“Rumah adalah tempat pulang, ‘pulang’ yang bermakna lebih dalam. Bukan sekadar fisik yang pulang, tetapi juga hati dan jiwa. Pulang yang membahagiakan, karena banyak kenangan keluarga yang tersimpan dalam rumah. Rumah kami pun ikut tumbuh seiring tumbuhnya anak-anak.” – Cerita rumah Meifal
Meifal Rusli dan istrinya Hijria Nugraha sejak awal menikah telah memimpikan rumah yang lapang serta memiliki halaman depan dan belakang. Namun rata-rata rumah siap huni yang dijual di pasaran memiliki luas terbatas. Kalau pun ada yang luasnya di atas 200 m2, harganya tak terjangkau.
Keduanya memutuskan membangun sendiri rumah impian mereka agar biayanya jauh lebih murah dibandingkan membeli rumah siap huni. Namun membangun rumah sendiri pun ada saja tantangannya. Dari mencari lokasi strategis, mengumpulkan dana, hingga lonjakan harga tanah pasca gempa besar Sumatera Barat tahun 2009 lalu.
Kenaikan drastis harga tanah inilah yang membuat mereka terpacu untuk secepatnya membeli tanah. Namun setelah tanah terbeli, mereka harus menunggu dua tahun lagi sebelum akhirnya mampu membangun rumah – dengan pendanaan kredit multiguna.
Kesabaran Meifal dan keluarga berbuah manis. Pada 2012, mereka berhasil memiliki rumah sesuai impian di wilayah Kuranji, Padang. Dengan konsep rumah tumbuh, hunian itu dibangun dalam tiga tahap antara 2012 sampai 2021 lalu. Kini Meifal, Hijria dan ketiga putra mereka tinggal nyaman di rumah seluas 170 m2 di atas tanah 300 m2.
Ingin punya rumah di Kota Padang, Sumatera Barat, seperti rumah Meifal yang kotanya bukan hanya dikenal indah, tapi juga semakin maju dan lengkap fasilitasnya? Cek pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp700 jutaan di sini!
Cerita Rumah Meifal: 4 Tahun Jadi Dosen di Jepang, Pulang Langsung Berencana Punya Rumah di Padang
Sejak 2004 hingga 2008, pada awal masa pernikahan, Meifal yang berprofesi sebagai dosen mendapat beasiswa untuk bersekolah di Tokyo, Jepang. Bersama istri serta dua putra pertamanya, mereka tinggal di Yokohama – sebelum akhirnya pindah ke Nagoya pada tahun terakhir di Jepang.
“Selama di Jepang, kami terbiasa tinggal di rumah yang terbuka bagian depan dan belakangnya. Cahaya dan udara bisa masuk dari kedua arah. Kebetulan, sewa rumah di Nagoya dan Yokohama jauh lebih rendah daripada Tokyo. Jadi kami bisa menyewa rumah yang berkualitas dan berukuran cukup luas,” kenang Meifal.
“Kami melihat berbagai model rumah di Jepang,” lanjut Hijria. “Sesekali saya membeli majalah desain rumah juga. Impian kami terbentuk dari sini. Kami ingin punya rumah lega dengan halaman belakang tempat bercocok tanam. Kami tak tahu apa kelak mampu membeli rumah seperti itu, tapi begitulah mimpi kami.”
9 Inspirasi Rumah Gaya Jepang Paling Rekomendasi
Ketika kembali ke Indonesia pada akhir 2008, mereka menumpang tinggal di rumah orang tua Hijria di Kota Padang. Sambil menata ulang kehidupan di tanah air kembali, perlahan-lahan mereka berusaha mencari cara mewujudkan rumah impian.
“Awalnya, orang tua sering memberikan info rumah yang dijual. Salah satunya, perumahan yang dibangun persis di dekat rumah mereka. Sebenarnya rumah yang ditawarkan bagus-bagus dan harganya relatif terjangkau. Namun model rumahnya mepet sampai belakang. Kalau pun ada sisa lahan kosong, biasanya kecil sekali,” kata Meifal.
Tak kunjung menemukan rumah yang cocok, Meifal dan Hijria berubah pikir untuk membangun rumah impian mereka sendiri. Mengandalkan informasi dari teman-teman, mereka mulai berburu tanah. Ada beberapa kriteria yang mereka tetapkan dalam mencari tanah. Pertama dan terutama, luasnya berkisar 250 – 300 meter persegi.
Cerita Rumah Meifal: Putuskan Beli Tanah di Pusat Kota Meski Harga Lebih Tinggi dari Rencana Semula
Kedua, lokasinya dekat dari rumah orang tua. Ketiga, bebas banjir, karena di Padang juga ada beberapa titik yang rawan banjir. “Lokasi rumah kami masih tergolong pusat Kota Padang. Sebenarnya kalau kami membeli tanah di pinggir kota, kami mungkin bisa mendapatkan tanah lebih luas dengan harga lebih rendah,” jelas Hijria.
Namun pertimbangannya, mengunjungi atau dikunjungi orang tua jadi perlu waktu lebih lama. Dari rumah mereka sekarang ke rumah orang tua hanya 5 – 10 menit dengan motor. “Selain itu, sekolah anak juga menjadi pertimbangan utama. Sekolah yang kualitasnya memenuhi ekspektasi kami ada di pusat Kota Padang. Kalau rumah kami di pinggiran, anak-anak terlalu jauh dari sekolahnya.”
Jadi mereka memutuskan mencari tanah di pusat kota, walaupun harganya lebih tinggi dari rencana semula. Meski begitu Meifal dan Hijria tidak terburu-buru untuk membeli. Ada satu lokasi yang cukup menarik, tapi mereka urung membeli karena lahannya adalah tanah rawa yang lunak. Pasti perlu dana besar untuk menimbun tanah rawa, pikir mereka.
Hingga akhirnya satu peristiwa besar memacu Meifal untuk segera membeli tanah. Peristiwa itu adalah gempa besar berkekuatan 7,6 SR pada 2009 yang mengguncang Sumatera Barat dan menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah.
Setelah gempa, harga tanah di wilayah pesisir anjlok. Sebaliknya, harga tanah di kawasan yang lebih tinggi melonjak naik. Orang tak berani lagi tinggal di dekat pantai karena risikonya sangat tingggi. Episentrum gempa 2009 itu memang terletak 50 kilometer lepas pantai barat laut Sumatera.
“Kami kaget karena kenaikan harga tanah sangat signifikan, sampai beberapa kali lipat. Wah, sudah tak bisa santai lagi, nih. Harus mulai serius mencari tanah. Jika ditunda-tunda, bisa jadi harga tanah semakin naik dan kami takkan mampu membelinya. Kami langsung giat mencari info tanah yang dijual. Semua teman ditanya,” urai Meifal.
Cerita Rumah Meifal: Beli Tanah Seharga Rp450 Ribu Per Meter Persegi, Konsultasi dengan Ustaz Soal Lokasi
Meifal kembali menengok tanah rawa yang dulu ditawarkan padanya. Ternyata tanah itu sudah terjual. Masih belum menyerah, ia berkeliling area itu sekiranya ada tanah lain yang dijual. Nasib baik berpihak padanya. Meifal akhirnya menemukan tanah kavling yang memenuhi semua kriteria yang dicarinya.
Meskipun ingin segera memiliki tanah, tapi ada beberapa hal yang wajib dicek Meifal, antara lain: Memastikan keaslian bukti kepemilikan/sertifikat (bisa di BPN atau kini secara online), mengecek status kepemilikan (terutama jika masih girik), dan memeriksa detail tanah (memastikan ukuran, batas, dan luas tanah di sertifikat sesuai kondisi lapangan).
Ada satu hal yang membuat Meifal dan Hijria ragu membeli tanah incaran mereka. Di area belakang rumah ada kuburan. Mereka bahkan berkonsultasi pada seorang ustaz, apakah aman membeli tanah tersebut.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, kpr, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com.
“Posisi kuburannya di mana?” tanya ustaz saat itu.
“Di belakang rumah, tapi agak menyamping,” jawab Meifal.
“Ooo…, kalau di belakang nggak apa-apa. Asal jangan di depan.”
“Memang kenapa kalau di depan?”
“Yaa, nggak enak saja sih. Masa pemandangan depan rumahnya kuburan?” kata ustaz setengah berkelakar.
Setelah mendapat jawaban ini, Meifal dan Hijria memantapkan hati membeli tanah. Kavling seluas 300 meter persegi itu dijual seharga Rp450 ribu per meter persegi. Meifal belum punya dana sebanyak itu, jadi ia mengajukan pinjaman lunak pada orang tua dan saudaranya. Ia yakin sanggup mengembalikan pinjamannya, terpenting kavling itu ia ‘amankan’ dulu.
Benar saja, dua tahun kemudian, Meifal berhasil melunasi pinjamannya. Setelah beres, barulah ia dan Hijria mulai berpikir untuk membangun rumah impian mereka. Namun sebelumnya, mereka tentu perlu dana lagi. Kali ini, pendanaannya bersumber dari Kredit Multiguna Bank Nagari Syariah – Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat.
Cerita Rumah Meifal: Bangun Rumah Pakai Kredit Multiguna Syariah, Jaminkan Sertifikat Tanah
Dari laman panduan Rumah247.com, jika biaya renovasi rumah terhitung besar, sebaiknya manfaatkan fasilitas KPR untuk renovasi yang disediakan banyak perbankan. Pilihan jenis kredit yang tersedia mulai dari Kredit Bangun Rumah (KBR), Top Up KPR, Kredit Multiguna, hingga Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang bisa dimanfaatkan untuk renovasi rumah.
Syarat dan prosedur yang dipenuhi nyaris sama dengan pengajuan KPR pembelian rumah. Dimana syarat wajibnya adalah nasabah merupakan WNI, usia minimum 21 tahun saat pengajuan dan maksimal 55 tahun saat kredit lunas, serta mengisi formulir dan melengkapi persyaratan dokumen.
Sebelum mengambil kredit multiguna di Bank Nagari Syariah, Meifal mencari informasi di beberapa bank syariah lainnya juga. Pada saat bersamaan, Bank Nagari datang ke kampus tempat Meifal mengajar untuk mempromosikan produk mereka. Kebetulan, Bank Nagari juga memiliki unit usaha syariah.
Seputar Kredit Bangun Rumah (KBR) dan Cara Pengajuannya
Berbeda dari Kredit Bangun Rumah, saat pengajuan kredit multiguna nasabah tak perlu memberikan RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Meifal mengambil tenor 15 tahun dengan cicilan tetap sesuai kesepakatan awal.
“Biasanya, di bank konvensional, debitur hanya sibuk mencicil bunga pada tahun-tahun awal. Setelah itu, barulah mulai mencicil pokok pinjaman. Nah, di bank syariah, kami tidak repot mencicil bunga di awal. Kalau ada rezeki lebih, kami jadi lebih mudah melunasi pinjaman sebelum tenor berakhir,” kata Meifal.
Cerita Rumah Meifal: Bangun Rumah Tumbuh Ala Rumah Jepang, Arsitek Berdomisili di Semarang
“Alhamdulillah, pinjaman kami sudah lunas pada tahun kesepuluh,” sahut Hijria. “Jadi sebenarnya masih tersisa waktu 5 tahun. Pinjaman ini kami gunakan untuk membangun rumah tahap pertama dahulu, yakni bangunan rumah yang setidaknya sudah layak huni walaupun belum komplet sesuai impian.”
Pada 2011, Meifal dan Hijria mulai berkonsultasi dengan arsitek yang mereka temukan secara online. Kebetulan karena arsiteknya berdomisili di Semarang jadi mereka hanya berkomunikasi via e-mail dan SMS saja.
“Sesuai arahan kami, arsitek membuatkan dua gambar: Desain tahap pertama dan desain rumah yang lengkap. Sempat revisi beberapa kali sampai dapat yang paling cocok. Selain itu, arsitek juga membuatkan RAB. Walau hanya konsultasi jarak jauh, tapi kami puas dengan hasil kerja dan biaya jasanya,” jelas Hijria.
Tips Rumah247.com
Cara cepat melunasi cicilan kredit adalah dengan mengurangi sisa pokok. Caranya, tambah simpanan tabungan Anda menjadi dua kali lipat. Bila biasanya Anda menyisihkan sepertiga dari penghasilan untuk membayar cicilan, coba sisihkan setengah dari penghasilan, dan jika memungkinkan dua per tiga, untuk mengurangi sisa pokok KPR.
Sepanjang 2012 sampai 2021 lalu, rumah Meifal dan keluarga ‘bertumbuh’ dalam tiga tahap: Pertama, bangunan rumah 80 meter persegi dengan dua kamar dan satu kamar mandi. Kedua, pada 2016, penambahan garasi serta pagar depan dan belakang. Ketiga, awal 2021, penambahan dua kamar dan dua kamar mandi.
“Rumah ini tumbuh sesuai bujet kami. Pada tahap pertama, bagian dalam rumah memang sudah dikeramik dan dicat. Dapur juga sudah rapi. Namun bagian luar belum diplester, tiang belum dilapisi keramik, pagar dan garasi juga belum ada. Nah, tahun-tahun selanjutnya, saat ada bujet lagi, baru kami lengkapi satu-satu,” urai Meifal.
Konsep rumah tumbuh yang ditetapkan sejak awal memudahkan Meifal. Misalnya –terinspirasi oleh rumah sewaan di Jepang—dapur sengaja diposisikan di bagian depan rumah. Dapur ini sejajar dengan ruang tamu, tapi dipisahkan oleh dinding. Dapur dan ruang tamu punya pintu dan jendela masing-masing.
Cerita Rumah Meifal: Beli Tanah Dekat Kuburan, Udara Segar, Cahaya Masuk Rumah Tanpa Penghalang
Walaupun tidak lazim, tapi penempatan dapur di depan memudahkan Meifal saat akan menambah kamar di bagian belakang rumah. Andai dapur ada di area belakang, ia tentu perlu ‘menggeser’ dapur dan merombak besar-besaran. Namun karena dapur sudah di depan, ia hanya perlu membobol satu dinding belakang untuk menambah kamar.
Kini sudah genap sepuluh tahun Meifal, Hijria dan ketiga putranya menempati rumah. Anak-anak mereka tumbuh seiring pertumbuhan rumah. Tak hanya itu, nilai tanahnya tentu ikut bertumbuh. Jika dulu nilainya ‘hanya’ Rp 450 ribu per meter persegi, kini sudah mencapai Rp 2 juta per meter persegi.
“Bagi kami, rumah ini sudah ideal dan seperti yang kami bayangkan. Banyak orang tak mau membangun sendiri karena enggan repot. Namun jika ingin mendapatkan persis seperti yang diinginkan, kita harus mau repot sedikit. Kerepotannya sepadan dengan hasilnya,” tutur Hijria.
Ia melanjutkan, “Sekarang rumah rata-rata mahal. Tanahnya kecil, bangunannya sempit. Kalau pun ingin menambah ruang, sudah mentok. Mau nambah ke mana? Di Padang juga sedikit sekali rumah dengan tanah di atas 200 per meter persegi. Mungkin ada di perumahan mewah, tapi rata-rata luas rumah di sini maksimal 150 per meter persegi.”
Dulu, Meifal menyebut rumahnya ‘mewah’ alias ‘mepet sawah’ karena sebagian lahan di lingkungan mereka masih berupa sawah. Kini satu per satu sudah menjadi rumah. Namun mereka bersyukur karena lahan bagian belakang rumah tidak dibangun karena ada kuburan di sana. Rupanya ada untungnya juga membeli tanah di dekat kuburan.
Bagian belakang yang berupa lahan terbuka membuat udara segar dan cahaya alami masuk ke rumah tanpa terhalang bangunan – walaupun tetap dipisahkan pagar setinggi 2,5 meter. Sehari-hari, mereka bahkan masih bisa mendengar suara burung berkicau. Di lahan belakang itu, mereka menanam pohon pisang dan jambu.
Mimpi Meifal dan Hijria memiliki rumah yang lapang dan terbuka benar-benar telah terwujud. Kesabaran dan kerja keras membangun rumah impian telah terbayar lunas. Kini, mereka ingin terus menciptakan memori-memori indah di rumah agar ketiga putranya akan selalu memandang rumah itu sebagai tempat pulang terbaik.
Itulah cerita Meifal yang berhasil mewujudkan rumah impiannya di Kota Padang, rumah yang inspirasinya datang sewaktu menetap di Jepang. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Eyi Puspita, Foto: Permei Setyo
Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.