Download Aplikasi Rumah247

Cerita Rumah Berlian: Strategi Beli Rumah Mantan Marketing Properti dan Drama Renovasi

Cerita Rumah Berlian: Strategi Beli Rumah Mantan Marketing Properti dan Drama RenovasiBagi Berlian Permatasari dan suami, Ivan Muttaqien, perjalanan mereka mewujudkan rumah impian yang panjang dan berliku pada akhirnya malah membuahkan rasa penasaran dan ingin mencoba mencari lagi. Bukannya tak puas, rumah ini sudah menjadi rumah idaman mereka kok. Lebih tepatnya mungkin bisa dibilang ketagihan.

Berawal dari keinginan memiliki rumah sendiri sejak awal menikah di tahun 2018 dengan alasan ingin mandiri. Berlian dan Ivan saat itu masih nomaden. Bergantian tinggal di rumah orang tua Berlian yang berada di Serua, Cinangka, atau di rumah orang tua Ivan di Legoso, Ciputat.

Berbekal lokasi rumah kedua orang tua mereka yang berada di wilayah berdekatan, yaitu antara Tangerang Selatan dan Depok, maka Berlian pun sepakat dengan Ivan menginginkan rumah di area yang tak jauh dari rumah kedua orang tuanya tersebut.

Fokus dan tujuan pun akhirnya tercapai, sebuah rumah dengan luas tanah 120 m2 yang kini mereka tempati berada di Pondok Cabe. Hanya 26 menit ke rumah mama Berlian, dan 17 menit ke rumah orang tua Ivan.

Mau punya rumah di area Pondok Cabe meski wilayahnya masuk Tangerang Selatan tapi nempel Jakarta Selatan? Temukan pilihan rumahnya dengan harga mulai dari Rp300 jutaan di sini!

Cerita Rumah Berlian: Listing Properti Dijual Mudahkan Pencarian Rumah

Cerita Rumah Berlian: Listing Properti Dijual Mudahkan Pencarian Rumah

Bagi Berlian, kendala awal yang dihadapi saat mulai berburu rumah adalah masalah waktu. Saat itu Berlian masih bekerja sebagai marketing properti di kawasan Gading Serpong, sementara Ivan bekerja di sebuah perusahaan sekuritas yang berada di SCBD, Sudirman, Jakarta Selatan.

Karena itu, mereka memanfaatkan teknologi untuk mempermudah pencarian rumahnya. Sadar hanya punya waktu di akhir pekan untuk survei langsung, maka di hari biasa setiap malam Berlian dan Ivan rutin berselancar di situs-situs properti, salah satunya dengan menelusuri listing properti dijual di Rumah.com.

“Terbantu banget dengan adanya listing properti dijual yang bisa dilihat melalui internet, dengan begitu setiap weekend kita udah punya daftar mau survei ke mana saja dan bisa langsung ke beberapa tempat sekaligus,” jelas Berlian.

Baginya, walau di dekat rumah orang tua mereka ada perumahan baru, tetap harus dicari infonya via internet. Mereka tidak mau langsung datang dan ternyata harga rumah yang ditawarkan tidak sesuai dengan bujet mereka, daripada sia-sia.

 

Berlian pun memaparkan tipsnya saat mencari rumah dijual melalui internet, “Yang paling penting gunakan kata kuncinya. Kalau saya langsung masukkan kisaran bujet yaitu Rp500 juta sampai Rp700 juta. Kemudian masukkan lokasi yang diinginkan.”

Seluruh pencarian rumah Berlian murni diawali dengan mencari di situs properti. Mulai dari wilayah Pamulang, Pondok Cabe, Sawangan, Serpong, hingga Parung menjadi lokasi incarannya. Bagi pemburu rumah seperti Berlian dan Ivan yang efisien, fitur pencarian pada listing properti dijual di Rumah.com sangat memudahkan mereka untuk mensortir.

“Tak hanya cari rumah dijual, tapi penting sekali untuk membaca informasi pada laman panduan beli rumah, info seputar legalitas, dan hal-hal lain yang terkait seputar pembelian rumah pertama,” ujarnya.

Cerita Rumah Berlian: Ubah Pencarian Perumahan Baru Jadi Rumah Seken

Cerita Rumah Berlian: Ubah Pencarian Perumahan Baru Jadi Rumah Seken

Dari hasil pencariannya tersebut, walau Berlian sebagai marketing properti paham tentang seluk beluk jual beli rumah, tapi tetap terus memerlukan informasi terkini sebagai bekalnya mencari rumah idaman bagi keluarganya.

Setelah berbulan-bulan proses pencarian, bertemu dengan banyak agen properti yang menangani penjualan rumah yang ditemukan melalui pencarian di internet, akhirnya Berlian dan Ivan pun mengubah fokus tujuan beli rumahnya. Dari rumah baru, menjadi rumah seken.

“Setelah berkeliling mendatangi listing perumahan baru hasil pencarian saya di situs properti, kesimpulannya sama. Mulai dari area yang hanya selangkah dari Jakarta, hingga yang jauh seperti di Sawangan dan Parung, luas tanahnya rata-rata sekitar 60 m2 dan 72 m2 yang harganya sesuai bujet kita,” papar Berlian.

Akhirnya pencarian pun berubah dengan mengganti kata kunci dengan rumah seken atau rumah bekas. Dan benar saja, sebuah rumah di Pondok Cabe, Tangerang Selatan muncul dalam pencarian Berlian di internet.

Berlian mengungkapkan ketertarikannya, “Kita langsung tertarik dengan rumah seken di Pondok Cabe itu karena masih dalam batas bawah dari kisaran bujet kita, dan luas tanahnya itu lho.. 120 m2!”

Berlian dan Ivan cukup surprise, karena ia pernah survei ke sebuah perumahan di Parung yang menawarkan unit dengan luas tanah 100 m2 harganya sudah mencapai Rp 700 juta. Mereka pun mantap dengan rumah seken di Pondok Cabe karena lokasinya sudah pasti unggul jika aktivitas banyak dilakukan di Jakarta.

Rumah tersebut berhasil ditemukan setelah 6 bulan pencarian, ketika Berlian tengah berbadan dua dan memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Dibantu agen properti yang menangani penjualan rumah tersebut, mereka pun survei dan bertemu pemilik rumah.

Cerita Rumah Berlian: Bayar DP Rumah Minimal, Pertimbangkan Proses Appraisal

Cerita Rumah Berlian: Bayar DP Rumah Minimal, Pertimbangkan Proses Appraisal

“Karena saya pernah jadi marketing properti, saya sudah terbiasa mengecek kondisi rumah. Yang pertama kali harus dilihat adalah kualitas bangunannya. Walau bentuk rumah tidak sesuai yang kita mau, hal itu nantinya bisa direnovasi,” jelasnya.

Dalam proses membeli rumah seken, terkadang tidak ada pakem pasti atau peraturan tertulis tentang besaran uang muka atau down payment (DP) yang harus dibayarkan. Semua melalui proses negosiasi dengan pemilik rumah.

“Waktu beli rumah seken ini kan dibantu deal sama agen properti. Si pemilik rumah waktu itu minta DP Rp10 juta. Cuma saya nggak mau dong kalau sebesar itu, karena kita masih menunggu proses pengajuan KPR berhasil dulu,” jelas Berlian.

Saat itu akhirnya Berlian memberikan commitment fee atau uang tanda jadi sebesar Rp1 juta ke pemilik rumah. “Takutnya kalau kita bayar DP uang muka rumah dengan nominal besar tapi nggak tahunya KPR tidak disetujui kan bisa hangus DP-nya,” Berlian mengemukakan alasannya.

Alasan lain Berlian tidak mau mengeluarkan dana besar untuk uang muka rumah karena dalam proses KPR tersebut akan ada biaya appraisal. Besarannya berbeda-beda tergantung bank yang bersangkutan, ada yang Rp500 ribu, Rp1 juta, dan sebagainya.

Perlu diketahui bahwa proses appraisal merupakan salah satu komponen yang harus dipahami saat menempuh pembiayaan dengan KPR. Proses appraisal biasanya dilakukan oleh pihak bank dengan menggunakan jasa dari pihak ketiga, yaitu agensi yang melakukan survei penilaian terhadap rumah yang akan dibeli.

Semakin bagus appraisalnya, semakin tinggi dana yang akan Anda dapatkan. Yang dilakukan adalah menaksir kondisi bangunan untuk menilai harga rumah, atau hasil analisa terhadap bentuk properti yang nyata. Kebenaran data di lapangan akan diperiksa apakah sesuai dengan dokumen saat pengajuan kredit.

Cerita Rumah Berlian: Cermat Memilih Bank dengan Penawaran KPR Terbaik

Cerita Rumah Berlian: Cermat Memilih Bank dengan Penawaran KPR Terbaik

Beruntung Berlian berprofesi sebagai marketing properti, jadi ia juga punya banyak memiliki kenalan pegawai marketing di beberapa bank pemberi KPR. Dan sejak awal berlian memang berniat membeli rumah dengan mengajukan KPR.

“Dengan KPR, kalau beli rumah seken bagi saya lebih mudah dan malah aman, karena dari banknya kan ada proses appraisal. Mereka yang mengecek kelengkapan surat-suratnya hingga ke Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan sebagainya.” kata Berlian.

Lalu bagaimana kalau semua bank yang Berlian ajukan KPR memberikan persetujuan? Berlian pun membagikan tipsnya apa saja yang harus diperhatikan saat memilih bank dengan penawaran KPR terbaik.

Pertama, paling penting lihat suku bunga KPR. Bank yang memberikan suku bunga terendah sudah pasti menjadi peringkat satu dari daftar pilihan Berlian. Kedua, lihat floating rate-nya. Suku bunga KPR floating atau mengambang akan menguntungkan saat kondisi ekonomi negara sedang baik, karena besar kemungkinan suku bunga bergerak turun.

Ketiga, cari informasi ke marketing bank pemberi KPR apakah setelah mau masuk masa floating suku bunganya bisa dinegosiasikan lagi. Keempat, jika KPR mau dipercepat pelunasannya, maka berapa besar penaltinya.

“Dari beberapa bank yang mengajukan penawaran terbaiknya, kami pilih KPR di CIMB Niaga Syariah. Suku bunganya saat itu 6,5% paling rendah di antara yang lain. Lalu untuk hitungan KPR kami yang bagus itu jika floating-nya setelah 3 tahun,” papar Berlian yang mengambil masa tenor KPR 15 tahun.

Berlian pun memberi saran bagi para pemburu rumah pertama untuk mencoba menghitung sendiri plafon KPR guna mengetahui kemampuan pendanaannya nanti. “Aplikasi kalkulator KPR seperti yang ada di Rumah.com bisa membantu estimasi hitungan KPR untuk pembelian rumah,” ujarnya.

Cerita Rumah Berlian: Perlengkapan Kamar Mandi Bikin Bengkak Bujet Renovasi

Cerita Rumah Berlian: Perlengkapan Kamar Mandi Bikin Bengkak Bujet Renovasi

Seluruh proses pembelian rumah Berlian ini dilakukan dengan bantuan agen properti. Mulai dari mengumpulkan dokumen dari kedua belah pihak, hingga proses ke notaris. Seluruh proses cenderung lancar, namun jika harusnya bisa selesai dalam dua minggu hingga satu bulan, penyelesaian proses KPR Berlian berlangsung hingga dua bulan.

“Kendalanya waktu itu, bertepatan sekali dengan saya melahirkan ha ha ha. Jadi mengurus surat-suratnya agak lama. Sedang proses akad kredit KPR berlangsung di bulan Juli 2019,” jelas Berlian.

Akhirnya rumah berhasil dibeli, namun terpaksa harus didiamkan dulu selama satu tahun dalam keadaan kosong. Apa pasal? karena Berlian baru saja melahirkan, ada bayi yang baru lahir dan tidak mungkin pindahan dalam kondisi tersebut. Selama satu tahun itu pun digunakan Ivan untuk menabung guna merenovasi rumah tersebut.

“Sebenarnya kondisi rumahnya lumayan, hanya beberapa kayu harus diganti. Tapi kami ingin mengubah beberapa fungsi dari ruangan yang ada. Supaya efisien, nggak diambrukin semua, karena ada struktur-struktur yang kuat dan masih bisa dipakai,” jelas Berlian.

Akhirnya renovasi pun mulai dilakukan pada Juli 2020. Dibantu teman Ivan yang seorang arsitek, maka diskusi guna menentukan renovasi agar efisien pun bisa dilakukan. Apa saja yang bisa diakali agar bisa memotong bujet.

Misalnya, alih-alih mengganti genteng lama atau mengecatnya agar terlihat bersih, arsitek menyarankan agar diganti saja dengan fasad dari bata hebel untuk menutupi tampilan genteng. Jauh lebih murah!

Jika luas bangunan awal sekitar 85 m2, setelah dirancang baru kini luasnya menjadi 75 m2 saja. “Saya membobol kamar ART di bagian samping dan membuat dapur lebih minimalis. Sebagai gantinya, kami jadi punya taman di samping rumah,” jelas Berlian.

Bujet renovasi yang diperkirakan sesuai patokan di RAB, yaitu sekitar Rp200 juta, pada akhirnya membengkak hampir 50%. Hal ini dikarenakan untuk pemilihan beberapa barang, terutama di perlengkapan kamar mandi, Berlian memilih untuk menggunakan merk yang lebih berkualitas.

Cerita Rumah Berlian: Renovasi Borongan, Kontraktor Belum Berpengalaman

Cerita Rumah Berlian: Renovasi Borongan, Kontraktor Belum Berpengalaman

Dalam proses mewujudkan rumah impian mereka, yang paling menguras tenaga dan emosi Berlian dan Ivan adalah justru saat membangun rumah karena salah pilih kontraktor yang belum berpengalaman. Karena terburu-buru, jadi tak sempat membandingkan lagi.

“Kita sengaja pakai jasa kontraktor karena yakin bisa tenang, ada pengawasnya. Saat itu fokus saya memang ke bayi, dan Ivan sendiri sedang fokus ke pekerjaannya. Kebetulan arsitek kami tukangnya sedang ada proyek, jadi kita mencari jasa kontraktor lain,” ujar Berlian.

Terjadinya drama pembangunan rumah mereka karena dari perjanjian kontrak pembangunan tiga bulan, rumah Berlian nyatanya baru selesai dan bisa ditinggali setelah satu tahun pengerjaan! Banyak pekerjaan yang salah dan berantakan.

“Mulai dari komunikasi kontraktor yang kurang, sampai pembangunan yang tidak ada mandornya! Pantas saja banyak hal yang nggak beres. Selama setahun itu mandor hanya datang dua kali, karena mengerjakan proyek yang lainnya,” kata Berlian gusar.

Ivan setiap weekend jadi harus seharian mengecek di sana, sampai teman arsitek pun membantu ikut turun tangan datang ke lokasi. Mengapa mereka tidak segera mengganti kontraktor tersebut? karena sudah terlambat. Renovasi sudah rampung 50% dan biaya sudah dibayarkan seluruhnya.

“Kalau distop kita rugi. Jadi karena pengerjaannya borongan, setelah hitungan RAB keluar kami membayar biaya renovasi setengahnya. Setelah renovasi rampung 50%, mereka minta pelunasannya. Kita pikir akan mempercepat pengerjaan, ternyata komunikasi semakin sulit, dan tukang yang kerja juga digilir untuk mengerjakan proyek mereka yang lain,” papar Berlian.

Kontraktor tersebut memang memberikan garansi. Jika ada komplain setelah rumah selesai maka mereka akan membereskan tanpa harus dibayar lagi. Ternyata karena banyak komplain, pengerjaan ulangnya inilah yang mulur, dikerjakan secara suka-suka waktunya.

“Bayangkan, lantai acian bergelombang, furnitur pun jadi goyang saat diletakkan. Tembok belang, saluran air bocor. Kalau dari awal ada mandor, saya rasa komplain kami hanya minor saja,” jelas Berlian yang menyesal karena ia membayar di atas standar. Jika harusnya bisa Rp55 ribu per meter, ia setuju membayar Rp165 ribu per meter.

Cerita Rumah Berlian: Rumah Tengah, Antara Rumah Orang Tua dan Rumah Mertua

Cerita Rumah Berlian: Rumah Tengah, Antara Rumah Orang Tua dan Rumah Mertua

Rumah mereka kini telah berdiri, sesuai keinginan Berlian dan Ivan. Mereka menyebutnya Rumah Tengah. Simpel, karena keberadaan rumahnya diapit oleh dua rumah, dan juga lokasi rumahnya yang di Pondok Cabe. Lokasi rumah yang berada di tengah-tengah area Legoso dan Serua, rumah orang tua Berlian dan orang tua Ivan.

“Senangnya di sini, udaranya segar. Masih banyak pohon besar di Pondok Cabe. Fasilitas pendidikan pun banyak dan bagus. Untuk akses tol mudah, mau ke arah Serpong, ke arah Jakarta Timur, apalagi ke Jakarta Selatan yang hanya selangkah,” jelas Berlian.

Dari hasil renovasi yang dilakukan, dengan luas tanah 120 m2 dan luas bangunan 75 m2, mereka jadi punya taman di depan dan di samping untuk dipergunakan sewaktu-waktu kalau ada acara, dan juga taman kecil di belakang yang bisa diakses langsung dari kamarnya. Ruangan yang dibuat plong membuat sirkulasi udara pun lancar.

Tanya Rumah247.com Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kamiTanya Rumah247.com Sekarang

Berlian merasa pengalaman beli rumah pertama ini banyak membawa pengalaman berharga, yang ingin diulangnya lagi agar lebih sempurna. “Andai bisa mengulang renovasi rumah lagi, inginnya bisa lebih banyak referensi kontraktor. Cari tahu kredibilitas perusahaannya, cari yang komunikatif, dan melihat langsung bagaimana hasil jadi proyek rumah yang mereka kerjakan. Kalau cari di internet, bisa baca juga dari testimoni pemakai jasa kontraktor tersebut.”

“Dan sekarang rasanya pengen mengulang lagi proses membangun rumah deh. Cari rumah tua lalu dibangun lagi. Cari kontraktor yang profesional, biar lebih puas ha ha ha,” ujar Berlian yang kini yakin bisa lebih teliti memilih kontraktor.

Itulah cerita pengalaman Berlian, mantan marketing properti yang jeli berstrategi meski akhirnya harus mengalami drama saat renovasi. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,910FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles