Rumah tersebut memang cukup luas, sesuai bujet, serta mampu menampung tujuh orang anggota keluarga, ditambah tiga ekor anjing kesayangan. Tapi tak disangka, begitu banyak kendala yang ia jumpai sebelum bisa menempati rumahnya. Dari waktu penyelesaian rumah yang mulur sampai spesifikasi yang tak sesuai dengan perjanjian awal.
Lagi cari rumah untuk dihuni atau untuk investasi? Simak 100 Rumah Dijual Terpopuler di Indonesia
Hingga akhirnya Aray harus berjuang demi mendapatkan rumah sesuai kualitas yang dijanjikan pengembang. Kini, setelah hampir dua tahun tinggal di rumahnya, barulah ia merasa nyaman karena telah cukup berjuang untuk mewujudkan rumah impian.
Cerita Pencarian Rumah Aray, Hunian untuk Keluarga Besar
Aray dan istrinya, Sherly, mulai mencari-cari rumah sejak tahun 2016, tepatnya dua tahun setelah pernikahan mereka. Sebelumnya, mereka tinggal di Karawaci, di rumah orangtua Aray. Aray merasa sudah waktunya pindah ke rumah yang lebih besar dengan lingkungan yang lebih kondusif untuk membesarkan buah hatinya.
“Rumah saya di Karawaci terletak di perumahan terbuka. Waktu itu anak saya baru berusia dua tahun. Kami sering khawatir dia keluar rumah karena ada risiko tersambar motor atau bahkan diculik. Belum lagi, rumah saya berbatasan dengan area perkampungan. Duh, anak kampung sana bahasanya ‘cakep-cakep’. Takutnya anak saya terpengaruh,” kisah Aray.
Proses pencarian rumah baru pun dimulai. Setiap pagi, Aray dan istrinya menempuh rute Karawaci – Thamrin (kantor istri) – Lebak Bulus (kantor Aray). Sepanjang perjalanan, banyak kompleks baru yang mereka lihat, termasuk di area Gading Serpong, Bintaro, Graha Raya, dan Ciledug.
Dan bila mereka tertarik pada sebuah perumahan, Aray lantas mengecek detailnya di listing perumahan Rumah247.com. Beberapa kali, mereka juga mensurvei unit yang diminati, mengobrol dengan staf penjualan serta membahas cara-cara pembayaran dengan skema KPR.
Sayangnya, belum ada satu unit pun yang memenuhi semua kriteria Aray. Ada rumah yang mereka sukai, tetapi di luar bujet. Ada pula yang bujetnya cukup, tetapi rumahnya kurang luas.
“Maklum, ‘rakyatnya’ banyak,” kata Aray setengah tertawa. “Kami awalnya bertujuh: Saya, istri, satu anak (kini dua), ibu dan bapak mertua, ipar, adik saya, serta tiga ekor anjing (kini dua ekor). Setidaknya, saya perlu rumah dengan empat kamar. Tapi rumah yang besar, harganya juga besar, ‘kan?”
Cerita Aray Menemukan Rumah Strategis dengan Harga Terjangkau
Setelah setahun mencari, suatu hari pada 2017, Aray melihat Instagram Ads sebuah klaster di kawasan Cinangka, Sawangan, Depok. Melihat foto bentuk rumahnya, Aray langsung tertarik. Ia memverifikasi klaster itu melalui Rumah247.com. Ternyata klaster tersebut memang memasang listing properti di Rumah247.com.
Tanpa menunggu lama, Aray langsung survei ke lapangan. Ternyata lokasinya strategis. Ke Tangerang Selatan hanya satu jam, ke Jakarta Selatan 40 menit. Ke Puncak atau Bogor juga tidak memakan waktu lama. Klaster itu juga dekat dari sekolah, rumah sakit, pasar, mal, bahkan track sepeda dan motorcross.
Begitu melihat rumah contohnya, Aray seketika terpikat. Konsep rumah klaster itu benar-benar sesuai kebutuhan keluarganya. Klaster hanya terdiri dari tiga gang dan 29 rumah. Model rumahnya modern minimalis. Begitu masuk rumah, terasa lapang dan –yang membuat Aray semakin naksir—ada taman dalam yang tak terekspos dari luar.
Mau punya hunian yang dekat ke mana-mana di Cinangka, Sawangan, Depok dengan harga mulai dari Rp300 jutaan? Cek aneka pilihan huniannya di sini!
Rumah contoh yang mereka lihat memang hanya 90 meter², tetapi Aray bisa membeli rumah dua lantai seluas 120 m2 dengan empat plus satu kamar di atas kavling 135 m². Harga unitnya pun masih masuk akal menurut Aray. Aray dan istri tak mau menunda-nunda. Saat itu juga mereka langsung mentransfer uang tanda jadi.
“Besar tanda jadi sebenarnya hanya lima juta, tetapi saya sengaja transfer 15 juta untuk memastikan unit yang kami incar tidak jatuh ke tangan orang lain. Saya bahkan ingin cepat-cepat akad. Saya ini orang yang positif, jadi saya percaya saja semua perkataan staf penjualannya. Saya bahkan tidak mengecek latar belakang pengembang.”
Februari 2018, Aray melakukan akad kredit. Pihak pengembang pun menjanjikan rumah yang dibeli Aray akan selesai dibangun pada Juli 2018 sehingga Aray bisa menempati rumahnya setelah Lebaran tahun itu.
Cerita Progres Pembangunan Rumah Aray yang Tidak Sesuai Jadwal
“Ah, saya nggak buru-buru amat, kok. Paling-paling saya pindah Oktober atau November. Unit saya jangan diburu-buru supaya kerjanya rapi,” jawab Aray saat itu. Namun pihak pengembang tetap meyakinkan Aray kalau pembangunan rumah Aray pasti akan selesai Juli mendatang.
Karena percaya penuh, setelah akad kredit Aray sama sekali tak pernah mengecek proses dan progres pembangunan rumahnya. Barulah pada Agustus 2018, Aray dan istri datang ke lokasi, ingin melihat sudah sampai mana proses pembangunan rumah mereka.
Betapa kagetnya Aray dan istri karena rumah mereka masih jauh dari selesai. Bukannya rumah yang telah berdiri tegak seperti dijanjikan, mereka hanya mendapati fondasi, tiang-tiang pancang, dan ilalang tinggi. Bahkan belum ada tembok sama sekali.
4 Jurus Aman Beli Rumah Indent
“Katanya Juli sudah bisa ditempati? Bagaimana mau ditempati nih? Pakai tenda?” kata Aray, kesal. Ia langsung minta bertemu dengan kepala proyek dan staf penjualan rumah. Menurut mereka, ada kendala karena para tukang libur Lebaran dan tidak kunjung kembali. Mereka berjanji proses pembangunan selesai pada November 2018.
Aray harus menerima janji lagi, tetapi kali ini ia datang sebulan sekali untuk memantau progres pembangunan rumahnya. Melihat proses pembangunan yang lambat, Aray ragu rumah itu bisa beres pada November.
“Ini rumah dua lantai. Ada foyer, garasi, belum lagi instalasi listrik dan air, plafon, finishing… Apa mungkin selesai November?” tanyanya heran. Pertanyaan ini dijawab dengan “yakin” oleh pihak pengembang.
Cerita Aray Desak Pengembang dan Masukan Furnitur ke Rumah Contoh
Pada Oktober 2018 ketika Aray datang lagi, pembangunan rumah sudah mencapai lantai atas. Tentu saja, tiang-tiang penyangga di lantai bawah sudah ada. Pertama kali datang, tiang itu masih dibungkus dan kini bungkus itu sudah dibuka. Aray mengamati tiang itu lekat-lekat dan merasakan keganjilan.
“Saya coba pegang dan meremasnya sedikit. Wah, rontok! Saya tepuk saja goyang. Katanya tiang penyangga ini beton bertulang. Kok tipis? Padahal tiang ini akan menyangga bangunan di atasnya. Istri saya yang mungil coba menendang tiang itu. Ternyata malah rompal,” paparnya.
Aray juga cemas karena ada sloof yang patah, padahal sloof ini menghubungkan tiang penyangga di pintu depan dengan tiang di kamar belakang. Jaraknya tiga sampai empat meter. “Jadi, sudah tiangnya ‘empuk’, sloof-nya patah pula di area yang cukup panjang. Ini kan vital dan fatal,” keluh Aray.
Tips dan Cara Memilih Pengembang Properti yang Baik
Karena menyangkut masalah keselamatan, Aray segera membuat janji untuk bertemu dengan pihak pengembang, bukan hanya orang lapangan. Dari hasil mencecar direktur, staf marketing, kontraktor dan penasihat dalam rapat itu, Aray mendapat janji baru lagi: Tiang penyangga akan diperkuat setebal struktur yang telah ada dan rumah siap ditempati pada 25 Desember 2018.
Meskipun ragu, tetapi Aray berusaha berpikir positif kembali. Ia dan keluarga mengemas barang-barang mereka. Semua bersiap pindah rumah. Aray bahkan sudah membeli kulkas yang lebih besar untuk rumah barunya.
Namun ketika 25 Desember tiba, rumah mereka lagi-lagi masih belum selesai. Pihak toko yang mengantarkan kulkas kebingungan karena rumah Aray tak punya pintu, jendela, bahkan kusen. Mereka takut kulkas rusak terpapar air hujan dan angin bila ditinggal di sana.
Aray dan keluarganya kembali menelan pil pahit. Selain belum berpintu dan berjendela, toilet, wastafel, dan garasi juga belum ada. Karena tak mau membatalkan janji lagi pada petugas jasa pindah rumah, Aray mendesak pihak pengembang untuk membukakan rumah contoh dan menyimpan kulkas baru serta semua barang lain miliknya di sana.
Cerita Rumah Aray Tak Kunjung Berdiri, Pengembang Kena Penalti
Batal memasuki rumah pada 25 Desember 2018, Aray dijanjikan tanggal baru, yakni pertengahan Januari 2019. Sebelumnya, Aray sudah menekankan, “Kalau meleset lagi, kalian akan saya penalti.”
Aray juga meminta beberapa tambahan, antara lain: Kanopi polikarbonat standar di garasi diganti dengan alderon, area foyer ditutup dengan kanopi, setengah taman belakang ditutup kanopi alderon, begitu pula area void sepanjang 1×15 meter.
Untuk penambahan ini, Aray dikenai biaya sekian belas juta rupiah. Aray menyanggupi biaya itu, tetapi ketika rumahnya belum juga selesai pada pertengahan Januari 2019, ia benar-benar menjatuhkan penalti.
Tips Rumah247.com
Saat membeli rumah pastikan selalu mencari tahu track record pengembangnya agar terhindar dari model pengembang yang hanya jual janji, yang ingkar kesepatan awal.
“Saya tidak mau membayar penuh biaya tambahan itu. Saya takkan bilang berapa persen. Pokoknya suka-suka saya. Kalau tidak begini, apa dong penalti untuk kalian? Disuruh jalan jongkok atau push up nggak mungkin, kan? Setelah ini, kalau kalian meleset lagi, saya akan menempati rumah contoh,” desak Aray.
Akhirnya, pada awal Februari 2019, setelah tujuh bulan meleset dari janji awal, rumah itu selesai. Aray dan keluarganya bisa pindah ke rumah baru. Namun masalah ternyata masih mengintai.
Satu tahun pertama menempati rumah, ada-ada saja perbaikan yang harus dilakukan. Dari toilet yang airnya meluap saat hujan, tembok lantai atas yang retak di luar dan bocor ke dalam, sampai keramik yang dipotong dan dipasang asal-asalan. Belum lagi penangkal petir yang dipasang tidak sesuai standar keamanan.
Dari hasil mendekati para tukang, Aray mengetahui pekerjaan asli mereka bukan tukang bangunan. Ada yang sebelumnya bahkan bekerja sebagai tukang ketoprak dan tukang tato. “Pantas saja hasilnya begitu, karena ‘spesialisasi’ mereka bukan pekerjaan ini,” keluh Aray.
Cerita Aray Menjadi Kordinator Cluster Rumahnya
Aray dan 14 pemilik rumah lainnya di klaster itu kemudian ‘bersatu’ dan memanggil konsultan lepas untuk memeriksa struktur konstruksi rumah mereka. Aray ditunjuk sebagai kordinator yang menyuarakan hasil temuan konsultan ke pengembang untuk mendesak mereka memperbaiki rumah para penghuni.
“Saat diperiksa konsultan, kami mengebor tembok dan mengecek serpihan yang keluar. Kalau warnanya keperakan, berarti beton. Tetapi bila kekuningan, berarti kebanyakan pasir dan tipis acian serta plesterannya. Setelah dicek, ternyata kuning. Haduh…”
Karena lelah berdebat kusir dengan pengembang abal-abal, Aray dan keempat belas penghuni berdiskusi apakah mereka sebaiknya mengajukan class action. Masalah ini akan menjadi kasus perdata dan tentu prosesnya memakan waktu lama. Hasilnya, mereka memutuskan takkan melakukan class action.
“Namun setidaknya saya sudah mendesak pengembang untuk berjanji bahwa selama mereka masih membangun klaster ini, mereka akan memperbaiki setiap kerusakan yang ditemukan di rumah saya. Ini hanya gentlemen agreement karena sebenarnya garansi mereka hanya tiga bulan. Padahal hape Cina saja garansinya bisa setahun, ya?” kata Aray.
Menurut Aray, dari hasil protes dan desakannya pada pengembang selama ini, rumahnya mengalami perbaikan setidaknya 20 persen dari awal ditinggali. Dulu, Aray merasa rumahnya hanya ‘beres’ sekitar 60%. Ia kini merasa sudah cukup puas dengan kondisi yang ada dan mulai nyaman dengan rumahnya.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com.
Dengan konsep klaster satu pintu gerbang, keamanan sangat terjaga bahkan anak-anak setiap sore bebas bermain bersama tanpa khawatir banyak kendaraan berseliweran.
Aray bekerja sama dengan para tetangga, patungan untuk biaya kebersihan, satpam, hingga token listrik lampu penerangan di klaster tersebut. Suasana nyaman dan kondusif pada akhirnya diciptakan melalui kerukunan antar tetangga sehingga berbagai masalah tentang rumah berangsur-angsur memudar.
Rutinitas bergantian nongkrong di garasi atau di depan rumah pada akhir pekan membuat solidaritas antar tetangga, saling tukar informasi, bahkan saling bertukar makanan, membuat Aray merasa semakin nyaman dengan hunian idamannya ini.
Cerita Pengalihan Kredit Rumah Aray atau Refinancing KPR
Ada satu hal lagi yang baru-baru ini membuat Aray berpikir ulang, yakni persoalan KPR. Dulu, ketika pihak pengembang merekomendasikan KPR sebuah bank syariah, Aray langsung percaya tanpa mengecek dan membandingkan dengan bank-bank lain.
Tempo hari, saat tetangganya yang mengambil KPR bank konvensional melakukan pengalihan kredit ke bank lain atau refinancing KPR, si tetangga berhasil mengurangi besar cicilan karena pokok utangnya sudah berkurang banyak.
Namun ketika Aray mendiskusikan kemungkinan alih kredit dengan pihak bank syariah, ceritanya tidak seindah tetangganya. Dulu, Aray mengajukan KPR sebesar 1,5 miliar sesuai harga rumah. Tenor kreditnya sepanjang 15 tahun dengan total utang yang diakadkan sebesar 3,2 miliar.
“Sewaktu saya bertanya pada pihak bank syariah, mereka memperbolehkan saya alih kredit dan akan ‘mendiskon’ besar kredit saya. Katanya, saya ‘hanya’ perlu membayar 1,5 miliar. Lah, selama dua tahun ini saya mencicil berarti nggak mengurangi pokok utang sama sekali dong? Saya cuma membayar ‘bunga’,” keluh Aray.
Melihat hal ini, bisa dikatakan jika Aray melakukan alih kredit maka itu sama dengan mengambil hutang baru. Aray pun menunda rencana alih kredit. Mungkin nanti tahun keenam ia akan mencoba lagi, dengan harapan pokok utangnya sudah berkurang banyak.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Dari pengalamannya ini, terutama terkait pengembang yang ingkar janji, pengembang yang tidak sesuai kesepatan awal, Aray menyimpulkan tiga kiat sebelum membeli rumah:
- Cek track record pengembang.
- Pastikan lokasi bebas bencana seperti banjir atau berada dekat dari sutet.
- Pastikan surat-surat dan kepemilikannya jelas. Aray bersyukur karena sertifikat di klasternya sudah dipecah.
- Selalu cari perbandingan sebelum membuat keputusan. Termasuk perbandingan KPR, harga dan struktur bangunan.
Kini Aray menikmati rumah idamannya yang juga menjadi ruang bagi kreativitasnya berkarya. Sebagai content creator Aray banyak bekerja dari rumah, ia pun cukup aktif bahkan kini sedang asyik dengan kanal podcast-nya BapakBapakNogobrol (BaNgor).
Ke depannya tentu banyak keinginan Aray untuk membuat rumah impiannya semakin nyaman, salah satunya membangun ruang juga kamar baru di atas. Tidak dalam waktu cepat mungkin, tapi ide-ide terus bermunculan di kepala Aray.
Itulah cerita perjuangan Aray dalam perjalanan mewujudkan rumah impiannya yang serah terima rumahnya mulur karena pengembang ingkar janji. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan untuk mewujudkan mimpi memiliki rumah sendiri yang tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah.
Teks: Eyi Puspita, Foto: Zaky Muhammad