suluk untuk menjadikan rumah tak hanya sebagai hunian, tapi juga investasi, nilai masing-masing rumah sekarang pun sudah meningkat.

TANYA RUMAH247.COM

Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Tanya Rumah247.com Sekarang
Rumah pertama yang dibeli seharga Rp225 juta, kini sudah bernilai Rp1,8 miliar. Rumah kedua Risca tidak tahu persis berapa kenaikannya. Namun dulu ia membelinya seharga Rp360 juta dan mendapat tanah seluas 105 meter persegi.
Kini dengan harga yang sama, pembeli hanya mendapat 60 meter persegi. Rumah ketiga dibeli seharga Rp580 juta dan kini nilainya baru Rp800 hingga Rp900 juta. Sedangkan rumah keempat baru naik puluhan juta. Investasi yang nilainya terus naik berlipat inilah yang membuat pasangan ini semangat dan rela mengetatkan ikat pinggang.
“Sampai sekarang, saya masih sering browsing rumah. Terpikir untuk membeli rumah kelima, tapi saya sedang studi S3. Kalau tidak sedang studi, mungkin uangnya sudah saya pakai untuk DP rumah lagi. Ha ha ha…” tutup Risca.
Itulah cerita pengalaman Risca yang awalnya ingin punya rumah sendiri malah berkembang jadi investasi properti. Berbekal strategi yang cermat bisa punya rumah empat, dan lunas lebih cepat. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Eyi Puspita, Foto: Sony SM

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,910FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles