Setiap orang yang sudah bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti rumah, akan mulai berpikir tabungan jangka panjang dan berinvestasi. Pasangan Dewi Handoko dan Iman Handoko pun menjalani fase tersebut, berdua menyadari bahwa untuk kehidupan jangka panjang keluarga, tidak bisa hanya mengandalkan gaji bulanan.
Bagi kedua pasangan ini, perjalanan menuju pilihan investasi terbaik, terkadang harus berliku, bahkan sampai kena tipu. Beberapa kali memilih jenis investasi yang tidak untung dan malah berakhir buntung mengantarkan mereka pada pilihan investasi properti.
“Pengalaman membuat kami sadar bahwa Inflasi akan terus berjalan, jadi keputusan tepat adalah membeli aset, bukan liabilitas,” ujar Dewi yang sebelumnya telah membeli rumah pertama yang dihuninya hingga kini di Kampung Ubud, Cirendeu, pada tahun 2009.
Tertarik ingin punya rumah atau malah investasi properti seperti Dewi Handoko di daerah Cirendeu, Tangerang Selatan yang sangat dekat dari Stasiun MRT Lebak Bulus dan nempel Jakarta Selatan? Cek pilihan rumahnya di bawah Rp1 M di sini!
Pada tahun 2019, sebuah rumah dua lantai dengan luas tanah 72 meter persegi serta luas bangunan 91 meter persegi di Cirendeu, Tangerang Selatan, telah berhasil menambah lagi investasi propertinya, dan memberinya penghasilan tambahan setiap bulannya.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Coba Investasi Skema Ponzi Setelah Beli Rumah Pertama, Rugi Puluhan Juta
Pada 2009 Dewi Handoko telah berhasil membeli rumah pertama dengan luas tanah 120 meter persegi dan luas bangunan 100 meter persegi, yang ditempatinya hingga saat ini di perumahan Kampung Ubud, Cirendeu, Tangerang Selatan.
Proses pembelian rumah pertama dilakukan secara KPR, dengan tenor 15 tahun. Tiga tahun setelah proses KPR berjalan, keuangan keluarganya mulai stabil. Ia lalu mulai memikirkan untuk berinvestasi agar memiliki passive income.
“Dari awal produk perbankan seperti deposito saya coret sejak awal. Sebab, persentase keuntungannya kurang menarik. Saat itu saya lebih tertarik mencari alternatif investasi yang memberikan imbal hasil lebih baik,” jelas Dewi.
Saat sedang mempertimbangkan untuk mencari pilihan investasi pada 2012, seorang teman menawarkan investasi di sebuah koperasi simpan pinjam. Sang teman sudah ikut lebih dulu dan keuntungannya cukup menggiurkan. Tawaran keuntungan hingga 10 persen per bulan membuat Dewi tertarik. Apalagi temannya sudah mendapatkan bonus mobil mewah.
7 Daftar Investasi Bodong, Ciri-ciri, dan Cara Menghindar dari Tipuan
Dewi kemudian menginvestasikan sejumlah uang di koperasi tersebut, dan keuntungan bagi hasil membuat senyumnya terkembang, karena sistem bagi hasil yang diterima nasabah cukup tinggi. Sayang, kabar tak sedap ia terima pada 2016. Ia membaca berita bahwa nasabah koperasi mulai komplain karena dana bagi hasil tak kunjung turun, pun terjadi pada Dewi.
Belakangan ia baru tahu bahwa koperasi simpan pinjam tersebut menerapkan skema ponzi, jadi keuntungan yang didapat berasal dari dana nasabah sendiri. Nasabah yang bergabung belakangan biasanya akan mengalami kerugian besar, Dewi termasuk orang yang bergabung belakangan.
“Dana yang kami investasikan kembali sekitar 30 persen saja, sisanya hilang seiring ditetapkannya pendiri koperasi sebagai tersangka penipuan. Jumlah uang kita yang raib besar, angkanya puluhan juta rupiah,” papar Dewi.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Gagal Bermain Saham, Investasi Properti Jadi Pilihan Karena Faktor Keamanan
Sebenarnya, setahun setelah mulai investasi di koperasi, tepatnya di 2013, Dewi juga mencoba investasi jenis lain, yaitu saham. Saat meletakkan dana di satu portofolio saham, terkadang dia untung, tapi sesekali juga buntung.
“Saham itu memerlukan perhatian ekstra, sementara saya dan Iman sama-sama bekerja dan tidak punya waktu mengikuti perkembangan nilai saham. Wah, kadang deg-degan kalau nilainya merosot, otomatis kita rugi besar kan,” jelasnya yang teringat kejadian seorang teman, hanya dalam hitungan menit nilai sahamnya merosot hingga 40 persen.
Dua pengalaman investasi tersebut membuat Dewi sadar, bahwa investasi itu bukan sulap. Tidak mungkin meletakkan dana di instrumen tertentu, duduk manis, lalu uang akan mengalir dengan mudah. Pengalaman investasi membuatnya menyadari aturan dasar investasi memang benar. High risk, high return. Low risk, low return. Aturan ini yang sekarang dia pegang.
“Kami lalu berpikir, investasi apa sih yang ada di bawah kendali kita dan tidak bikin pusing. Seorang teman sempat menyebutkan tentang investasi properti, kita browsing juga di internet dan sepertinya menarik. Kami telusuri info dan tipsnya, salah satunya melalui laman Panduan Properti di Rumah247.com,” kata Dewi yang memilih untuk sangat berhati-hati setelah dua pengalaman investasi yang tidak mengenakkan tersebut.
13 Tips Beli Rumah untuk Investasi Agar Selalu Untung!
Beberapa keuntungan yang didapat dari investasi properti, properti adalah salah satu investasi yang bisa melindungi nilai investasi dari inflasi. Jika setiap tahun inflasi naik sebesar 4 persen, harga rumah pun bertumbuh sama atau lebih besar dari itu. Jadi, tidak perlu khawatir akan kenaikan inflasi.
Menurut Dewi investasi di sektor riil seperti properti lebih aman dan mudah dikontrol. Berbeda dengan saham misalnya, nilai naik turun dan tidak ada barang riil yang dipegang di tangan. Ketika mempertimbangkan investasi properti, Dewi pun mulai melihat-lihat listing rumah dijual melalui internet, seperti laman listing properti dijual di Rumah247.com, menelusuri beberapa area yang strategis dan prospektif.
Lalu seorang teman memberikan informasi ada rumah dijual di bawah harga pasaran di Kompleks Tanjung Barat Indah, Jakarta Selatan. Dewi tertarik tapi sempat ragu, karena jika membeli rumah tersebut, uang tabungan miliknya akan terkuras.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Mulai Investasi Beli Rumah Kedua untuk Disewakan, Hasil Menjanjikan Bikin Ketagihan
“Akhirnya kita nekat deh, dengan seluruh uang tabungan kita beli rumah itu secara cash keras. Kita pikir rumah yang kedua ini nantinya bisa disewakan dan bisa menjadi passive income. Ternyata tepat, rumah itu selalu ada yang sewa. Hasilnya ternyata lebih menjanjikan dibanding dua investasi dahulu,” jelas Dewi.
Dari pengalaman pertama mereka investasi rumah yang ternyata aman dan menjanjikan, pasangan ini pun mulai memikirkan lagi bagaimana cara memutar uang dari hasil menyewakan rumah tersebut. Dewi pun kembali browsing laman listing properti dijual di Rumah247.com, melihat-lihat info perumahan yang baru dibangun.
“Ternyata nggak jauh dari rumah kita, ada perumahan baru yang sedang dibangun, yaitu Synthesis Homes di daerah Cirendeu, Tangerang Selatan, hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumah kita,” ujar Dewi yang bersama Iman langsung tertarik.
Menurut mereka, Cirendeu adalah daerah yang sudah berkembang pesat dengan fasilitas pendukung yang lengkap. Pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, dan fasilitas kesehatan tersedia lengkap di daerah ini. Akses transportasi pun terbilang mudah, baik untuk transportasi umum maupun pribadi.
“Karena kita sudah tinggal di daerah Cirendeu, jadi kita tahu pasti enaknya di sini. Waktu tempuh dari rumah ke Stasiun MRT Lebak Bulus hanya sekitar 15 menit. Akses ke Tol JORR pun bisa ditempuh dalam waktu yang sama,” jelas Dewi.
Berdasar pertimbangan lokasi yang strategis dan dekat dengan tempat tinggal, Dewi pun langsung membayar tanda jadi pembelian di Synthesis Homes dan memesan salah satu rumah. Sempat rumah yang diincar diambil orang karena pada saat grand launching Dewi dan Iman berhalangan untuk hadir.
Sebagai gantinya ia memilih sebuah rumah di samping club house dengan luas tanah 72 meter persegi dan luas bangunan 91 meter persegi. Lokasi rumah yang berada di samping club house memiliki nilai tambah. Tinggal keluar rumah, sarana olahraga dan rekreasi bisa dijangkau dalam beberapa langkah saja. Hal ini tentu jadi nilai lebih saat rumah ini ditawarkan ke calon penyewa.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Uang Hasil Kontrakan Jadi Modal Beli Rumah Ketiga, Pandemi Bikin Pembangunan Tertunda
Setelah memilih rumah ketiga yang akan dibeli, Dewi harus memutuskan sistem pembelian untuk rumah di Synthesis. Pilihan pembelian cash keras tidak diambil, karena tabungannya sudah digunakan untuk pembelian rumah kedua di Tanjung Barat. Pilihan tinggal cash bertahap dan KPR.
Setelah menimbang dengan berbagai perhitungan, ditambah pengalaman beli rumah pertama, KPR tidak dijadikan pilihan. Menurut Dewi, membeli rumah dengan sistem KPR mengharuskan dirinya membayar berlipat kali dari harga jual.
Akhirnya Dewi memilih sistem cash bertahap untuk pembelian rumah di Synthesis. Keputusan memilih pembelian cash bertahap tersebut didasarkan perhitungan keuangan miliknya. Dana uang kontrakan di rumah Tanjung Barat seluruhnya akan dialokasikan untuk pembayaran angsuran rumah di Synthesis.
Selain itu, Dewi juga masih memiliki simpanan berupa emas yang telah ia kumpulkan sedari awal ia bekerja. Dan setelah dihitung ternyata cukup besar karena nilai emas yang selalu naik dari awal dia bekerja tahun 2006.
Ia mengaku cara menyimpan emas membuat keuangannya lebih aman. Bila dana tersebut dicairkan dan disimpan di tabungan, dia khawatir uang tersebut akan digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif dan bisa habis tanpa jelas peruntukannya.
Dua sumber dana tersebutlah yang dijadikan andalan untuk membayar rumah dengan sistem cash bertahap. Dewi harus membayar rumah di Synthesis dengan skema 8 kali bayar. Pembayaran uang muka adalah 30 persen dari harga jual. Tujuh kali sisanya dia harus membayar 10 persen dari harga jual.
Setelah pembayaran pertama pada Agustus 2019, rumah tersebut segera dibangun oleh pengembang. Kesepakatan di awal jual beli, rumah tersebut akan selesai pada pertengahan 2021. Tapi target tersebut ternyata meleset dari rencana awal. Pandemi yang mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020, membuat proses pembangunan tersendat.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Rekam Jejak Pengembang Bikin Tenang, Langsung Renovasi Agar Siap Huni dan Bisa Disewakan
Penerapan protokol kesehatan untuk menghindari kerumunan, membuat tukang bangunan yang bekerja di Synthesis berkurang jumlahnya. Beberapa kali kenaikan kasus COVID-19 yang diikuti dengan peningkatan level PPKM semakin memperlambat proses pembangunan rumah.
Untuk memastikan pembangunan rumahnya terus berjalan, Dewi rutin melakukan follow up ke pihak pengembang. Tentunya ia memahami keterlambatan proses pembangunan ini karena memang ada kondisi khusus yang membuat pekerjaan tidak bisa dijalankan secara normal.
“Saya tidak khawatir proyek pembangunan rumah berhenti, karena melihat rekam jejak pengembang. Grup Synthesis kan proyeknya di mana-mana dan cukup kuat menurut saya. Saya sendiri tidak buru-buru rumah harus segera jadi, karena memang tujuannya lebih untuk investasi, bukan untuk ditempati,” kata Dewi.
Dari target awal rumah bakal jadi di pertengahan 2021, akhirnya rumah baru selesai di akhir 2021. Setelah rumah jadi, Dewi melakukan renovasi kecil untuk rumahnya yaitu menambahkan instalasi AC dan membuat tangga untuk akses menuju toren air agar rumah yang tujuannya sebagai investasi ini siap huni dan disewakan.
Tips Rumah247.com
Ada satu hal yang harus diperhatikan saat memilh cash bertahap, yaitu sumber keuangan. Sebab, cash bertahap mengharuskan pembeli membayar dalam jangka pendek yaitu sekitar 1 sampai 2 tahun saja.
Perjalanan Dewi membeli rumah, baik rumah tinggal maupun rumah untuk investasi terbilang unik. Dia sudah menjalani beberapa skema pembelian rumah yang umum digunakan yaitu KPR, cash keras di Tanjung Barat, hingga cash bertahap. Mana cara terbaik untuk membeli rumah? Menurut Dewi, semua tergantung pada kondisi keuangan masing-masing orang.
Bila ada dana berlebih tersedia di rekening, menurut Dewi cash keras adalah pilihan terbaik. Meskipun saat transaksi harus mengeluarkan banyak uang sekaligus, tapi setelah itu tidak ada beban pikiran harus membayar cicilan.
Bila cash keras tidak mungkin dilakukan, cash bertahap menurutnya bisa jadi pilihan kedua. Namun, ada satu hal yang harus diperhatikan saat memilh cash bertahap, yaitu sumber keuangan. Sebab, cash bertahap mengharuskan pembeli membayar dalam jangka pendek yaitu sekitar 1 sampai 2 tahun saja.
Cerita Rumah Dewi Handoko: Investasi Properti Tiap Tahun Harga Jual Mengalami Kenaikan, Disewakan Jadi Pemasukan Bulanan
Uang muka cash bertahap biasanya juga besar seperti Dewi yang harus membayarkan 30 persen dari harga jual. Bila skema cash keras dan cash bertahap tidak bisa dilakukan, pilihan terakhir adalah dengan KPR. Menurut Dewi, KPR cocok untuk orang yang baru pertama membeli rumah tinggal. Seperti yang dilakukannya saat membeli rumah pertama.
Konsekuensi KPR adalah semakin lama jangka waktu KPR, maka nilai yang dibayarkan akan semakin besar. Saat pembelian rumah pertama dengan sistem KPR, Dewi memilih melunasi lebih awal kreditnya. Ia berhasil mempercepat pelunasan KPR-nya dari 15 tahun menjadi 9 tahun. Bila kondisi keuangan stabil, pembeli rumah KPR bisa melunasi lebih cepat kreditnya.
Pengalaman Dewi membeli properti untuk investasi semakin meyakinkan dirinya bahwa investasi jenis ini lebih menguntungkan dari investasi-investasi lain yang sudah pernah dicobanya. Anggapan nilai properti yang kenaikannya lambat tidak terbukti.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
“Dari info yang paling baru kita dengar, harga rumah di Synthesis sudah naik sekitar 40 persen dibanding saat kita beli, padahal waktu pembelian rumah belum ada dua tahun,” jelas Dewi senang.
Hal ini membuktikan bahwa investasi properti adalah jenis investasi yang memberikan margin keuntungan cukup baik. Selain harga jual naik, properti juga bisa disewakan sehingga bisa memberikan pemasukan bulanan.
Selain investasi properti yang sudah dilakukan saat ini, Dewi masih menyimpan satu impian lagi. Dia ingin berinvestasi di sektor riil lainnya yaitu dengan membuka kafe. Menurutnya usaha kuliner memiliki prospek menarik di masa depan. Itulah cerita Dewi Handoko tentang pilihan investasi properti yang membuahkan hasil maksimal dibandingkan dua investasi yang ia jalankan sebelumnya.
Itulah cerita Dewi Handoko yang sempat tertipu investasi skema ponzi, ketagihan beli rumah gara-gara jatuh hati berkat manisnya investasi properti. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Agung Marhaenis, Foto: Lutfi Hamdi