“Rumah adalah tempat yang nyaman untuk ditinggali, tempat berkumpul bersama keluarga. Berangkat dari arti kata ‘nyaman’, perjalanan kami menemukan hunian ini pun lancar dan penuh kenyamanan.” – Cerita Rumah Paco dan Ratih.
Menikah pada November 2012, pasangan Ugroseno -biasa dipanggil Paco, dan Ratih menempati rumah orang tua di wilayah Petukangan, Jakarta Selatan. Kebetulan, saat itu, ibunda Paco menetap di Bali sehingga rumah tersebut tak berpenghuni. Tapi itu tidak menyurutkan keinginan mereka berdua untuk memiliki rumah sendiri.
Walau telah menempati rumah orang tua Paco di area yang tergolong dekat ke mana-mana tersebut, namun tetap saja mereka sepakat harus memiliki hunian sendiri. Namun, mencari rumah memang bukan perkara mudah. Ada berbagai tahapan mulai dari menentukan konsep rumah, area buruan, mencocokkan berbagai kriteria yang sesuai dengan keinginan mereka berdua, hingga survei lokasi yang menyita waktu dan energi.
Buah dari jerih payah Paco dan Ratih, kini mereka beserta kedua anaknya telah nyaman di hunian idaman yang berhasil dibeli di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, dengan luas tanah 60 m2 dan luas bangunan 110m2.
Mau punya rumah di kawasan Serpong yang fasilitas kawasannya lengkap dan punya banyak akses mudah ke Jakarta seperti Paco dan Ratih? Cek pilihan huniannya di bawah Rp1 miliar di sini!
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Merasa Nyaman Pilih Rumah Klaster di Tangerang Selatan
Paco dan Ratih pun terlebih dahulu menentukan jenis huniannya, dan mereka sepakat memilih rumah tapak. Apartemen tidak menjadi pilihan dengan alasan kebiasaan dan pertimbangan kenyamanan di masa membesarkan dua buah hati mereka, Sasikirana dan Kaniya.
“Walau apartemen saat ini banyak yang memiliki area bermain untuk anak-anak, untuk main sehari-hari, mereka tetap perlu turun dulu, tidak bisa bermain langsung di depan rumah,” begitu alasan Ratih.
Kriteria berikutnya, lokasi yang strategis. Memilih lokasi berdasarkan preferensi adalah hal pertama yang pasangan ini lakukan. Area pencariannya pun cukup spesifik. “Awalnya kami mencari area Tangerang Selatan atau BSD,” ujar Ratih.
Kota satelit lainnya seperti Bekasi dan Depok sudah dicoret dari pilihan mereka. Area-area tersebut dirasa sudah terlalu padat sehingga aksesnya menjadi terhambat. Dalam proses pencarian, area BSD pun kemudian dikeluarkan dari daftar karena harga tanah di atas anggaran yang mereka tetapkan.
“Tangerang Selatan juga menjadi pilihan yang tepat karena rumah orang tua dan mertua dekat, sehingga nyaman untuk kami berdua. Selain itu, kawasan ini juga sudah memiliki fasilitas lengkap,” jelas Paco.
Setelah mengerucutkan beberapa kriteria, hal itulah yang menjadi penyaring penelusuran mereka. “Saya ingin rumah dua lantai karena kemungkinan besar luas tanah rumah yang sesuai dengan anggaran kami yang terbatas,” ujar Ratih. Dari awal, Ratih dan Paco memilih rumah baru yang berlokasi di dalam klaster perumahan dibanding rumah seken.
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Awal Putuskan Beli Rumah untuk Investasi, Bukan untuk Dihuni
Alasannya karena perumahan baru biasanya memiliki fasilitas pendukung kehidupan sehari-hari yang lebih lengkap, seperti area olahraga, berbelanja bahan makanan, dan tentunya area bermain untuk anak-anak.
Masalah keamanan juga tentu menjadi pertimbangan, hal ini membuat hati pasangan ini merasa tenteram jika membiarkan anak bermain-main di sekitar lingkungan hunian. Karena biasanya rumah klaster menerapkan one gate system, sehingga kawasan perumahan cenderung sepi dari lalu lalang kendaraan.
Kriteria berikutnya adalah mudah diakses. Keduanya tidak keberatan jika lokasi rumah yang akan dibeli jauh dari pusat kota Jakarta, tempat mereka bekerja. Asalkan rumah tersebut memiliki akses yang bersahabat, seperti dekat dengan jalan tol, jarang macet, terdapat beberapa akses menuju dan keluar dari area perumahan, serta transportasi umum yang mudah dicapai.
13 Tips Beli Rumah untuk Investasi Agar Selalu Untung!
Perjalanan Ratih dan Paco mencari hunian mereka saat ini di Paradise Serpong City, Tangerang Selatan, terbilang unik. Ketika memutuskan untuk memiliki rumah sendiri, mereka belum berpikir untuk langsung menempatinya. Anggap saja ini investasi, begitu pikir mereka.
Diawali dengan kunjungan ke rumah teman-teman yang mayoritas tinggal di area yang berdekatan, yaitu Tangerang Selatan, informasi pun mulai mereka dapatkan tentang perumahan-perumahan di sekitarnya.
Sebelumnya, sekitar tahun 2014, mereka pernah mengunjungi perumahan yang berlokasi di Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan. “Jalannya jauh sekali dan developernya juga nggak jelas,” kata Paco.
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Jatuh Hati Lihat Rumah Contoh 90 Meter Persegi, yang Ready 60 Meter Persegi
Pengalaman kali itu kurang menyenangkan, sehingga pencarian untuk sementara dihentikan. Karena tidak terburu-buru dalam membeli rumah, pencarian dilanjutkan dengan melihat-lihat flyer, mengunjungi situs-situs properti, salah satunya laman listingproperti dijual di Rumah247.com. Tapi yang mereka cari belum ditemukan.
Tiga tahun kemudian, ketika berkunjung ke rumah salah seorang teman di Serpong Jaya, Tangerang Selatan, Ratih dan Paco merasa lebih sreg dengan areanya. Luas tanah rumah contoh yang terdapat di perumahan tersebut yaitu 72 m2.
“Luasnya cukup, tapi nggak tahu kenapa, seperti nggak cocok vibe-nya,” Ratih bercerita. Ia juga merasa fasilitas yang tersedia di sana kurang mencukupi kebutuhan keluarganya. Mereka pun kemudian terus mencari-cari di kawasan yang sama.
Tips Rumah247.com
Agar cicilan KPR rumah Anda tak menemui kendala di perjalanan, pahami skema suku bunganya. Ada suku bunga KPR tetap (fix rate) yang nilai suku bunganya akan tetap selama masa kredit berjalan, dan ada suku bunga KPR mengambang (floating rate) yakni nilai suku bunganya dapat berubah-ubah sesuai aturan suku bunga Bank Indonesia. Sebaiknya Anda cari produk KPR dengan bunga rendah dan tetap dalam periode yang panjang.
Totalnya, Ratih dan Paco hanya mengunjungi tiga perumahan sebelum memutuskan untuk membeli rumah. Yang ketiga dan terakhir yang mereka kunjungi adalah hunian yang akhirnya menjadi milik mereka di Paradise Serpong City.
“Kesan pertama, lingkungannya rasanya adem, jalannya juga besar,” ungkap Ratih. Rumah yang tersedia di sana kebanyakan dua lantai, cocok dengan keinginannya. Fasilitasnya pun lengkap, setiap klaster memiliki playground lebih dari satu dan kolam renang. “Jadi banyak pilihan area bermain untuk anak-anak,” jelasnya.
Saat melihat rumah contoh, ia langsung jatuh hati. Rumahnya terasa luas, desain secara keseluruhan pun cantik. Mungkin ini adalah hunian jodoh mereka berdua. Namun ternyata rumah contoh tersebut adalah tipe dengan luas tanah 90 m2, yang saat itu tidak tersedia untuk dibeli. Yang tersedia adalah tipe 60, lebih kecil dari yang mereka rencanakan.
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Rencana Ambil Tenor 10 Tahun, Dapat Persetujuan Tenor 15 Tahun
Meski kurang besar, di hari itu juga, Ratih dan Paco langsung menyerahkan booking fee sebesar Rp10 juta untuk pembelian rumah tipe 60 dengan 2+1 kamar tidur dan 1+1 kamar mandi. Namun pihak marketing perumahan juga tetap meyakinkan mereka jika tidak jadi membeli, uang tersebut akan dikembalikan.
“Nggak apa-apa kita beli saja. Anggap ini investasi, atau tempat liburan. Kita bisa menginap di sini tiap weekend,” ujar Paco saat itu. Dan pada Juni 2018 selesai sudah proses serah terima rumah pertama Ratih dan Paco.
Pembiayaan pembelian rumah tersebut dilaksanakan menggunakan sistem KPR via Bank BCA. “Prosesnya lancar-lancar saja. Daftarnya memang njelimet sekali tapi setelah itu biasa saja,” ujar Ratih.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti pada Panduan Rumah247.com
Harga rumah dengan luas tanah 60 m2 dan luas bangunan 110 m2 tersebut sekitar Rp920 juta. Dengan potongan-potongan yang diberikan pihak pengembang, totalnya menjadi sekitar Rp860 juta.
Setelah membayar booking fee sebesar Rp10 juta, pasangan ini membayar uang muka sekitar Rp40 juta. Dengan keadaan keduanya bekerja penuh waktu, sistem pembayaran dengan joint income mereka rencanakan dengan tenor 10 tahun saja.
Namun, karena pekerjaan Ratih tergolong pekerjaan dengan kontrak waktu tertentu, pihak bank menolak mempertimbangkan joint income. Dengan satu sumber pemasukan saja, jangka waktu cicilan pun menjadi lebih lama, yaitu 15 tahun.
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Sebelum Ditempati Renovasi Rumah, Agar Tidak Mengurus Pindah Sekolah
Walau serah terima rumah tersebut terjadi pada pertengahan 2018, Ratih dan Paco tidak menempatinya. “Bahkan ketika rumah dalam proses pembangunan, kami mungkin hanya satu kali berkunjung dan melihat perkembangannya,” kata Ratih.
Sebelum ditempati, mereka merenovasi rumahnya dulu pada Januari 2021. Di tahun itu, anak mereka, Sasi, akan mulai SD. Alangkah idealnya bila kita langsung tinggal di situ agar tidak perlu mengurus pindah sekolah jika harus pindah rumah, begitu pikir Ratih.
Tujuan renovasi tersebut bukan untuk menambah jumlah kamar tidur, namun untuk memaksimalkan ruang mungil yang mereka miliki sekaligus memastikan cahaya matahari dapat menyinari sebagian besar ruangan dan bikin pertukaran udara lancar.
Cara Memaksimalkan Pencahayaan Alami di Rumah dan Manfaatnya
Pada Juni 2021, secara resmi Paco dan Ratih pindah ke rumah barunya. Walau belum setahun menempatinya, masing-masing anggota keluarga sudah memiliki area favorit. Paco paling sering ditemukan di kamar tidur yang sekaligus menjadi tempatnya bekerja dari rumah.
Sementara kedua putri mereka banyak menghabiskan waktu bermain di kamar tidur mereka, dan sang ibu, duduk di sofa yang nyaman di depan televisi di lantai bawah. Ada satu area yang mereka sukai bersama yaitu teras.
“Kami rencananya akan memasang pergola yang menutupi carport dan teras. Tapi belum menemukan model yang pas. Kalau sudah terpasang, ini bisa jadi area duduk-duduk sepanjang hari,” kata Ratih. Kendati demikian, teras tersebut tetap sering digunakan untuk bersantai dikala matahari tidak terlalu terik.
Cerita Rumah Paco dan Ratih: Lingkungan Rumah Nyaman, Ingin Punya Rumah Luas di Masa Depan
Untuk memastikan dapat hidup dengan nyaman, Ratih dan Paco memasukkan nilai estetis mereka ke dalam desain interior rumah tersebut. Dari mulai sofa, perangkat elektronik, hingga kabinet dapur. Karena ukurannya yang mungil, Ratih memilih untuk membuat lemari pakaian secara custom. “Tidak apa-apa menunggu lama sedikit, tapi bisa maksimal,” ujarnya.
Ratih dan Paco merasa tidak salah pilih dengan membeli rumah ini. Fasilitas yang tersedia lengkap, dekat dengan kediaman orang tua dan teman-teman, dan aksesnya ke mana-mana juga mudah. Tapi jika dapat memilih, Ratih mengaku ingin rumah yang lebih luas dari rumahnya saat ini. Saat ini ruang makan dan ruang keluarga berdempetan. Alangkah nyamannya jika area tersebut lebih luas lagi.
“Kalau bisa beli rumah baru nanti, Alhamdulillah. Tapi jika tidak bisa, kami ingin merombak rumah ini bersama para ahli, arsitek atau desainer interior agar lebih sesuai dengan cara kami hidup,” tambah Ratih lagi.
Menurut pakar kesehatan dari Universitas Gadjah Mada, sinar matahari tidak hanya mengandung vitamin D tetapi juga berperan penting dalam memproduksi zat yang mengatur suasana hati. Karena itu memastikan cahaya matahari dapat menyentuh seluruh ruangan hingga ke ujung rumah mungil ini penting dilakukan.
Tips Temukan Rumah Idaman ala Cerita Rumah Paco dan Ratih
Tentukan apa yang paling penting untuk hidup kita, apakah harus dekat dengan pusat kota, yang udaranya masih lebih segar dari udara di kota, paling dekat ke bandara, atau harus berada di lingkungan yang sama dengan orang-orang terdekat. Ini akan menentukan rumah mana yang harus kita lihat.
Pilih lingkungan yang sesuai dengan vibe kita masing-masing. Sebutlah itu intuisi, tapi sedikit banyak kita pasti langsung merasa cocok, kurang, atau tidak cocok dengan lokasi tertentu.
Jika sudah menemukan rumah yang akan dibeli, hentikan pencarian. Melihat-lihat pilihan lain hanya akan menimbulkan rasa sakit hati jika ada yang lebih baik dari pilihan kita.
Itulah cerita perjalanan Paco dan Ratih, meski tinggal di rumah orang tua yang tidak dihuni namun tetap ingin punya rumah sendiri. Ubek-ubek Tangerang Selatan yang jadi kawasan incaran, demi punya rumah yang nyaman. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Nofi Firman, Foto: Adiansa Rachman
Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.