Trifianti, seorang dokter gigi muda dan juga aktif di sebuah LSM yang bergerak di bidang kesehatan kini tengah menikmati babak kehidupan barunya. Baru saja menikah dan langsung menghuni rumah barunya, tempatnya bernaung bersama sang suami, Andre Melky Respessy.
“Saya merasa rumah harus dimiliki oleh setiap orang. Dan saya ingin tabungan saya menjadi sesuatu yang bernilai, seperti rumah,” jelas wanita yang akrab dipanggil Lieke itu terkenang kisah awal sekitar 4 tahun lalu. Tepatnya saat ia memutuskan untuk mulai mencari sebuah rumah.
Dengan berbagai kesulitan yang dilaluinya saat mencari rumah, hingga melangkah ke babak baru kehidupan, menikah di masa pandemi, memberi Lieke cerita indah yang akan dikenangnya sampai kapan pun jua.
Lagi cari rumah dengan harga terjangkau di Bintaro yang kawasannya sudah jadi dan punya nilai investasi tinggi? Cek aneka pilihan rumahnya dengan harga mulai dari Rp500 jutaan di sini!
Cerita Pencarian Lieke Berdasarkan Harga Rumah
“Jujur awalnya tidak pernah terbersit rencana untuk membeli rumah, namun akhirnya kepikiran juga sih daripada uang tabungan tidak ada wujudnya,” kata Lieke. Memang membeli properti adalah suatu hal yang besar, tak heran banyak sekali cerita mewujudkan rumah idaman dengan cara yang berbeda-beda.
Bagi Lieke membeli rumah pada akhirnya memang menjadi suatu keharusan, wajib. Selain bagus untuk investasi, Lieke pun sadar akan harga rumah yang setiap tahunnya akan terus meningkat. Maka dari itu mulailah Lieke berpikir untuk lebih serius guna mewujudkan mimpi besarnya ini.
“Saat itu memang kami belum menikah, awalnya kami ingin proses pembelian rumah ini dilakukan berdua. Namun mungkin prosesnya malah jadi rumit ya, akhirnya saya pun memberanikan diri untuk merencanakan pembelian rumah atas nama saya sendiri,” paparnya.
Lieke pun mulai merencanakan dan mengerucutkan proses pencariannya. Sebelum mulai benar-benar mencari, ia mulai memikirkan seperti apa dan bagaimana rumahnya nanti. Tentunya sambil mencoba untuk tetap realistis.
“Sebelumnya saya tinggal dengan orang tua di Bintaro Jaya sektor 4 yang termasuk kawasan perumahan Bintaro yang lama, dengan bentuk rumah yang cenderung besar, tetapi di sekitarnya masih banyak wilayah asli,” jelas Lieke.
Walaupun sangat ingin tetap berada di kawasan Bintaro, namun kondisi yang selama ini Lieke hadapi membuatnya kurang sreg. Jalanan ramai, dengan banyaknya akses keluar masuk dan tembus ke jalan-jalan kecil.
“Sebenarnya sih enak ya di daerah sektor 4 itu, karena jaraknya ke Stasiun Pondok Ranji hanya memakan waktu 10 menit saja,” jelas Lieke. Apalagi menurutnya zaman sekarang itu idealnya memang cari perumahan yang dekat atau mudah aksesnya ke stasiun kereta supaya mudah ke mana-mana.
100 Rumah Dijual Terpopuler di Indonesia
Dan Lieke sendiri layaknya serdadu yang mau maju ke medan perang, sebelum terjun ke lapangan pun menyiapkan amunisinya terlebih dahulu. Lieke berselancar di dunia maya, bukan untuk mencari rumah yang dijual, melainkan untuk mencari tahu pasaran harga rumah.
“Saya menggunakan informasi dari listing perumahan di Rumah.com untuk mencari tahu harga rumah. Realistis saja, untuk rumah di kawasan Bintaro Jaya, pasti sulit yang harganya masih di bawah 1 milyar,” papar Lieke.
Lieke pun menyadari, dengan bujet yang diinginkannya, kemungkinan yang paling bisa dibeli di Bintaro adalah rumah yang belum dibangun.
Cerita Akses, Desain Rumah, dan Harga Jadi Pertimbangan Membeli Rumah
Setelah mengerucutkan area pencarian, kawasan sekitar Bintaro atau dekat dengan stasiun kereta pun menjadi pantauan Lieke. Selain kawasan sekitar Bintaro, Lieke pun memperluas jangkauannya dengan melirik hingga ke kawasan Serpong, Tangerang Selatan.
Lieke kemudian membuat daftar perumahan yang ingin disurvei. Namun keinginan untuk memiliki rumah yang tak jauh dari rumah orang tuanya membuat Lieke mengenyampingkan pilihan rumah yang dekat dengan stasiun kereta.
“Kebetulan kan saya waktu itu praktek dekat Graha Bintaro, jadi sering lewat daerah Graha Bintaro, Tangerang Selatan. Saya mikir pas lewat area itu, oh daerah situ kali ya?! kan disitu memang lagi membangun,” cerita Lieke.
Kemudian Lieke mencari perumahan yang berada di kawasan Graha Bintaro. Dari seorang teman yang tinggal di sana, ia baru mengetahui bahwa Graha Bintaro adalah perumahan lama berkonsep RSS (Rumah Sangat Sederhana). Walaupun jika dilihat sekarang ini banyak rumah-rumah yang telah direnovasi dan jadi lebih modern dan besar.
Di area Graha Bintaro tersebut, Lieke merasakan suasana seperti di rumah orang tuanya, di Bintaro sektor 4. Dimana akses keluar masuk ke jalan-jalan kecil juga banyak. Ramai dan ia tidak merasa nyaman.
Akhirnya kami mengetahui ada area Graha Bintaro baru, yaitu lebih dekat ke Alam Sutera. Bersama orang tuanya, Lieke melakukan survei di seputaran area tersebut, sambil bertanya-tanya ke satpam cluster.
Dan satpamlah yang memberinya masukan untuk datang langsung ke bagian pemasaran Bintaro Jaya, untuk mendapatkan info mengenai cluster yang sedang dibangun. Saat di kantor marketing Bintaro Jaya, Lieke pun mendapat informasi bahwa saat itu sedang direncanakan pembangunan tiga cluster baru dengan sistem inden 2 tahun.
Dengan mempertimbangkan harga, desain rumah, serta akses, akhirnya Lieke memilih Cluster Linea. Cluster Linea inilah yang paling masuk perhitungan bujet Lieke. Untungnya lokasinya malah berada di bagian paling depan.
“Saya sadar kalau daerah tersebut memang cukup jauh aksesnya ke stasiun KRL, tapi karena ke Ciledug dekat, saya pikir nantinya bisa memilih naik bus TransJakarta,” papar Lieke. Akhirnya setelah 9 bulan mencari-cari, pilihannya pun jatuh pada rumah inden di Cluster Linea yang berada di kawasan Graha Bintaro.
Cerita Malaikat Pelindung yang Memudahkan Proses Pembelian Rumah
Banyak faktor yang membuat Lieke merasa sangat cocok dengan rumah di Cluster Linea tersebut. Cluster dengan satu pintu akses keluar yang dijaga satpam memberinya rasa nyaman dan aman. Walaupun inden selama dua tahun, namun Lieke percaya untuk membeli melihat pengembangnya adalah Jaya Property.
Bangunan dua lantai dengan luas tanah 60m2 tersebut sesuai dengan kisaran harga yang diinginkannya di mana ia mencari rumah yang harganya di bawah Rp1 milyar. Pada saat itu, harga yang ditawarkan di Cluster Linea sekitar Rp800 jutaan rupiah.
Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh Lieke adalah cara pembayaran rumah tersebut. Awalnya Lieke berencana untuk mengajukan KPR, namun statusnya saat itu sebagai karyawan lepasan membuat Lieke merasa pesimis pengajuan KPR-nya akan disetujui.
Selain praktek sebagai dokter gigi, saat itu Lieke memang baru saja memulai kariernya sebagai Technical Officer di sebuah LSM Internasional. Orang tuanya yang selama 9 bulan menemani Lieke untuk mencari rumah pun merasa jatuh iba. Apalagi Lieke kelihatan sudah cocok banget dengan rumah tersebut.
Sang malaikat pelindung pun mengulurkan tangannya. Masalah yang dihadapi Lieke bisa terselesaikan berkat pinjaman dana lunak dari orang tuanya. Jadi Lieke yang membayar uang muka atau DP rumahnya sendiri sedang sisa pelunasannya dibayarkan kontan oleh orang tuanya.
Namun walaupun pinjamannya antara anak dan orang tua, Lieke tetap membayar cicilannya secara profesional.
Panduan Membeli Rumah bagi Pengantin Baru
“Jadi waktu itu saya dibantu pinjaman dana untuk pelunasannya saja, untuk lain-lainnya tidak. Dan sedari awal, saya sudah perhitungkan dan menargetkan bahwa cicilan ini akan lunas tidak sampai 10 tahun,” jelas Lieke.
Walaupun mencicil sejumlah uang ke orang tua relatif lebih fleksibel untuk tenggat waktu jatuh temponya, namun dengan segala upaya, Lieke tetap mengutamakan pengeluarannya untuk membayar cicilan pinjaman ke orang tuanya setiap bulan.
“Saya juga jadi lebih termotivasi untuk bekerja, karena memikirkan harus membayar cicilan rumah tersebut. Dan lega sekali karena tidak lama lagi akan selesai saya lunasi,” jelasnya dengan rasa lega yang terpancar dari binar matanya.
Cerita Tentang Pengantin Baru yang Mengisi Rumah Baru
Rumah Lieke akhirnya selesai dibangun pada akhir tahun 2018. Tapi rumahnya tidak langsung ditinggali, setiap akhir pekan secara bertahap Lieke ke rumah barunya sambil beberes membenahi sana-sini.
“Baruntung adik saya seorang arsitek. Rumah ini tidak banyak direnovasi, apalagi untuk bagian tampilan depan memang tidak boleh diubah dalam dua tahun pertama. Namun adik saya membantu memilihkan material yang digunakan di bagian dalam rumah,” jelas Lieke.
Pada area dapur yang terletak di bagian belakang rumah, hanya mendapatkan sedikit atap. Lieke pun menambahkan semacam kanopi yang kokoh untuk membuat dapurnya tetap aman dari terpaan hujan.
Lieke yang kurang menyukai kegiatan berkebun juga menutup halaman depan rumahnya dengan lantai. Alih-alih kuatir halaman dengan tanah nantinya jadi kotor, untuk unsur asri Lieke meletakkan pot-pot besar tanaman untuk mempercantik bagian depan rumahnya.
“Andre yang membeli furnitur-furnitur besar untuk melengkapi isi rumah. Selama kurang lebih satu tahun kami mengisi rumah secara bertahap sebelum nantinya setelah menikah langsung kami tinggali,” cerita Lieke.
Lieke dan Andre akhirnya menikah pada bulan Maret 2020 lalu, saat pandemi baru terjadi. Jadilah mereka pengantin baru yang mengisi rumah baru ketika terjadi pandemi. Dan sejak awal tahun 2020 sebelum ada pandemi COVID-19 mereka memang sudah menyiapkan segala kelengkapan isi rumahnya. Namun ada hal lucu yang terjadi dan cukup membuat Lieke dan Andre geleng-geleng kepala.
Kamar tidur utama yang terletak di lantai atas ternyata membawa cerita unik. Siapa sangka tempat tidur yang dibeli ternyata tidak muat saat dibawa naik melalui tangga untuk diletakkan di kamar atas. Tak ada yang pernah menyangka, karena semua berpikir ukuran ruang tangga dan bagian atasnya akan mampu dilewati furnitur besar.
Tips Rumah.com
Lakukan survei ke banyak lokasi sebagai komparasi sebelum menentukan pilihan. Pertimbangkan akses dan fasilitas perumahannya lalu sesuaikan juga dengan bujet dan kebutuhan.
“Wah saya bingung saat itu. Tukang dari toko kasur hanya meletakkannya saja di bawah dan pulang. Saya pikir kan setiap rumah itu dibuat dengan ukuran ruang yang umum. Ternyata kasur saya nyangkut di tangga, apalagi kasurnya besar dan ada bagian bawahnya (bukan dipan),” cerita Lieke.
Tak hilang akal, Lieke dan Andre jalan ke depan dan bercerita sekaligus bertanya kepada satpam mengenai kondisi ini. Dan kata satpam, “Wah, ibu sudah orang keenam yang kasurnya tidak muat diangkat ke atas.” Akhirnya satpam membantu memanggilkan satu orang tukang, dan membantu memasukkan kasur tersebut melewati… jendela kamar!
“Ya, jendelanya di kamar memang tipe yang tinggi dengan bukaan yang cukup lebar. Tapi masalahnya saat itu jendelanya sudah dipasang teralis agar lebih aman. Alhasil harus dibuka dulu teralisnya. Ternyata memang zaman sekarang itu harusnya beli furnitur yang belum dirangkai. Jadi kita pasang sendiri di dalam. Tapi, ini kan kasur ya,” papar Lieke sambil terbahak.
Cerita Bekerja dari Rumah, Work From Home, Sambil Mempercantik Isi Rumah
Kondisi work from home ini dilaluinya dengan bekerja sekaligus mempercantik isi rumah. Dalam kondisi ini lumayan banyak pengeluaran yang bisa dipangkasnya sehingga bisa dialokasikan lebih banyak pula untuk membayar cicilan rumah ke orang tuanya.
Kini Lieke dan Andre sudah tinggal dan nyaman di rumah barunya. Di tengah kondisi pandemi yang membuat Lieke harus bekerja dari rumah, mereka melihat segi positif dari kehidupan di normal baru ini. Selain harus menjaga kesehatan tubuh, kesehatan alokasi dana sehari-hari pun harus dijaga.
Andre yang bekerja di salah satu bank swasta nasional sudah rutin masuk kantor, sementara Lieke sendiri bekerja dari rumah. Kondisi work from home ini dilaluinya dengan bekerja sekaligus mempercantik isi rumah. Dalam kondisi ini lumayan banyak pengeluaran yang bisa dipangkasnya sehingga bisa dialokasikan lebih banyak pula untuk membayar cicilan rumah ke orang tuanya.
“Sambil di rumah, pelan-pelan saya percantik dapur. Lihat-lihat e-commerce, ada rak yang cocok, saya beli, pasang sendiri. Juga kursi dan meja kerja. Penting membuat area kerja di rumah yang khusus dalam kondisi seperti saat ini, agar ritme kerja tetap terjaga dan semangat,” jelasnya.
Lieke menambahkan, “Ada yang lucu lagi, saya belanja via online itu memang selalu memilih opsi dikirim di hari yang sama. Dan selalu saya transaksi pagi supaya barang cepat sampai. Suatu hari, sekitar jam 11 satpam depan telpon, bu pesan meja ya? Saya kaget, kok tau? Cepat sekali mejanya datang, eh ternyata toko furniturnya berada pas di depan cluster,” ceritanya sambil tertawa.
Cerita Lieke Berbagi Inspirasi dan Apartemen di Tengah Kota
“Ketika rumah terbeli dan akhirnya selesai dibangun, rasanya tuh lega. Karena saya tahu tidak mudah mencari rumah yang sesuai,” jelas Lieke yang mengungkapkan perasaannya. Berdasarkan cerita dari proses pencarian rumah yang dilakukannya, Lieke pun berbagi tips yang inspiratif bagi para pencari rumah lainnya:
- Lakukan survei ke banyak lokasi sebagai komparasi sebelum menentukan pilihan.
- Sesuaikan dengan bujet dan kebutuhan, misalnya akses, fasilitas, dan lain sebagainya.
- Selalu cari tahu mengenai informasi terkait proses KPR sebelum mengajukannya.
- Jika ternyata mendapat pinjaman dari kerabat, buatlah perhitungan target hingga kapan akan selesai dilunasi.
- Bijaklah dalam mengeluarkan uang, jika misalnya mendapat bonus atau THR (Tunjangan Hari Raya), prioritaskan terlebih dahulu untuk membayar cicilan.
- Pindah rumah di saat pandemi harus memprioritaskan barang-barang yang paling terpenting dahulu. Utamakan keselamatan dan keamanan saat terpaksa harus berbelanja ke tempat umum.
Membeli Rumah untuk Pertama Kali
Saat ini tak banyak perubahan yang ingin Lieke dan Andre lakukan terhadap rumah baru mereka. Namun salah satu keinginan paling terdekat adalah membuat pagar. Ya, rumah di Cluster Linea memang tanpa pagar. Tapi dengan keberadaan anjing kesayangan Lieke yang sangat suka mengejar kucing, Lieke akan mencoba meminta izin dari pengembang untuk membuat pagar.
“Melihat rumah tanpa pagar ini cukup membuat orang tua kami cemas. Ibu saya seperti panik, itu motornya langsung kelihatan, sepeda juga,” ungkap Lieke sambil tergelak mendengar komentar-komentar dari ibunya yang datang berkunjung.
Renovasi tambahan lainnya yang nantinya ingin dilakukan pengantin baru ini adalah ingin memperluas area lantai atas agar ada ruang bersantai selain kamar di atas. Hal ini sangat bisa dilakukan karena masih ada ruang pada bagian belakang rumah.
Kini Lieke dan Andre sudah cukup puas. Sebagai pasangan terakhir yang berhasil menikah di gereja yang mereka inginkan sebelum masa PSBB total dilakukan, mereka berpikir jika saat itu pernikahan diundur, mungkin sekarang belum bisa menikmati tinggal di rumah baru ini.
Ya, dari yang rencananya pernikahan dihadiri sebanyak 300 tamu, pada akhirnya susut hingga 30 tamu saja. Katering yang telah dibayar lunas pun tak bisa dibatalkan. Makanan yang berlebih akhirnya dikirimkan kepada para kerabat dan sahabat.
Namun vendor lain seperti dekorasi, musik, dan beberapa lainnya yang bisa dibatalkan, membuat Lieke dan Andre bisa menerima kembali sejumlah uang yang sudah dibayarkannya. Dan uang pengembalian dari vendor yang bisa dibatalkan juga digunakannya untuk menambah pembayaran cicilan rumahnya.
Pasangan yang berbahagia ini kini menekuni hobi bersepeda yang dahulu telah dilakoni Andre. “Demi menjaga stamina. Tapi kalau saya sih paling jauh baru sampai ke rumah orang tua di Bintaro sektor 4,” jelas Lieke tertawa.
Ketika ditanya apakah memiliki properti saat ini sudah membuat Lieke dan Andre puas, keduanya menyatakan belum puas. Ke depannya mereka memimpikan punya properti lain, tapi bukan rumah melainkan apartemen.
“Kita sadar disini cukup jauh dari tengah kota. Ingin sih punya apartemen di tengah kota, jadi jika pulang ke rumah kejauhan, bisa transit dulu di tengah,” jelas Lieke menutup perbincangan.
Itulah cerita perjalanan pencarian rumah Lieke untuk punya rumah sendiri yang kini sudah dihuni bersama sang suami. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Erin Metasari, Foto: Hadi Barong