Rumah247.com – Bagi Fatmawati Tohiroh, seorang ibu dari dua anak yang bekerja sebagai customer service di Bandara Soekarno Hatta, memiliki rumah adalah tujuan utama sejak awal menikah. Menurutnya, ke manapun kaki melangkah pada akhirnya semua akan pulang. Pulang ke rumah.
“Di manapun hingga kapanpun, saya ingin keluarga merasakan bahwa yang namanya pulang adalah ke rumah. Rumah yang dibangun dengan peluh dan cinta. Rumah adalah tempat tumbuh. Di luar banyak kriminalitas, kejadian salah pergaulan, maka rumah yang nyaman dan penuh cinta akan menjadi pondasi yang kuat untuk tumbuh kembang anak,” ujar Fatmawati.
Kini rumah mungilnya telah berdiri dan ditempati. Rumah satu lantai dengan luas tanah sekitar 70m2 di daerah Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pemandangan sawah menghampar menjadi sarana relaksasi tersendiri bagi Fatmawati dan keluarga dengan udara segar dan suasana yang asri.
Bagi pasangan Fatmawati dan Taufik sang suami, perjalanan cerita rumah mereka memang amat panjang dan penuh liku. Menguras fisik dan mental. Pasangan yang telah dikaruniai dua anak, Aurelia Zahratusifa dan Alfath Abizar GM ini memang sudah bercita-cita punya rumah sendiri sejak awal menikah. Deadline memiliki rumah karena anak kedua mau lahir bisa dibilang sebagai pemicu kerja keras mereka.
Cerita Awal Perjuangan Fatmawati Berburu Rumah
Fatmawati dan Taufik menikah pada akhir tahun 2011, namun keduanya bekerja di dua kota yang berbeda. Fatmawati di Tangerang, dan Taufik di Serang. Pada awal menikah mereka sempat mengontrak di kota Tangerang, namun akhirnya pindah kontrakan yang lebih dekat dengan rumah orang tua Fatmawati di Kabupaten Tangerang.
Fatmawati dan suami mengontrak hingga 5 tahun, sambil terus berusaha mewujudkan cita-citanya untuk punya rumah sendiri. Taufik yang bekerja sebagai buruh pabrik sepatu di Serang ingin mencari rumah di Serang mengingat sebagian besar keluarganya memang tinggal di sana.
Fatmawati yang menghormati keinginan sang suami pada akhirnya pun setuju, dan mereka berdua sepakat untuk mencari rumah di Serang. Pada saat pencarian, Fatmawati mengaku terbantu sekali dengan Rumah247.com yang membuat berselancar mencari perumahan yang ada di Kota Serang jadi sangat mudah. Informasi pun lengkap, dengan harga rumah yang sangat bervariasi.
“Awalnya saya tertarik dengan sebuah perumahan di Serang yang muncul di Instagram-nya Rumah247.com. Berawal dari situ saya langsung masuk ke situsnya. Saya juga meninggalkan kontak saya ke beberapa pengembang di situs Rumah247.com dan marketing perumahan langsung menghubungi saya,” papar Fatmawati.
Temukan perumahan baru ataupun seken dengan harga terjangkau di wilayah Tangerang yang bisa didapatkan mulai harga Rp300 jutaan. Wujudkan rumah idaman Anda, jangan tunda demi keluarga tercinta.
Cerita Mencari Rumah Tak Selalu Berujung Indah
Berbekal tekad dan semangat yang kuat akhirnya Fatmawati berhasil mendapatkan sebuah perumahan di Serang yang menurutnya cocok dengan kriterianya. Segera saja uang muka tanda jadi dibayarkan. Saat itu Fatmawati membayar sebesar hampir Rp10 juta ke developer perumahan tersebut.
Pengajuan KPR langsung segera mereka urus, melalui berbagai proses dan tentunya bolak-balik mengurus surat dan berkas-berkas.Setelah melewati berbagai proses, Fatmawati dan Taufik menunggu hasilnya. Dan ternyata, pengajuan KPR mereka ditolak bank.
Rasa kecewa tentu saja dirasakan. Dan tidak hanya itu saja, ternyata developer perumahan yang telah dibayarkan uang muka tanda jadi tidak bisa memberi waktu lebih lama. Ada tenggat waktu yang diberikan sebagai syarat bagi setiap calon pembeli.
Dengan penuh kekecewaan dan rasa sedih, Fatmawati dan Taufik harus merelakan dana yang sudah dibayarkan ke developer itu hangus. “Booking fee jadi hangus sia-sia, kami harus ikhlas,” jelas Fatmawati.
Karena pengalaman ini, sang suami jadi enggan untuk membeli rumah secara KPR. Pengalaman yang kurang menyenangkan ini membuat Fatmawati merasa kapok untuk mencari KPR lagi. Karena keduanya bekerja, membuat Fatmawati berasumsi bahwa mengurus KPR itu ribet. Padahal tidak juga begitu jika sebelumnya sudah cari tahu.
Tips KPR Lancar, Mulai dari Pengajuan Sampai Pelunasan
Walau begitu, keinginan untuk memiliki rumah tetap terus ada. Fatmawati dan Taufik masih terus mencari-cari rumah impian untuk tempat bernaung bagi keluarga mereka. Entah bagaimana caranya niat dan semangat untuk punya rumah sendiri terus bergelora.
Cerita Memilih Lokasi Rumah, Kompromi dengan Suami
Setiap individu pasti memiliki isi kepala yang berbeda, begitu pula antara Fatmawati dan Taufik. Dalam proses mewujudkan mimpi punya rumah sendiri, berbagai diskusi antara Fatmawati dan Taufik pun terus terjadi. Terutama soal pemilihan lokasi, sambil terus mencari solusi agar punya rumah tak sekadar mimpi.
“Saya maunya di sini (Tangerang), suami maunya di sana (Serang). Dengan segala pertimbangan saya juga mencoba mengikuti apa keinginan suami,” papar Fatmawati. Apapun kendala ketika proses pencarian rumah kami terus berusaha mencari jalan tengahnya bersama, bukan dijadikan masalah.
Fatmawati juga mengemukakan sejumlah alasan yang rasional mengapa ia ingin mewujudkan rumah impiannya di Tangerang. Bagi Fatmawati, di Serang memang enak, udaranya segar dan masih cenderung sepi, masih banyak hutan. Namun melihat lokasinya, terasa kalau di Serang itu mau kemana-mana jauh.
“Saya bilang begini ke suami, selama saya masih bekerja, saya inginnya tinggal disini (Tangerang),” kata Fatmawati. Apalagi Bandara Soekarno Hatta tempat Fatmawati bekerja mudah ditempuh dari kontrakkan mereka, jika mengendarai motor hanya 20 menit saja.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Setelah mengemukakan berbagai alasan yang logis, mulai dari fasilitas yang lebih lengkap di Tangerang, kemudahan dari segi jarak untuk kemana-mana, dan Taufik yang bekerja di Serang dapat fasilitas bis jemputan di Balaraja, tentunya dari segi biaya akan lebih efisien jika tinggal di Tangerang.
“Suami akhirnya mau di Tangerang. Bayangkan saja kalau rumah di Serang, lalu karena saya kerja di Bandara jadi tetap harus ngontrak di Tangerang. Kan enakan pulang ke rumah sendiri tiap hari,” jelas Fatmawati lagi.
Cerita Lahan Pemberian Orang Tua untuk Dibangun Rumah
Seiring berjalannya waktu, orang tua Fatmawati tiba-tiba menawarkan tanahnya yang berada di Teluk Naga untuk ditempati Fatmawati dan keluarganya. Fatmawati dan Taufik tentu saja menyambut tawaran tersebut dengan gembira. Jadi langkah selanjutnya adalah tinggal bagaimana membangun rumah impian mereka di atas tanah tersebut.
Setelah memperkirakan bujet untuk membangun rumahnya, Fatmawati dan Taufik pun semakin giat mencari uang dan menyisihkan sebanyak mungkin untuk ditabung. Di masa ini mereka untuk sementara sengaja tinggal di rumah orang tua Fatmawati. Tujuannya agar uang yang biasanya dialokasikan untuk bayar sewa kontrakan rumah bisa dialokasikan untuk menambah tabungan.
Akhirnya setelah terus menabung, setahun kemudian dana sebesar Rp80 juta berhasil dikumpulkan. Saat itu pun Fatmawati mengetahui bahwa ia mengandung anak kedua. Hal ini seolah jadi deadline bagi pasangan suami istri ini untuk segera mulai pembangunan rumah impiannya.
Gelora semangat memenuhi dada mereka berdua. Rasa sungkan dan tidak ingin berlama-lama menumpang di rumah orang tua membuat mereka bahu membahu mengupayakan agar pembangunan rumahnya cepat selesai. Semangat pasangan ini juga menyebar hingga orang tua Fatmawati pun turut tertular hingga memberi dukungan total.
Tips Rumah247.com
Tak ada salahnya tinggal sementara di rumah orang tua demi tabungan untuk membeli atau membangun rumah cepat terkumpul. Uang sewa kontrakan rumahnya buat menambah tabungan. Terpenting, jangan lupa tentukan target.
Cerita Rumah Fatmawati yang Dibangun Penuh Cinta
Sungguh beruntung Fatmawati, lahan kosong yang diberikan orang tuanya berada dekat dengan kediaman orang tuanya sehingga memudahkan mereka saat proses pembangunan rumah tanpa harus berkendara ke lokasi yang jauh.
Sang ayah yang sudah biasa menangani proses pembangunan rumah turut memiliki andil besar bagi berdirinya rumah tersebut. Sang ayah sendiri yang membantu mendesain bentuk rumah hingga menggambar denah pembagian ruangan di dalamnya.
“Kebetulan ayah saya bisa dan biasa membangun rumah. Ayah merancang bentuk rumah dan denah, sedang untuk pengaturan isi rumah saya dan suami yang melakukannya,” jelas Fatmawati. Sang ayah pula yang memberi rekomendasi tukang bangunan profesional yang sudah berpengalaman, sebanyak lima orang tukang dipekerjakan dalam proyek ini.
“Yang lucu, saya bilang ayah kalau ingin punya dua kamar mandi. Satu di dalam kamar utama, satu lagi di luar. Sepertinya saya telat ngomong atau ayah salah tangkap. Di denah dibuat dua kamar mandi tapi dua-duanya ada di dalam masing-masing kamar,” jelas Fatmawati sambil tertawa lebar. “Kita coba utak utik lagi tapi ternyata sulit penempatannya. Jadi ya sudah, kamar mandi ada di dalam setiap kamar,” tambahnya lagi.
Cerita Rumah Tak Selalu Mudah, Ada Saja Kendalanya
Di tengah proses pembangunan, kendala berikutnya muncul. Membengkaknya biaya membuat proses pembangunan rumah berjalan terseok-seok. Ini karena lahan yang dulunya bekas sawah membutuhkan penanganan khusus sehingga sangat menguras biaya.
Mulai dari tanah yang harus diurug, kemudian membeli beberapa truk tanah agar pondasi rumah lebih kuat dan sempurna. Belum lagi biaya operasional tukang yang dalam seminggu bisa mencapai Rp3,5 juta hingga Rp4,5 juta.
Baca juga: Panduan Membangun Rumah Sesuai Bujet dan Tepat Waktu
Tak hanya itu, dalam masa pembangunan, Fatmawati juga melahirkan anak keduanya. Tentunya alokasi biaya jadi terbagi lagi. Masa itu Fatmawati sempat stres, ASI-nya bahkan sempat berhenti karena ia terus memikirkan proses pembangunan rumahnya. Jangan sampai terhenti pikirnya.
“Saat itu saya mencoba untuk terus berpikir positif. Saya syukuri apa yang Tuhan limpahkan kepada kami sekeluarga,” jelasnya. Kehadiran bayi mungilnya adalah berkah. Fatmawati dansang suami terus berupaya menyelesaikan pembangunan rumahnya yang tinggal sedikit lagi selesai. Sedikit bantuan materiil yang diterima dari adiknya lumayan bisa menambal biaya pembangunan rumah.
Cerita Rumah Fatmawati yang Kini Telah Gagah Berdiri
Tidak putus asa dan terus berupaya menjadi kiat pasangan Fatmawati dan Taufik. Dalam tiga bulan proses pembangunan, rumah satu lantai pun telah gagah berdiri. Dimulai dari awal Januari 2020, dan sekitar bulan April 2020 lalu sudah jadii. Dan hingga kini masih ada finishing di beberapa area.
“Rasanya tentu saja lega dan bahagia sekali, walaupun mungil yang penting nyaman untuk berteduh,” ungkap Fatmawati. Ia merasa senang, karena dengan pembangunan yang dilakukan sendiri, mereka bisa mendapatkan material terbaik yang sesuai dengan keinginan sendiri.
Saat ini Fatmawati dan keluarga kecilnya sudah menempati rumah barunya. Anak pertamanya, Aurelia yang kini berusia 8 tahun senang sekali main di luar, punya teman banyak. Apalagi area halaman di luar masih tergolong luas dan lapang.
“Rasanya haru waktu pertama kali tidur di rumah sendiri, Bayangkan dari tahun 2011 mengontrak, baru di tahun 2020 bisa tidur di rumah milik sendiri,” ungkap Fatmawati. Taufik sang suami pun turut lega. Bagi mereka, tahun 2020 ini penuh berkah, selain rumah impian berhasil terwujud, kelahiran sang buah hati pun menambah sempurna.
Kini Fatmawati banyak menghabiskan waktunya di dapur. Memasak menjadi lebih mengasyikkan di dapur barunya ini. Dan karena rasa sayangnya dengan rumah ini, Fatmawati mengaku kini memiliki hobi baru, yaitu bebersih. Ia menginginkan rumahnya selalu nyaman dan bersih.
Inspirasi Cerita Rumah Fatmawati Sebagai Motivasi
Rasa bahagia setelah berhasil mewujudkan rumah impiannya ingin ditularkan Fatmawati kepada Anda semua yang kini juga tengah berjuang mewujudkan mimpi punya rumah sendiri. Beberapa hal yang bagi Fatmawati penting menjadi aspek pemikiran adalah:
- Biaya membeli atau membangun rumah memang besar. Untuk itu jangan mudah putus asa ketika menabung. Alokasikan biaya yang bisa dipangkas untuk dimasukkan ke dalam tabungan sebanyak-banyaknya.
- Lebih baik tinggal bersama orang tua jika belum bisa membeli rumah. Uang untuk mengontrak rumah bisa ditabung untuk DP rumah.
- Selalu diskusikan segala masalah bersama pasangan. Samakan persepsi dan keinginan, kemudian ambil jalan tengah yang rasional dan juga efisien.
- Tidak ada salahnya mencoba mengajukan KPR untuk membeli rumah.
- Jangan memberitahukan kepada keluarga atau kerabat lainnya jika belum akad rumah.
PENCARIAN AGEN
Hubungi Agen Profesional yang Akan Membantu Kebutuhan Anda
Temukan Agen
Fatmawati merasa keputusannya tepat. Punya rumah di Tangerang lebih memberikan efisiensi bagi hidup keluarganya ke depannya nanti. Berbagai fasilitas seperti rumah sakit, klinik, pasar, supermarket, juga sekolah lengkap tersedia. Suasana yang lebih hidup tentunya juga banyak memberi kemudahan.
Mereka pun memiliki rencana jangka panjang. Rumahnya akan dibuat bertingkat kelak. Sejak awal pembangunan rumah, sudah dipikirkan pondasinya jika suatu saat nanti akan dibuat bertingkat. Bisa dibilang rumah Fatmawati dibangun dengan konsep rumah tumbuh.
“Saya sekarang ada dua kamar, anak saya dua masih kecil-kecil. Terpikir nantinya pasti butuh ruangan lagi apabila anak semakin besar,” ujar Fatmawati. Halaman depan yang cukup luas pun nantinya sudah ada rencana untuk membangun rumah lagi.
“Saya masih punya adik, ke depannya pembangunan di bagian depan nanti akan dijadikan tempat bagi adik saya. Sehingga semua dapat berkumpul dan pulang ke rumah,” jelas Fatmawati menutup perbincangan.
Itulah cerita perjalanan mewujudkan rumah impian Fatmawati yang berhasil dibangunnya setelah melalui berbagai masalah dan drama. Dan masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Naskah: Erin Metasari, Dok: Fatmawati