“Rumah merupakan tempat berlindung dan bernaung yang nyaman. Filosofinya, rumahku adalah surgaku. Segala sesuatu yang berangkat dari rumah harus dapat bernilai positif.” – Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri
Idealnya orang yang berumah tangga, punya rumah sendiri tentu saja jadi kebanggaan tersendiri. Selain dalam rangka memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, tinggal di rumah sendiri mendorong untuk hidup mandiri, memberi pengalaman dan pelajaran hidup. Hal ini dirasakan betul oleh pasangan suami istri, Hary Gunawan dan drg. Amila Fithri.
Perjuangan Hary dan drg. Fithri dalam mewujudkan mimpinya memiliki rumah sendiri juga jadi cerita yang tak kalah menginspirasi. Bagaimana tidak, bercita-cita bisa tinggal di rumah sendiri sebelum menikah, namun baru terwujud lebih dari satu dekade kemudian. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur kepada Allah SWT atas pencapaian ini,” ungkap Hary.
Hary dan drg. Fithri kini menempati sebuah rumah di klaster Glass House Residence, Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat. Banyak hikmah yang dipetik pasangan ini dengan membeli rumah dua lantai di atas lahan seluas 70 meter persegi berdesain minimalis. Bonusnya, nilai investasi rumah meningkat cukup lumayan dalam beberapa tahun.
Mau punya rumah yang lokasinya strategis agar investasinya manis, segala fasilitas lengkap tersedia, dekat sekolah, dan punya akses mudah ke Jakarta seperti seperti rumah Hary dan drg. Fithri di Jatibening, Kota Bekasi? Temukan pilihan rumahnya di sini!
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Belum Punya Rumah Sendiri, Tetap Bertekad Hidup Mandiri
Kisah perjalanan rumah tangga Hary dan drg. Fithri dimulai pada tahun 2006. Layaknya pasangan baru yang belum memiliki rumah sendiri, Hary dan drg. Fithri untuk sementara waktu tinggal di rumah orang tua. Namun tekad mereka untuk hidup mandiri begitu kuat, mereka bahkan mempersiapkan rencana untuk punya rumah sendiri, tidak lagi tinggal bersama orang tua.
“Kami bukan berasal dari kalangan the have, tapi the reach. Nah, kalau diucapkan, kata the reach ini mirip dengan kata the rich, ha…ha…ha…. Padahal secara arti jauh berbeda. The reach yang saya maksud adalah ‘menjangkau’. Artinya, kami harus berusaha keras terlebih dulu jika ingin mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan,” jelas Hary.
Hary dan drg. Fithri merupakan pasangan yang sama-sama bekerja. Hary meniti karier di perusahaan swasta di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, sedangkan drg. Fithri tercatat sebagai dokter gigi yang praktik di Puskesmas Kelurahan Cipinang, Jakarta Timur. Di sela-sela kesibukan bekerja, suami-istri ini giat pula berbisnis dengan menjual produk kuliner, seperti pempek, bakso, dan frozen food.
21 Peluang Usaha Baru yang Patut Dicoba
Beruntung rumah orang tua Hary dan drg. Fithri berlokasi sangat strategis sehingga dapat mendukung aktivitas keduanya sehari-hari. Rumah orang tua mereka yang berlokasi di Jl. Raya Cikunir, Jatibening, Kota Bekasi, cukup strategis karena dekat dengan akses tol. Hal itu cukup memudahkan keduanya dalam melakukan kesibukan sehari-hari, pergi ke tempat kerja, berbisnis, hingga ke tempat rekreasi keluarga.
Keinginan Hary dan drg. Fithri untuk memiliki rumah sendiri memang belum terwujud hingga beberapa tahun setelah menikah. Hal itu cukup bertolak belakang dengan harapan keduanya yang hendak menyiapkan rumah terlebih dulu sebelum melangsungkan pernikahan.
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Niat Punya Rumah Membumbung, Bikin Rajin Menabung
“Hidup mandiri kami rasa menjadi cita-cita bagi semua pasangan suami istri. Hanya saja soal timeline masing-masing pasangan tentunya berbeda-beda. Ada yang cepat, ada yang beberapa waktu kemudian baru terwujud. Yang terpenting bagi kami adalah semangat untuk menuju kemandirian tidak pernah surut. Kami terus pupuk sembari berusaha mewujudkannya,” ucap Hary.
Hary dan drg. Fithri berkali-kali mengungkapkan rasa syukur memiliki orang tua yang sangat perhatian dengan kehidupan rumah tangganya. “Alhamdulillah, tinggal bersama orang tua sebenarnya bikin hati tenang, apalagi kami punya anak yang masih balita. Sebentar-sebentar sakit, misalnya. Nah kalau anak sakit, pasti baliknya ke orang tua lagi kan, ha…ha…ha…,” tambah Hary.
Hingga memiliki dua buah hati, yakni Muhammad Khalifah dan Athallah Rafif, keinginan Hary dan drg. Fithri untuk punya rumah sendiri masih juga belum terjadi. Namun, semangat keduanya untuk punya rumah sendiri tetap membumbung tinggi. “Saya dan istri terus berjuang, dong. Kami sama-sama kerja, tetap berdagang, dan giat menabung,” Hary menambahkan.
Fasilitas umum yang tersedia di sebuah komplek perumahan akan berkontribusi terhadap kualitas hidup Anda dan Anak Anda. Simak panduan mencari rumah yang mendukung tumbuh kembang anak lewat video berikut ini.
Proses yang benar biasanya tidak pernah mengkhianati hasil. Begitu kira-kira keyakinan yang tertancap dalam hati Hary dan sang istri. Jika suatu saat tabungan mereka telah mencukupi, keduanya baru akan mulai mencari rumah sesuai dana yang dimiliki. Tidak tanggung-tanggung, mereka menargetkan bisa membeli rumah secara cash keras!
Menjelang akhir tahun 2016, Hary dan drg. Fithri mulai mencari-cari rumah yang sesuai kriteria mereka. Mulai dari bertanya kepada keluarga, teman, serta browsing internet dilakoni oleh pasangan ini. Dari sekian banyak pertimbangan yang muncul, Hary dan drg. Fithri menomorsatukan faktor lokasi dan ketersediaan dana.
“Zaman internet, cari rumah menjadi jauh lebih mudah. Tinggal ketik keyword atau kata kunci di laman Google, langsung keluar banyak rekomendasi. Portal jual beli properti kini juga semakin mudah diakses, seperti Rumah247.com yang bisa diandalkan. Kini referensi kami jadi bertambah dengan hadirnya Rumah247.com untuk mencari rumah yang sesuai dengan bujet dan lain sebagainya,” ujar Hary.
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Beli Tunai Harga Bisa Ditawar, Bisa Nego Jumlah Kamar
Yang jelas, lokasi rumah harus memenuhi keinginan utama mereka, yakni memudahkan berangkat ke tempat bekerja dan tidak terlalu jauh dari rumah orang tua. Sementara soal bujet, Hary dan drg. Fithri mencari rumah yang harganya di bawah 1 miliar rupiah.
“Karena bujetnya di bawah 1 miliar rupiah, lokasi di Jakarta tidak masuk radar pencarian kami, ha…ha…ha…. Sebenarnya bisa saja cari rumah di Jakarta, tapi rumah second dan harus direnovasi lagi. Bujet bisa membengkak akhirnya. Sementara kami membutuhkan rumah yang siap huni,” Hary menambahkan.
Untuk mendapatkan rumah sesuai kriteria, Hary dan drg. Fithri mencoba survei ke beberapa perumahan di sekitar wilayah Kota Jakarta. Lokasi yang strategis dan realistis dengan bujet terjangkau menurut keduanya adalah memilih rumah di kawasan Kota Bekasi. Selama tiga bulan melakukan pencarian, mereka memutuskan membeli rumah di Glass House Residence.
Tips Negosiasi dengan Bank Saat Ajukan KPR
Keuntungan membeli secara tunai, kata Hary, harga rumah bisa ditawar dan mendapatkan hadiah. Itu yang dialami oleh Hary dan drg. Fithri. Setelah melalui negosiasi cukup alot, Hary dan drg. Fithri mendapat diskon antara 4-5 persen ditambah lagi hadiah beberapa unit AC serta penambahan teralis jendela untuk ruangan di lantai bawah.
“Waktu negosiasi, kami juga minta desain ruangan secara custom. Yang awalnya hanya terdapat 3 kamar tidur, kami minta dijadikan 4 kamar tidur. Hal itu disiasati dengan ‘membelah’ kamar utama di lantai 2 yang ukurannya cukup luas. Jadi, di lantai 2 terdapat 3 kamar tidur yang salah satunya kamar tidur utama. Dan satu kamar lagi ada di lantai bawah,” papar Hary.
Ketika melakukan survei pertama kali, klaster Glass House Residence yang diincar Hary dan drg. Fithri masih berupa tanah kavling. Hanya terdapat tiga rumah yang sudah berpenghuni dan satu rumah contoh dari total 21 unit rumah yang diproyeksikan. Dengan demikian, Hary dan drg. Fithri termasuk penghuni awal klaster ini.
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Cluster Nyaman, Lokasi Pas, Hidup Lebih Berkualitas
Agar tidak seperti membeli kucing dalam karung, hal yang dilakukan pertama kali oleh Hary dan drg. Fithri adalah mendatangi langsung klaster tersebut tanpa sepengatahuan pihak pengembang. Keduanya bertamu ke salah satu penghuni klaster dan banyak menanyakan banyak hal tentang rumah yang tengah diincar.
“Intinya, kami bertanya tentang kredibilitas developer dan legalitas hukum kepemilikan tanahnya. Setelah itu kami mengulik spesifikasi rumah, mulai dari material bangunan yang digunakan hingga desain. Kami, sih, nggak seperti orang teknik sipil atau arsitek yang bisa sangat detail, ha…ha…ha…. Alhamdulillah kami mendapatkan jawaban yang memuaskan dan berlanjut menghubungi pihak marketing,” papar Hary.
Klaster Glass House Residence terletak di dalam kawasan perumahan Pondok Cikunir Indah. Menurut Hary dan drg. Fithri, lokasi perumahan ini sangat strategis. Dari segi akses jalan, klaster tempat tinggal mereka ‘dikepung’ oleh beberapa jalan tol, seperti Tol JORR, Tol Becakayu, Tol Cakung-Cilincing, dan Tol Jakarta-Cikampek (MBZ). Hanya dalam waktu 5 menit, akses jalan tol tersebut sudah bisa digapai.
Ketahui Potensi Jatibening dan Area lainnya Lewat AreaInsider
Untuk akses fasilitas umum seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, rumah ibadah, pusat belanja, hingga tempat rekreasi, kata Hary dan drg. Fithri hal itu cukup dekat dari klasternya. Untuk pusat belanja dan hiburan, klaster Glass House Residence cukup dekat dengan Taman Galaxy yang terkenal cukup luas dan komplit.
“Selain akses jalan, keadaan lingkungan juga menjadi perhatian kami. Di sini, udaranya masih relatif bersih dan segar karena cukup banyak pepohonan di dalam perumahan. Lingkungannya aman dan tenang sehingga anak-anak bisa bermain atau belajar secara optimal. Bagus juga buat perkembangan anak-anak karena mereka bisa bereksplorasi di dalam klaster dengan aman dan nyaman. Satu lagi, potensial buat jualan, baik offline maupun online,” kali ini drg. Fithri menjelaskan.
Rupanya Hary dan drg. Fithri tidak hanya memikirkan fungsi semata, tapi turut mempertimbangkan potensi investasi dalam membeli rumah. Ya, seperti diketahui, berinvestasi di properti sangat cerah dalam jangka panjang karena setiap tahun terdapat kenaikan harga tanah.
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Beli Rumah di Bawah Rp1 M, Kini Harganya di Atas Rp1 M
Keputusan Hary dan drg. Fithri untuk membeli rumah secara cash tentu memberikan insight tersendiri, termasuk soal investasi. Bagi sebagian orang, mungkin akan berpikir untuk menggunakan dana yang ada sebagai modal usaha atau simpanan yang produktif. Toh membeli rumah bisa dengan cara mencicil lewat program KPR dari bank.
Namun tidak demikian halnya dengan Hary dan drg. Fithri. Bagi keduanya, ketenangan batin karena tidak memiliki utang menjadi pertimbangan utama dalam mengelola keuangan rumah tangga.
“Kami sangat menghindari utang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mungkin kalau sudah tidak ada jalan lain, opsi berutang atau membeli sesuatu lewat program cicilan baru bisa dilakukan. Oleh karena itulah kami benar-benar berhitung cermat sebelum membeli rumah ini. Kami menabung dalam jangka waktu tertentu sebagai opsi utama,” kata drg. Fithri.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Dilihat dari kacamata investasi, membeli rumah secara tunai memang lebih mudah untuk melihat imbal hasilnya. Contoh sederhana, saat membeli rumah dengan harga 500 juta rupiah, maka sudah bisa dikatakan memperoleh untung jika berhasil menjual dengan harga di atas 500 juta rupiah tanpa memperhitungkan kondisi inflasi.
Sejak membeli tahun 2017, menurut Hary telah terjadi kenaikan nilai yang lumayan jika ia menjual rumahnya saat ini. Kini harga pasaran rumah di klaster Glass House, lanjut Hary, bisa mencapai lebih dari 1 miliar rupiah. “Terjadi kenaikan sekitar 40 persen dari harga awal. Jadi, belinya kurang dari 1 miliar, jualnya bisa lebih dari 1 miliar,” ujar Hary.
Cerita Rumah Hary dan drg. Fithri: Cita-cita Punya Rumah Kedua Lokasi di Jakarta
Perasaan bahagia membuncah tak terkira tatkala Hary dan drg. Fithri berhasil mewujudkan cita-cita untuk punya rumah sendiri. Secara resmi, pasangan suami istri ini menempati rumah barunya pada bulan Mei 2017. Dan selama kurang lebih 6 tahun tinggal di Glass House Residence, Hary dan drg. Fithri merasakan tingkat kenyamanan yang cukup tinggi.
“Meski belum ideal 100%, kami sangat bersyukur dan puas memiliki rumah ini. Misalkan terkena macet di jam-jam tertentu, kami rasa masih bisa ditoleransi. Begitu juga dengan kondisi lingkungan, karena ada anak sungai yang melintasi kawasan perumahan, tak ada banjir yang signifikan. Kalaupun hujan lebat dan ada air kiriman dari Bogor, di sini hanya terjadi genangan. Itu pun cepat surutnya,” ungkap Hary.
Kebahagiaan Hary dan drg. Fithri selama tinggal di rumah sendiri semakin lengkap ketika lahir buah hati yang ketiga bernama King Umar Ayman. Keputusan Hary dan drg. Fithri untuk menambah kamar dalam negosiasi awal pembelian rumah rasanya sangat tepat. Dengan demikian, masing-masing anak mendapat ‘jatah’ kamar tidur sendiri.
Review Properti: Review Mendalam, Jujur, dan Independen untuk Pilihan Perumahan Baru dan Area Sekitarnya
“Sebagai orang tua, impiannya, sih, ingin membelikan rumah untuk anak-anak. Jadi, setiap anak bisa punya rumah sendiri. Ya ini jangka panjang, siapa tahu Allah SWT memberikan rezeki berlimpah, amin. Untuk saat ini, anak-anak baru dapat kamar aja dulu, ha…ha…ha…,” ucap Hary.
Baik Hary maupun drg. Fithri tidak menampik keinginan untuk bisa membeli rumah kedua. Dan seperti sebelumnya, Hary dan drg. Fithri selalu berusaha dan menabung agar kelak harapan tersebut bisa terwujud. “Kalau dikasih rezeki untuk bisa punya rumah lagi, targetnya beli rumah di Jakarta,” pungkas drg. Fithri.
Itulah cerita perjuangan Hary dan drg. Fithri untuk punya rumah sendiri. Berbekal niat yang membumbung dan semangat menabung mereka berhasil beli rumah secara tunai. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.