Layaknya pasangan yang baru menikah, Ayu Ismi dan Fajar Muslim, ingin hidup mandiri. Berdua membina rumah tangga di sebuah rumah yang menaungi sekaligus menjadi saksi cerita kehidupan berkeluarga yang mereka jalani.
Sebagai pasangan muda yang masih sama-sama bekerja, mereka berharap ketika mereka bekerja, nanti anak-anak di rumah berada di bawah pengawasan orang yang mereka percayai. Karena itulah mereka sepakat untuk mencari rumah yang tak jauh dari rumah orang tua Ayu, yaitu di Kecamatan Cilodong, Depok.
Mau punya rumah seperti Ayu Ismi yang berada di kawasan Cilodong, Depok, fasilitas kawasan lengkap, akses ke Jakarta mudah dan juga cepat? Cek pilihan rumah dengan 3 kamar tidur harga di bawah Rp1 M di sini!
Namun perjalanan untuk mendapatkan rumah seperti yang mereka tempati sekarang memang tidak gampang. Berbagai rintangan, seperti proses negosiasi, renovasi, begitu menguras emosi, bahkan sempat membuat Ayu stres.
Berbekal kekuatan niat, tantangan tersebut dapat mereka lalui satu per satu. Kini, rumah yang berlokasi di Cilodong, Depok, seluas 170 meter persegi dengan bangunan seluas 160 meter persegi jadi rumah yang nyaman bagi Ayu, Fajar, dan kedua anak mereka. Rumah yang tak jauh dari rumah orang tua Ayu.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Sulitnya Menemukan Rumah Idaman Luas di Atas 100m2 di Komplek Perumahan
Setelah menikah pada Desember 2013, Ayu dan Fajar langsung mencari rumah untuk mereka tempati. Lokasi yang dekat dengan rumah orang tua Ayu menjadi prioritas utama. “Suami kerja di luar kota, aku juga kerja. Aku merasa lebih aman kalau anak ada dalam pengawasan orang tua,” kenang Ayu.
Itulah sebabnya pencarian rumahnya tak jauh-jauh, hanya sekitar Cilodong, Depok, area di mana rumah orang tua Ayu berada. Ayu mencari rumah yang dijual dengan mencari langsung ke daerah sekitar. Ia juga mencari info rumah dijual di daerah Cilodong, Depok, secara online, salah satunya pada listing properti dijual di Rumah247.com.
Dari pencarian di laman listing properti dijual di Rumah247.com, Ayu menggunakan filter area Cilodong, Depok, dan sekitarnya, kemudian juga menentukan filter kisaran harga yang tidak lebih dari Rp500 juta.
“Tapi ternyata cari rumah yang lokasinya dekat dengan orang tua itu susah. Kadang ada yang luasnya cocok, tapi rumah seken dan aku kurang cocok dengan layout-nya,” tutur Ayu. Selain berlokasi dekat dengan rumah orang tuanya, Ayu memang ingin rumah yang luasnya di atas 100 meter persegi.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider
Saat itu, tanah dengan luas yang ia inginkan memang sulit ditemukan di lokasi yang ia idamkan. Terlebih Ayu ingin memiliki rumah yang berada di perumahan. “Sekarang rata-rata luas tanah di komplek perumahan di bawah 100 meter persegi. Ada yang luasnya sesuai tapi kondisi rumah hancur, harus dibongkar semua,” kenang Ayu.
Setelah berbulan-bulan, akhirnya pencarian Ayu bermuara. Ketika sedang berjalan-jalan di sekitar Cilodong, Ayu melihat sebidang tanah kosong di sebuah perumahan yang asri. “Luasnya sekitar 170 meter persegi, akses jalannya besar, one gate system, dan letaknya di depan dekat dengan pos satpam,” ujar Ayu.
Setelah berkeliling, Ayu juga menyadari bahwa perumahan tersebut banyak dihuni oleh keluarga muda. Kondisi ini tentu sangat menguntungkannya dalam bersosialisasi bila kelak ia tinggal di sana. Hatinya benar-benar tertambat dengan perumahan yang jaraknya hanya sekitar dua kilometer dari rumah orang tuanya itu.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Berhasil Beli Tanah Tidak Dijual Meski Harganya Jadi Lebih Mahal
Sayangnya, meski lokasi sudah sesuai dan lingkungan perumahan sudah sreg di hati, ada satu kendala besar yang menghadang keinginan Ayu untuk memiliki hunian di perumahan itu, yaitu tanah tersebut tidak dijual.
Info itu ia dapat dari petugas marketing pengembang perumahan itu. “Marketingnya bilang, ‘aduh ini gak dipasarin karena yang punya ingin membangun untuk dia sendiri. Tapi coba saja kalau serius, datang langsung ke kantor pemiliknya. Siapa tau bapak mau lepas’,” kenang Ayu.
Tanpa membuang waktu akhirnya Ayu dan suami langsung mendatangi kantor pemilik pengembang perumahan itu. “Kita diskusi, bernegosiasi, hingga akhirnya beliau bersedia menjual tanah yang tidak dijual tersebut. Mungkin karena waktu itu aku lagi hamil ya, makanya dikabulkan,” ujar Ayu sambil tertawa.
Namun sebagai konsekuensi, Ayu dan suami dikenakan biaya strategis, yaitu biaya lebih karena lokasi tanahnya punya banyak keunggulan, selain sangat bagus dan juga strategis. “Berada di depan dan dekat pos satpam,” terang Ayu.
Mengenal Fakta, Mitos, dan Keunggulan Rumah Hook
Bukan itu saja, harga rumah jadi lebih tinggi daripada rumah lain di perumahan tersebut juga karena lokasi rumah berada di hook. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Ayu dan suami memberanikan diri untuk membeli rumah tersebut meski harganya di atas rata-rata.
“Kita pikir, dengan tanah seluas itu kita masih punya ruang untuk renovasi ketika kita punya uang lagi. Walaupun luas tanahnya 170 meter persegi, waktu itu standar rumah dari developer adalah tipe 45,” terang Ayu.
Pihak developer juga mengizinkan mereka untuk menambah bangunan rumah tersebut di kemudian hari. “Syaratnya hanya dilarang membuat pagar dan tidak boleh mengganti fasad dalam jangka waktu tertentu. Kita setuju saja. Cari rumah kan seperti cari jodoh, sudah sreg, jadi kita terima saja,” ujarnya.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Bunga KPR Setelah Flat Rate Naik 12,5 Persen, Lakukan Pelunasan Agar Cicilan Tak Jadi Beban
Akibat beberapa tambahan biaya tersebut, bujet pembelian rumah yang semula dianggarkan Rp400 juta hingga Rp500 juta membengkak hingga sekitar Rp680 juta. Itu pun masih di luar biaya renovasi.
“Harga itu memang di luar bujet dan tabungan kami. Kami pun terpaksa menjual mobil, alat transportasi kami satu-satunya. Karenanya, kami sempat ke mana-mana tanpa mobil,” cerita Ayu. Selain menjual mobil, Ayu juga meminjam uang kepada orang tuanya.
Uang hasil penjualan mobil dan pinjam orang tua ia gunakan untuk membayar down payment atau uang muka pembelian rumah, sekitar 20 persen dari harga rumah. Sedangkan sisanya ia bayar dengan menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari bank. “Sebelumnya kami memang sudah bujetkan bahwa untuk KPR sekitar Rp400 juta,” ujarnya.
Ayu dan suami mengambil tenor KPR 15 tahun dengan bunga flat 10 persen selama dua tahun untuk KPR rumah mereka. Namun setelah menyicil selama beberapa bulan, bayar cicilan KPR dirasa cukup besar. Bunga KPR sebesar 12,5 persen setelah flat rate selama dua tahun terasa mencekik bagi Ayu dan suami.
Akhirnya mereka sepakat untuk sesegera mungkin melunasi KPR tersebut agar tak terus terbebani oleh pembayaran kredit setiap bulan. Demi melunasi KPR, Ayu dan suami mengandalkan tabungan plus pinjaman dari kantor.
“Setelah dua tahun pertama, kami melunasi sebagian pinjaman. Baru tahun 2018 kami lunasi seluruhnya. Memang kebijakan dari bank-nya bahwa tidak boleh langsung dilunasi,” ujarnya. Meski kena penalti sebesar 1 persen dari sisa pokok pinjaman mereka tidak keberatan asalkan bisa segera terbebas dari beban cicilan.
Sedikit dana yang tersisa dari menjual mobil mereka gunakan untuk menambah bagian belakang rumah. “Kami menambah kamar tidur dan kamar mandi untuk asisten rumah tangga, serta dapur. Karena rumah tipe 45 hanya ada dua kamar,” terang Ayu.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Suami Kerja di Lapangan, Rumah Dikontrakkan. Saat Mau Dihuni, Ditunda Lagi, Karena Hamil Lagi
Setelah rumah idaman di genggaman, Ayu justru tak bisa langsung menempati rumah tersebut. Ia terpaksa tetap tinggal bersama orang tuanya karena sang suami harus sering bekerja di luar kota. “Suamiku kerja di lapangan 20 hari, libur 10 hari. Kadang malah bisa satu bulan lebih baru pulang,” kenang Ayu.
Sebagai anak sulung di keluarganya, sang ayah tak tega membiarkan Ayu tinggal sendiri di rumah yang ia beli walaupun jaraknya tak jauh. Apalagi waktu itu Ayu sedang mengandung anak pertama, yang berarti cucu pertama di keluarga orang tuanya.
“Kata papa, aku tinggal di rumah mereka saja dulu. Takut ada apa-apa karena aku kan lagi hamil. Dengan pertimbangan kehamilanku, apalagi ini kehamilan pertama, kami akhirnya memutuskan tak pindah dulu,” kenang Ayu.
4 Strategi Sebelum Sewakan Properti
Setelah menambah area belakang, akhirnya rumah baru tersebut mereka sewakan. Setidaknya rumah itu ada yang menempati dan mengurus. Sekaligus dapat menjadi tambahan penghasilan bagi mereka.
“Awalnya kami berencana hanya mengontrakkan rumah tersebut setahun saja. Begitu anak kami lahir, kami akan pindah. Eh, ternyata tak berapa lama setelah melahirkan aku hamil lagi,” tutur Ayu.
Membayangkan kerepotan hamil sambil mengasuh anak yang masih kecil membuat Ayu akhirnya bertahan di rumah orang tuanya. “Orang tuaku juga menyuruh aku tinggal di rumah mereka saja. Apalagi suamiku juga masih bekerja di lapangan.”
Cerita Rumah Ayu Ismi: Trik Bikin Pos Pengeluaran Bulanan untuk Tabungan Renovasi Besar-besaran
Selama rumah dikontrakkan, Ayu dan suami memanfaatkan periode tersebut untuk menabung biaya renovasi rumah. “Kami ingin menambah kamar jadi empat kamar, juga menambah lantai. Jadi bertingkat.”
Mengaku tidak begitu pandai menabung, Ayu menggunakan trik agar ia bisa menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya renovasi rumah. Caranya dengan membuat pos-pos pengeluaran bulanan.
“Aku pisahkan untuk pengeluaran bulanan yang sudah pasti, misalnya listrik, air. Pokoknya yang utama, karena aku sudah tahu kisaran besarannya. Dari penghasilan kami dan pengeluaran utama, aku bisa mengira-ngira berapa uang yang bisa kami sisihkan.”
Tips Rumah247.com
Cara menabung paling mudah agar cepat punya rumah adalah menyisihkan pendapatan setiap bulan. Misalnya 70 persen untuk keperluan sehari-hari dan rekreasi, sedangkan 30 persen ditabung untuk membeli rumah. Sebaiknya miliki juga dua rekening yang berbeda. Satu rekening untuk keperluan sehari-hari, satu lagi rekening khusus untuk tabungan rumah.
Dari penghasilan yang ia sisihkan tersebut, ia sisihkan lagi untuk biaya hiburan keluarga. “Misalnya untuk jalan-jalan ketika akhir pekan atau family trip. Tapi tetap porsi terbesar adalah tabungan untuk renovasi,” tutur Ayu.
Setelah sekitar lima tahun Ayu tinggal di rumah orang tuanya, akhirnya datang juga apa yang ia nantikan. Suami Ayu bekerja full di kantor pusat di Jakarta dan tidak lagi pergi berminggu-minggu ke lapangan. Mereka pun berhenti mengontrakkan rumah dan mulai merenovasi.
“Dana juga sudah terkumpul. Akhirnya kita bulatkan tekad untuk merenovasi rumah besar-besaran dan akan tinggal di sana ketika sudah selesai renovasi. Aku minta teman SMP-ku yang seorang arsitek untuk mendesain rumahku.” Dari yang luas bangunan hanya sekitar 60 meter persegi ia tambah menjadi sekitar 160 meter persegi.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Biaya Renovasi Salah Strategi, Bengkak Rp150 Juta dari Perkiraan Rp300 Juta
Karena ingin lebih murah, mereka memutuskan menggunakan jasa tukang borongan untuk merenovasi rumah. “Kami pikir akan lebih murah karena kami belanja bahan-bahan sendiri. Ternyata karena beli sendiri jadi selalu ingin yang bagus dan sesuai selera. Alhasil biaya pembelian bahan lebih besar dari perkiraan,” tutur Ayu.
Bukan itu saja, ternyata lama pengerjaan jauh di luar perkiraan. “Tukang kami memberikan angin segar, bilangnya delapan minggu sudah selesai, atau paling telat 10 minggu. Kami pun menganggarkan biaya tukang sejumlah jangka waktu yang mereka berikan. Padahal orang tua waktu itu bilang tidak mungkin,” sesal Ayu.
Apa yang ditakutkan akhirnya terjadi. Ketika memasuki delapan minggu pengerjaan, masih banyak sekali pekerjaan yang belum selesai. “Mau ganti tukang sama saja, kita tetap harus mengeluarkan uang. Akhirnya mau nggak mau kita tetap bertahan dengan tukang sebelumnya.
Akhirnya pekerjaan renovasi baru selesai setelah sekitar enam minggu kemudian. “Jadi proses renovasi rumah secara keseluruhan memakan waktu sekitar empat bulan.” Biaya renovasi pun lebih besar sekitar Rp150 juta dari yang ia perkirakan semula, yaitu Rp300 juta.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
“Untungnya kami sudah menyiapkan dana sekitar Rp400 juta. Namun dana sisa dari renovasi tersebut rencananya akan digunakan untuk membeli perabotan dan disimpan sebagai dana darurat. Akhirnya malah tersedot semua untuk proses renovasi rumah, dan malah kurang,” jelas Ayu.
Jika Anda ingin merenovasi rumah tapi terkendala dengan bujet, jangan khawatir. Dilansir dari salah satu artikel di laman Panduan Rumah247.com tentang tips merenovasi rumah dengan bujet sangat minim, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
Ajukan kredit renovasi rumah ke bank
Kredit renovasi BPJS Ketenagakerjaan
Manfaatkan fasilitas top up bagi yang masih memiliki cicilan KPR
Lakukan over kredit KPR ke bank lain untuk mendapatkan dana renovasi dari selisih pinjaman yang diajukan.
Kerjasama dengan toko material, ajukan untuk mencicil biaya material bangunan secara bertahap.
Cerita Rumah Ayu Ismi: Proses Renovasi Makan Hati, Isi Perabotan Pelan-pelan Sambil Cari Inspirasi
Proses renovasi yang menguras energi dan emosi sempat membuat Ayu stres. “Banyak pengeluaran di luar rencana, belum lagi konflik dengan tukang. Aku stres banget waktu itu,” kenang Ayu.
Untungnya, meski bergulat dengan berbagai ‘drama’ akhirnya rumah yang diimpikan Ayu dan suami terwujud. Kini rumah yang asalnya hanya berukuran 45 meter persegi berkembang menjadi 160 meter persegi. Lengkap dengan tiga kamar dan tiga kamar mandi, plus satu kamar untuk asisten rumah tangga.
Rumah dengan konsep open space tersebut dilengkapi mushola, gudang, juga kolam mungil yang terletak dalam ruangan. “Sudah lumayan. Dan kami mendesain rumah ini sebagai rumah tumbuh, karena rencananya kami akan menambah kamar lagi. Tapi itu masih sekitar lima tahun ke depan,” kata Ayu.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Karena dana untuk membeli perabotan tersedot untuk renovasi, akhirnya mereka mengisi rumah secara perlahan sesuai ketersediaan dana. “Tapi malah seru pelan-pelan, karena jadi punya banyak inspirasi. Untungnya untuk barang elektronik, seperti televisi, sudah kami beli saat awal renovasi,” kata Ayu.
Walaupun rumah yang ada saat ini sudah nyaman, Ayu tak menampik kemungkinan akan melakukan renovasi lagi. “Mungkin nanti pakai jasa kontraktor saja.” Ia juga memendam keinginan untuk menambah rumah lagi. “Tapi itu beberapa puluh tahun ke depan. Kalau sekarang sih belum ada duitnya,” ujar Ayu sambil terkekeh.
Itulah cerita Ayu Ismi yang berhasil wujudkan impian punya rumah di atas 100m2 dalam komplek perumahan. Rumah yang dibeli dengan harga tinggi dan penuh drama saat proses renovasi. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Yudhanti Budi, Foto: Zaki Muhamad
Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.