Adis Andarisa dan suaminya, Muhammad Yanar Rahman, menjalani long distance marriage (LDM) sejak menikah pada 2016. Keduanya bekerja di instansi pemerintah di dua kota berbeda. Adis ditempatkan di Kebumen, Jawa Tengah, sementara Yanar di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Selama lima tahun, dari Senin sampai Jumat, mereka tinggal berjauhan. Barulah saat akhir pekan, mereka bertemu dan berkumpul kembali di Purwokerto, Jawa Tengah, tepatnya di rumah orang tua Adis.
Setelah lima tahun menumpang tinggal di rumah orang tua setiap akhir pekan, Adis dan Yanar memutuskan untuk memiliki rumah sendiri. Apalagi, putra mereka –Darren- sudah bertambah besar. “Langkah ini terbilang nekat, karena tabungan kami saat itu sebenarnya belum banyak,” kenang Adis.
Pasangan ini sempat mendapatkan kendala yang membingungkan lantaran rumah yang ditaksir tidak menerima pembayaran melalui KPR. Simak ceritanya, bagaimana cara mereka berhasil mendapatkan rumah di Purwokerto dengan luas tanah 90 meter persegi dan luas bangunan 50 meter persegi tersebut.
Ingin punya rumah di kawasan Purwokerto seperti Adis dan Yanar yang dekat ke pusat kota dan juga terminal bus? Cek pilihan rumahnya di bawah Rp500 jutaan di sini!
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Pandemi Bikin Niat Punya Rumah Sendiri, Bujet Rp400 Juta Luas Tanah 90 Meter Persegi
“Selama lima tahun pertama pernikahan, kami belum terpikir untuk membeli rumah sendiri. Selain karena masih menabung, kami juga hidup di dua tempat: Kebumen, Jawa Tengah dan Tasikmalaya, Jawa Barat. Pendapatan kami lari ke pos-pos lain, termasuk membeli kendaraan agar mudah bolak-balik ke Purwokerto. Jadi rasanya kami belum perlu rumah sendiri.”
Pertengahan 2020 lalu, pada awal pandemi COVID-19, niat membeli rumah akhirnya muncul dalam hati Adis dan Yanar. Setelah lima tahun pulang ke rumah orang tua setiap akhir pekan, mereka merasa telah tiba waktunya untuk mandiri dan pulang ke rumah sendiri. Mereka pun membulatkan tekad untuk mencari rumah.
“Saat pertama mencari rumah, kami tidak punya kriteria macam-macam. Yang penting bujetnya masuk dan kami punya rumah beneran. He he he… Waktu itu kami memasang target bujet tidak boleh lebih dari Rp400 juta dengan luas tanah 90 meter persegi. Menurut kami luas 90 meter persegi sudah cukup,” urai Adis.
12 Biaya Beli Rumah yang Penting untuk Diperhitungkan
Mulailah Adis dan suami melakukan pencarian rumah idaman. Mereka menyusuri iklan-iklan rumah di berbagai situs properti seperti pada listing properti dijual di Rumah247.com, media sosial, sampai berkeliling berdua mencari rumah dan lokasi yang cocok – baik di hati maupun bujet.
Pencarian rumah Adis dan Yanar ternyata tidak memakan waktu lama. Hanya dalam sebulan, mereka sudah mendapatkan rumah yang diincar. Namun sebelumnya, mereka telah mensurvei empat sampai lima rumah.
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Rumah Indent di Luar Klaster Bikin Jatuh Hati, Desain dan Layout Bisa Sesuka Hati
“Ada satu klaster yang kami suka. Tata letaknya bagus, dan rumahnya memakai sistem canggih (underground cabble), perumahan terintegrasi WiFi). Namun harganya ternyata melampaui bujet kami, mencapai Rp500 jutaan. Padahal spesifikasi dan luas tanahnya sama dengan rumah kami sekarang.
“Sementara, lokasi perumahan lainnya yang kami survei ternyata agak jauh dari jalan utama. Susah dijangkau bila tak punya kendaraan pribadi. Kami mempertimbangkan kemudahan untuk asisten rumah tangga (ART). Kalau rumah kami lebih dekat ke jalan raya, tentu lebih nyaman bagi ART untuk pulang dan mencari kendaraan umum.”
Pencarian rumah ini akhirnya membawa Adis dan Yanar ke sebuah klaster di daerah Seloarum, Purwokerto. Keduanya jatuh hati pada lokasinya yang strategis. Klaster ini terletak 5 – 10 menit dari pusat kota Purwokerto, dekat jalan utama dan terminal bus, serta hanya sepuluh menit dari rumah orang tua mereka di wilayah Ledug, Purwokerto.
Sayangnya, setelah bertanya pada pihak pengembang, rumah yang ditawarkan ternyata bukan di dalam klaster, melainkan rumah indent yang terletak di luar klaster. Kavlingnya terletak persis di depan klaster. Harganya pun lebih rendah dari rumah di dalam klaster. Rupanya, kavling ini dipunyai oleh si pemilik perusahaan pengembang.
Awalnya mereka kaget karena lokasinya yang di luar klaster. Namun ada daya tarik tersendiri. Desain dan layout rumah bisa disesuaikan dengan keinginan mereka, tanpa biaya tambahan. Luas tanahnya pun cocok dengan keinginan mereka, 90 meter persegi.
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Bujet Rumah Rp400 Juta, Dapat Harga Rumah Rp350 Juta. Tidak Bisa KPR, Pilih KTA
“Namun sebelum memutuskan membeli rumah, ada beberapa hal penting yang saya lakukan. Seperti yang saya baca dalam artikel di laman Panduan Rumah247.com, kita harus mengecek legalitas propertinya dulu. Kami lalu mengecek NPWP perusahaan pengembang dan meminta mereka menunjukkan dokumen perizinannya,” jelas Adis.
“Selanjutnya, saya beberapa kali mengunjungi lokasi untuk mengecek kualitas bangunan dan kredibilitas pengembang. Caranya, saya melihat-lihat bangunan rumah yang sudah jadi. Bagaimana kualitasnya? Apakah sesuai dengan harga yang ditawarkan? Ada lho perumahan yang mahal, tapi spesifikasinya kurang baik.”
Adis juga menambahkan, “Selain itu, nama besar perusahaan pengembang tidak selalu jadi jaminan. Saya lebih memilih untuk bertanya-tanya pada pemilik rumah di dalam klaster tentang pengalaman mereka dengan pengembang. Apakah ada masalah? Karena semua mengatakan oke, saya dan suami memutuskan untuk mengambil rumah di luar klaster itu.”
Tips Rumah247.com
Untuk mengetahui keaslian sertifikat tanah, Anda bisa melakukan dua cara yakni; menggunakan jasa notaris atau melakukan pengecekan secara mandiri alias cek sertifikat BPN secara online.
Menariknya, harga rumah yang ditawarkan malah lebih rendah dari bujet Adis dan Yanar yang Rp400 juta, yakni Rp350 juta. Namun masalahnya, pengembang ternyata tidak menerima pembayaran dengan skema KPR. Mereka memilih dibayar dengan cash bertahap. Menurut Adis, mungkin mereka sedang membutuhkan dana cepat.
Keduanya pun memutar otak untuk mencari sumber dana untuk membeli rumah. Kebetulan, karena Adis bekerja di instansi pemerintah, ada tawaran KTA payroll dari salah satu bank BUMN. Kemudahannya, mereka memberikan bunga flat rate sampai akhir tenor.
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Beli Rumah Indent, Pembayaran 4 Tahap, Tahap Pertama Uang Muka 40 Persen
“Pikir-pikir, kami sebenarnya memang ingin menghindari KPR dengan bunga floating rate. Kami takut menghadapi lonjakan angsuran mendadak pada masa mendatang. Setelah berdiskusi, kami putuskan mengajukan permohonan KTA. Apalagi, kami memang memerlukan dana yang cepat cair,” ungkap Adis menyoal KTA jadi pilihan pinjaman.
Syukurlah, permohonan Adis diterima dan dana KTA cair dalam waktu kurang lebih 1 minggu. Adis mendapatkan KTA dengan fixed rate 11 persen selama tenor yang cukup panjang, 13 tahun.
Menurutnya, bunga 11 persen memang bukan angka yang kecil, tapi setidaknya mereka tenang karena terhindar dari risiko lonjakan angsuran mendadak. Setidaknya, mereka takkan kaget karena sudah mempersiapkan besar cicilan sejak awal.
Jadilah Adis dan suami membeli rumah secara indent. Mereka membayar rumah itu dalam empat tahap. Tahap pertama berupa uang muka sebesar 40 persen, sedangkan pembayaran tahap keempat dibayarkan setelah rumah selesai dibangun.
Setelah membayar uang muka, mulailah tahap pembangunan yang bagi Adis menjadi tantangan terbesar dalam perwujudan rumahnya.
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Beli Rumah Rasa Bangun Sendiri, Rumah Berdiri Sesuai Desain Sendiri
“Sebenarnya, daripada membeli rumah siap huni, kami memang lebih senang membangun rumah sendiri. Pasalnya, setiap kami survei rumah siap huni, pasti ada saja kekurangan yang ingin kami ubah. Jadi, daripada kerja dua kali, lebih baik bangun dari awal sesuai keinginan, kan?” jelas Adis.
“Karena boleh memakai desain sendiri, kami mulai mencari inspirasi denah dan fasad dari media sosial Pinterest. Namun karena kami bukan orang teknik, kami harus menyewa jasa desain rumah. Takutnya malah salah kalau kami yang menggambar sendiri. Padahal, kami butuh gambar yang bisa dipahami mandor dan tukang bangunan.”
Adis dan suami pun memanfaatkan jasa gambar desain rumah yang mereka temukan di media sosial. Melalui Whatsapp, mereka berkonsultasi. Setelah beberapa kali revisi –walau sebenarnya Adis belum sepenuhnya puas dengan gambar desainnya—mereka menyerahkan gambar itu pada mandor yang sudah menunggu-nunggu.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247
Walaupun tidak kena biaya tambahan karena memakai desain sendiri, tentu saja bila Adis ingin menambah spesifikasi dekoratif atau mengganti material, ia harus membayar selisihnya. Misalnya, ketika Adis ingin menambahkan aksen motif kayu dari wood plank GRC di fasad rumahnya agar tampil beda dari rumah-rumah lain dalam klaster.
Enam bulan kemudian, rumah Adis dan keluarga pun selesai dibangun. Rumah seluas 50 meter persegi di atas tanah 90 meter persegi. Pembangunan yang dilaksanakan menjelang akhir tahun memang agak menantang karena Purwokerto tiap hari diguyur hujan. Namun syukurlah, pada awal 2021, rumah mereka sudah berdiri.
Cerita Rumah Adis dan Yanar: Targetkan Renovasi Tambah Kamar 5 Tahun Lagi, Karena Ingin Tambah Anak Lagi
Mereka resmi menghuni rumah barunya, rumah milik mereka sendiri, pada Januari 2021. Awalnya, Adis sempat khawatir akan menemukan masalah pada rumah barunya. Misalnya kebocoran yang sebelumnya tidak disadari. Namun setelah setahun lebih menghuni rumah itu, ia bisa bernapas lega karena tak menemukan masalah berarti.
Karena senang berbagi cerita dan inspirasi seputar rumah, Adis membuat akun Instagram @inirumahday yang kini sudah memiliki lebih dari 10 ribu followers. ‘Day’ adalah singkatan nama penghuninya: Darren, Adis, dan Yanar.
Hingga kini, Adis dan Yanar masih bolak-balik Purwokerto–Tasikmalaya. Namun mereka tak harus menjalani long distance marriage. Adis yang sebelumnya bekerja di Kebumen pindah tugas ke Ciamis, Jawa Barat. Keluarga kecil mereka pun bisa tinggal bersama di Tasikmalaya selama weekdays, lalu boyongan ke Purwokerto di akhir pekan.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Adis dan Yanar menargetkan untuk merenovasi rumah, setidaknya lima tahun dari sekarang. Mereka berharap dapat membuat lantai dua dan menambah satu atau dua kamar. Mereka masih ingin menambah anak lagi, jadi penting untuk mempersiapkan kamar tambahan agar nanti tidak umpel-umpelan.
“Setiap orang pasti mempunyai impian rumah yang wah. Namun bagi kami, rumah seperti ini sudah lebih dari cukup. Kami sudah bersyukur sekali karena berhasil mewujudkan rumah seperti yang kami harapkan. Rumah sesuai desain yang kami sukai dan membuat kami bebas menjadi diri sendiri.”
Itulah cerita Adis dan Yanar yang berhasil membeli rumah pakai kta payroll, bunga flat rate sampai akhir tenor. Rumah indent yang serasa bangun sendiri, rumah berdiri sesuai desain sendiri. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah