Meskipun sudah nyaman tinggal di rumah orang tua, namun dalam hati Alef selalu terbersit keinginan untuk memiliki rumah sendiri. “Sebenarnya saya tidak terlalu berambisi untuk punya rumah sendiri, tapi bagaimanapun kita pengen punya rumah sendiri juga. Apalagi kalau sudah berkeluarga,” ujar Alef.
Itulah sebabnya, ia seperti mendapat mukjizat ketika akhirnya berhasil membeli tanah seluas 250 meter persegi yang hanya berjarak 100 meter dari rumah orang tuanya. Padahal saat itu ia tak punya dana yang mencukupi. Untuk membangun rumah, Alef pun butuh waktu bertahun-tahun. Selain dana yang terbatas, ia memang tak tega meninggalkan orang tuanya sendirian di rumah.
Ingin punya rumah di Kota Padang, Sumatera Barat, seperti rumah Alef yang kotanya semakin maju dan terkenal dengan keindahannya? Cek pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp700 juta di sini!
Namun takdir Tuhan berkata lain. Meski dengan keterbatasan dana, ia bisa membangun rumah yang luasnya 230 meter persegi, di atas ekspektasinya. “Ini seperti mukjizat. Mampu beli tanah, bisa bangun rumah yang bagus. Selesai pembangunan rumah, gantian kakak yang menemani orang tua. Tuhan memang Maha Kaya, doa saya terkabul pada waktu yang tepat,” ujar Alef.
Cerita Rumah Alef: Ingin Punya Rumah Dekat Sekolah, Kawasan Hunian Prospektif Dekat Rumah Orang Tua
Walaupun bukan sebuah kompleks perumahan, wilayah Nanggalo, tempat tinggal orang tua Alef tertata rapi dan berada di lokasi yang sangat strategis. “Orang tua saya pindah ke sini tahun 60-an karena rumah yang di pusat kota digusur, diganti tanah di sini,” kenang Alef.
Selain orang tua Alef, ada sekelompok orang lain yang dipindah ke daerah tersebut. Area yang tadinya berupa ladang luas itu sudah dikapling dengan sangat rapi, dengan luas tanah 300 meter persegi untuk yang berada di bagian pinggir, dan 250 meter persegi untuk yang letaknya di tengah.
Seiring dengan bergulirnya waktu, daerah tersebut semakin ramai. Kini wilayah di sekitar rumah Alef telah memiliki beberapa mal, sekolah-sekolah, bahkan universitas. Tak heran tanah di daerah tersebut diincar oleh banyak orang. Membuat harganya juga naik berkali-kali lipat.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider
Begitu pula dengan area lingkungan rumah orang tua Alef. Terlebih meski bukan kompleks perumahan, rumah-rumah tersebut tertata rapi. “Begitu dengar ada rumah dijual, pasti langsung laku. Rumah di sini memang jadi rebutan,” ucap Alef.
Jangankan memang dijual, rumah yang belum dijual pun sudah banyak yang pesan. “Ada tetangga yang sudah tua meninggal, orang-orang di sini langsung pesan ke anaknya, kalau rumahnya mau dijual bisa menghubungi mereka. Saya juga ikut pesan, tapi kalah saing,” ujar Alef sambil tertawa.
Sadar rumah di daerahnya diperebutkan, Alef pesimis akan mendapatkan rumah di sini. “Tapi saya terus berdoa setiap menyusuri jalan dari rumah menuju ke sekolah. Ya Allah, tolong berikan saya rumah di sini,” kenangnya.
Cerita Rumah Alef: Tak Punya Dana Nekat Beli Tanah, Luas 250 Meter Persegi Rp150 Juta, Bebas Semua Biaya
Salah satu alasan Alef ingin rumah di daerah tempat tinggal orang tuanya adalah karena dekat dengan tempatnya mengajar. “Saya tidak bisa menyetir kendaraan, motor, apalagi mobil. Jadi saya cari rumah yang dekat sekolah biar saya bisa jalan,” ujarnya.
Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan sambil memberi makan anaknya di sekitar daerah rumahnya, Alef melihat papan pengumuman tanah dijual. “Papan itu baru saja dipasang. Saya tahu orang yang punya,” kenang Alef.
Tanpa membuang waktu Alef langsung mengontak orang tersebut. Walaupun saat itu ia tahu harga tanah di daerah situ pasti mahal, dan kondisi keuangannya belum memungkinkan, Alef tetap nekat bernegosiasi dengan pemilik lahan.
8 Tambahan Biaya Jual Beli Rumah di Indonesia, Perlu Disiapkan!
Ternyata seperti pepatah pucuk dicinta ulam tiba, sang pemilik lahan sedang membutuhkan uang untuk membuka usaha, sehingga negosiasi tak terlalu alot. Dengan luas 250 meter persegi, tanah tersebut ditawarkan dengan harga sekitar Rp150 jutaan. “Waktu itu tahun 2012,” kata Alef.
Harga yang wajar untuk tanah di daerah tersebut. Sehingga Alef tak terlalu banyak menawar. “Saya hanya menawar bahwa dengan harga tersebut, semua biaya tambahan, seperti urusan administrasi jual beli tanah, seperti ke notaris, mereka yang urus dan biayain. Akhirnya mereka setuju,” jelas Alef.
Banyak tetangganya yang komentar ketika Alef bisa mendapatkan tanah tersebut. “Kok Alef bisa tahu itu dijual. Kalau saya tahu saya juga mau beli.” Padahal saat itu ia sebenarnya masih bingung bagaimana mendapatkan sumber dana untuk membayar tanah yang dibelinya itu. “Tapi ini seperti mukjizat, jadi saya jalani saja. Semoga ada rezekinya,” kenang Alef.
Cerita Rumah Alef: Beli Tanah Hasil Jaminkan SK Pegawai Negeri dan Jual Tanah
Sebagai guru SMP negeri, penghasilan Alef tak seberapa. Begitu pula dengan suaminya, Revian Body, yang bekerja sebagai dosen arsitektur di sebuah universitas negeri di Kota Padang. Membeli tanah dengan mengandalkan tabungan saja tentu sangat kurang.
Akhirnya Alef pun mengumpulkan keberanian untuk meminjam uang ke bank dengan jaminan Surat Keputusan (SK) pengangkatannya sebagai pegawai negeri. “Seumur-umur baru sekali itu saya meminjam uang ke bank. Padahal saya paling anti pinjam uang ke bank. Tapi demi beli tanah, ya sudahlah,” ungkap Alef.
Sebenarnya salah satu hal yang membuat Alef cukup percaya diri untuk membeli tanah adalah ia berniat menjual tanah yang dimilikinya. “Saya punya tanah seluas 150 meter persegi, tapi jauh dari sini. Sekitar 10 kilometer. Saya pikir saya bisa menjual tanah itu untuk membeli tanah di sini,” ucap Alef.
Namun karena menjual tanah membutuhkan waktu, sedangkan pembayaran pembelian tanah tak bisa ditunda, ia pun memutuskan meminjam uang ke salah seorang sepupunya. Akhirnya uang pembelian tanah ia kumpulkan separuh dari pinjam di bank dan tabungannya, separuhnya lagi ia pinjam dari sepupunya.
Alef berharap, begitu tanahnya terjual ia dapat langsung melunasi utangnya.
Ternyata rencananya tak semulus harapannya. Apesnya, sampai dua tahun tanahnya yang lama tak kunjung terjual. “Saya nggak enak hati dengan kakak sepupu saya. Sempat terpikir untuk utang ke orang lain demi membayar utang.”
Di tengah keputusasaannya Alef semakin kuat berdoa. Ketika ia akan berutang, tiba-tiba teleponnya berdering. Ada orang yang ingin membeli tanah lamanya. “Terlalu banyak mukjizat. Tanpa proses berbelit akhirnya tanah saya yang lama terjual. Saya pun bisa melunasi utang. Lega rasanya,” cerita Alef.
Cerita Rumah Alef: Tak Punya Biaya Bangun Rumah, Tanah Disewakan Lima Tahun, Jadi Modal Buat Bangun
Jika Anda mengalami hal yang mirip dengan Alef, ingin menjual rumah tapi tak kunjung laku, coba ikuti cara jual rumah di artikel yang ada di laman
Panduan Rumah247.com. Di sana Anda akan mendapat tips lengkap cara menjual rumah dalam waktu singkat, seperti:
- Menggunakan jasa properti.
- Menjual dengan harga terjangkau dan realistis.
- Riset harga pasar.
- Menampilkan kondisi properti yang terbaik.
- Menyingkirkan semua barang yang tak perlu.
Setelah keinginan memiliki tanah terpenuhi, belum terbersit di benak Alef untuk membangun rumah di atas tanah tersebut. Terlebih uangnya sudah terkuras untuk membeli tanah. “Yang penting tanah sudah ada. Paling tidak kalau saya mau bikin pondok untuk anak saya, sudah ada lahannya.”
Surat Perjanjian Sewa Tanah di Indonesia dan Contohnya
Tanah yang dibelinya sempat ia diamkan saja. Oleh orang tuanya tanah tersebut malah ditanami berbagai tanaman, seperti pisang dan cokelat. Hasilnya mereka konsumsi sendiri. Sayangnya, karena jarang ditengok hasil dari tanaman tersebut malah sering jarang terambil.
Untungnya ada seorang penjual mebel yang tertarik menyewa tanahnya untuk digunakan sebagai gudang mebelnya. Awalnya orang tersebut hanya menyewa selama empat tahun, sebesar Rp 4 juta per tahun. “Kata saya, tanggung, genapin saja lima tahun biar jadi Rp 20 juta,” tawar Alef.
Penyewa pun setuju. “Lumayan dapat income. Lagipula saya tahu selama lima tahun itu saya tidak akan membangun rumah di sana.” Memang cukup lama jeda waktu antara membeli tanah dengan membangun rumah.
Cerita Rumah Alef: Bangun Rumah Desain Sendiri, Dibagi Tiga Tahap Agar Rumah Bisa Berdiri
Keinginan untuk memiliki rumah sendiri tak pernah pupus. Setelah perjanjian sewa tanah selesai, suami Alef yang merupakan seorang arsitek ingin membangun rumah di atas tanah tersebut.
“Sebenarnya belum ingin bangun rumah, tapi kata suami, ‘yuk coba-coba bangun rumah,’” ujar Alef. Suami Alef pun mulai menggambar desain rumah tersebut. Karena bukan prioritas utama, proses menggambar memakan waktu hingga setahun.
“Namanya juga arsitek, dia buat desain seindah mungkin. Jadi diubah dan ditambah beberapa kali.” Alef tadinya hanya ingin rumah yang kecil, yang penting memiliki halaman luas di belakang. Di benaknya ketika itu, rumah yang akan dibangun adalah rumah sederhana, tidak terlalu besar, dengan dua hingga tiga kamar.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
“Eh, ternyata setelah digambar jadi bertingkat,” kenang Alef. Melihat hasil desain suaminya, Alef langsung ketar-ketir. Untuk membangun rumah sesuai desain tersebut biaya bangun rumah yang dibutuhkan akan sangat besar.
“Tabungan kita paling hanya cukup sepertiganya atau malah kurang,” ujar Alef. Di sisi lain, Alef tidak mau lagi meminjam uang ke bank karena tak nyaman dengan bunganya.
Setelah berdiskusi dengan suami, akhirnya suaminya menyarankan untuk membangun rumah dalam tiga tahap. Dikerjakan dulu tahap satu, lalu setelah terkumpul uang lagi dilanjutkan tahap dua, begitu seterusnya.
Cerita Rumah Alef: Rencana Jual Emas untuk Tambahan Dana, Malah Dipinjamkan Uang Oleh Saudara
Berbeda dengan suami, Alef berpikir kalau membangun rumah dalam tiga tahap justru akan merepotkan. Namun ia juga tak berani untuk membangun sekaligus. Apalagi saudara-saudaranya menyemangatinya untuk membangun rumah. “Udah bangun saja dulu. Nanti ada saja rezekinya,” begitu ucap saudara-saudaranya.
Akhirnya dengan diiringi doa dan kepasrahan ia membulatkan tekad untuk mulai membangun rumah, yang dimulai pada tahun 2020. “Saya bilang ke suami, kita bangun apa adanya saja. Toh kita belum butuh rumah, karena masih ada rumah orang tua untuk berteduh. Kita tidak sedang terdesak,” ucap Alef.
Untuk menambah dana pembangunan rumah, Alef berencana menjual emasnya kepada saudaranya. Namun ternyata oleh saudaranya malah dipinjamkan uang. Tetapi karena dalam masa pandemi dan usaha saudaranya sedang tak berjalan mulus, ia dipinjamkan uang sedikit demi sedikit sesuai kelebihan rezeki saudaranya.
12 Bahan Bangunan Rumah Berkualitas dan Daftar Harga Terlengkap
“Jadi misalnya pas dana bangun rumah kurang, dia transfer Rp30 juta, beberapa waktu lagi Rp20 juta. Akhirnya selama proses pembangunan sekitar satu tahun, pinjaman saya totalnya Rp85 juta,” ujar Alef.
Semua proses pembangunan Alef lalui dengan penuh syukur. “Seperti waktu pasang atap, saya sudah pasrah, kalau memang nggak selesai ya sudah tidak apa-apa. Eh, ternyata atap bisa selesai juga. Lalu plester selesai. Saya sendiri heran, kok bisa selesai, padahal tadinya dana segitu tidak mencukupi,” kenang Alef.
Setelah setahun akhirnya rumah Alef dan Revian berdiri megah. Di tengah kegundahan Alef karena harus berpisah rumah dengan orang tuanya, ternyata datang mukjizat lain. Kakak Alef menyerahkan rumahnya kepada anaknya yang baru menikah dan memilih tinggal dengan orang tuanya.
Cerita Rumah Alef: Total Biaya Rp1 Miliar Buat Bangun Rumah, Berkah dari Rajin Sedekah
Kini sebuah bangunan tingkat seluas 230 meter persegi telah berdiri megah di lahan seluas 250 meter persegi. Tepatnya tahun 2021 pembangunan selesai dikerjakan. Rumah itu lebih besar dari bayangan Alef. Rumah dua kamar yang ada di pikirannya terwujud menjadi empat kamar. Alef merasa ini merupakan berkah luar biasa. “Seorang pegawai negeri memiliki rumah sebesar ini.”
“Seperti di luar jangkauan saya. Yang saya jaga betul, saya nggak mau gara-gara membangun rumah ini sedekah saya berkurang. Saya justru tingkatkan sedekah. Karena saya yakin Allah akan membalas berlipat ganda. Karena kita nggak tahu dari pintu mana doa kita dikabulkan,” tutur Alef berbagi kiat.
Ternyata kiatnya itu mampu mengantarkannya untuk mewujudkan mimpinya. Setelah dihitung-hitung, total biaya untuk membangun rumahnya hampir mencapai Rp1 miliar. Ia sendiri takjub bagaimana bisa ia akhirnya mengumpulkan uang sebanyak itu. “Rasanya nggak mungkin terbeli,” tuturnya.
Kini Alef dan suami tinggal memikirkan furnitur untuk mengisi rumah dan memasang pagar. “Saya berdoa agar setiap sudut rumah ini menjadi berkah untuk saya dan suami, anak, dan cucu saya nanti,” ucap Alef. Dan tentu saja rumah ini dapat menjadi tempat yang menenangkan bagi Alef.
Itulah cerita Alef yang berhasil punya rumah mewah tanpa disangka-sangka. Bisa beli tanah, sewakan tanah, hingga jadi sebuah rumah, semua berkat kekuatan doa dan rajin sedekah. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Yudhanti Budi, Foto: Permei Setyo