Download Aplikasi Rumah247

Cerita Rumah Vianty: Strategi Jual-Beli Rumah Take Over KPR yang Datangkan Rezeki

Dalam hidup, Anda terkadang harus menghadapi keputusan-keputusan sulit. Vianty Alvia Novita pernah mengalami hal tersebut. Dia sempat bimbang saat harus pindah rumah dari Rancaekek ke Soreang. Sebab, dia harus meninggalkan profesi perawat, profesi yang dicintainya.
Namun demi keluarga yang teramat dicintainya, akhirnya hal tersebut tetap dijalani. Belakangan dia baru menyadari bahwa ada banyak kenikmatan yang dia dapatkan setelah pindah rumah. “Waktu harus pindah ke rumah yang lebih kecil awalnya terasa berat sih. Tapi tanpa saya sadari, ternyata jadi jalan rezeki bagi saya,” jelasnya.
Vianty saat ini tinggal di Seroja Home Residence 2 SoreangKabupaten Bandung. Tinggal di sebuah rumah mungil dengan luas tanah 60 m2. Sebelumnya, rumah Vianty yang di RancaekekBandung, tanahnya seluas 115 m2.
Mau punya rumah di area Soreang, sebuah kawasan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, seperti rumah Vianty yang didukung fasilitas lengkap dan dekat akses tol? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp500 jutaan di sini!

Cerita Rumah Vianty: Terpaksa Pindah Rumah Karena Suami Pindah Tugas

Cerita Rumah Vianty: Terpaksa Pindah Rumah Karena Suami Pindah Tugas
Kepindahan Vianty ke Soreang tidak lepas dari pekerjaan sang suami yang dipindahtugaskan ke tempat baru. Dede Edi, suami Vianty, sebelumnya bertugas sebagai polisi di Rancaekek. Pada 2017, suaminya dimutasi ke Polres Soreang. Soreang kurang lebih 20 km di sebelah selatan Bandung.
Jarak dari rumah ke tempat bertugas yang jauh membuat perjalanan jadi berlipat. Bila biasanya waktu tempuh ke tempat kerja hanya 10 menit, setelah pindah ke Soreang waktu tempuh dengan berkendara motor jadi sekitar 1,5 jam. Bila naik mobil, waktu tempuhnya bisa lebih singkat, hanya sekitar 40 menit.
Sayangnya, biaya bensin dan tol lebih mahal. Jalan tengahnya, terkadang Dede berangkat naik motor, terkadang naik mobil, guna menyiasati persoalan biaya transportasi dan juga tenaga. Saat itu, mereka telah memiiki rumah di Rancaekek.
8 Layanan Jasa Pindahan Rumah, Tips, dan Estimasi Biayanya

8 Layanan Jasa Pindahan Rumah, Tips, dan Estimasi Biayanya

Repotnya, setiap hari suaminya harus apel jam 6 pagi. Selepas subuh, Edi harus langsung berangkat bekerja. Kondisi ini jelas kurang ideal, karena seringkali Edi juga bertugas sampai malam. Bahkan karena kondisi ini, Edi beberapa kali mengalami kecelakaan karena berkendara dalam kondisi lelah.
Terakhir, Edi mengalami kecelakaan mobil sampai mobilnya ringsek di beberapa bagian. Meskipun tidak ada luka serius pada diri Edi, hal ini yang membuat Vianty kemudian memutuskan bahwa mereka harus pindah tempat tinggal yang dekat tempat kerja sang suami.
Keputusan pindah rumah ini sebenarnya berat bagi Vianty, karena dia harus meninggalkan pekerjaan yang dicintainya. “Saya itu menyukai pekerjaan saya sebagai perawat di ruang perawatan anak-anak. Pekerjaan ini sangat menyenangkan bagi saya. Tapi di satu sisi saya juga harus memikirkan kondisi suami,” kata Vianty.

Cerita Rumah Vianty: Gerbang Perumahan Bekas Kuburan, Kenyamanan Anak Jadi Pertimbangan

Cerita Rumah Vianty: Gerbang Perumahan Bekas Kuburan
Selain faktor tempat kerja suami yang jauh, faktor kenyamanan anak juga jadi pertimbangan Vianty. Anak pertama mereka, sering merasa ketakutan di rumah Rancaekek. Terkadang, saat melihat kipas angin atau TV dinyalakan dia teriak ketakutan. Hal tersebut sering terjadi.
Vianty sempat berkonsultasi ke psikolog mengenai trauma yang dialami anaknya. Namun, menurut psikolog, tidak ada masalah khusus pada anaknya. Dia pun kebingungan mengenai faktor apa yang menyebabkan anaknya trauma dan sering ketakutan.
Dia lalu teringat cerita yang pernah dia peroleh sebelum membeli rumah di Rancaekek. Gerbang perumahan tersebut lokasinya bekas kuburan. Meskipun dia sudah memastikan bahwa lokasi rumah yang mereka ditinggali bekas sawah. Namun, dia berpikir mungkin saja ada hubungan ketakutan anaknya dengan lokasi perumahan pada masa lalu.
5 Fakta Rumah Bekas Kuburan, Layak Dibeli?

5 Fakta Rumah Bekas Kuburan, Layak Dibeli?

Karena trauma anaknya tak juga hilang, akhirnya Vianty dan anaknya sempat tinggal sementara ke rumah orang tuanya di Sumedang pada Agustus 2019. Saat di Sumedang ini, dia berdiskusi dengan ibu dan suaminya mengenai kerepotan-kerepotan yang dialami karena tempat kerja suami jauh dan anaknya sering trauma.
Setelah berdiskusi, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke Soreang agar lebih dekat dengan tempat suaminya bertugas. Tak hanya itu, solusi mencari rumah di Soreang tak lepas juga dari kenyamanan anak-anak Vianty, terutama si sulung.

Cerita Rumah Vianty: Lingkungan Rumah Kontrakan yang Nyaman

Cerita Rumah Vianty: Lingkungan Rumah Kontrakan yang Nyaman
Vianty pun kemudian mencari informasi mengenai rumah kontrakan di daerah Soreang melalui internet, salah satunya lewat Rumah247.com. Setelah memilih beberapa rumah yang dianggap sesuai, mereka pun sekeluarga pindah ke Soreang. Mereka mengontrak di Seroja Home Residence 2 pada Agustus 2019.
“Saya pilih lokasi ini, karena lokasinya nyaman untuk ditinggali. Berbeda dengan kompleks di Rancaekek yang kiri kanan banyak dijadikan tempat usaha, di Seroja Home Residence rumah benar-benar dijadikan tempat tinggal,” jelas Vianty.
Vianty ingat waktu masih di Rancaekek, ada tetangga yang menjadikan rumahnya sebagai tempat usaha. Terkadang ada beberapa mobil boks atau truk yang parkir di sekitar rumahnya dan hal tersebut kadang menggangu keluar masuknya kendaraan mereka. Sekarang hal seperti itu tidak terjadi lagi.
Tips Memilih Tempat Tinggal

Tips Memilih Tempat Tinggal

Hal lain yang disukai dari tempat tinggal di rumah kontrakan ini adalah lokasi tempat tinggalnya yang dekat masjid. Menurutnya, tinggal di dekat masjid memiliki kelebihan tersendiri. Bukan hanya jadi dekat bila ingin shalat berjamaah. Tinggal di dekat masjid juga membuat lingkungan rumah lebih aman, karena lingkungan tersebut relatif lebih ramai.
Vianty mengontrak dengan segala keterbatasan. Hanya lemari pakaian, karpet, dan kasur yang dia bawa ke Soreang. Barang-barang lainnya dia jual. Hal ini dilakukan, karena satu saat dia akan pindah lagi dan tak mau repot membawa banyak barang.

Cerita Rumah Vianty: Terkendala Take Over KPR Melalui Bank

Cerita Rumah Vianty: Terkendala Take Over KPR Melalui Bank
Beberapa bulan sebelum masa kontrakan habis pada Agustus 2020, Vianty ingin tetap tinggal di kompleks perumahan tersebut. Tapi, kali ini tidak dengan mengontrak. Dia berpikir, biaya mengontrak juga lumayan mahal, yaitu Rp15 juta per tahun. Jumlah ini rasanya lebih baik jika dijadikan cicilan atau DP rumah.
Saat itu Vianty dan Edi mematok bujet harga rumah tidak lebih dari Rp500 juta. Berbekal mencari informasi seputar kisaran harga rumah di Soreang melalui listing properti dijual di Rumah247.com, ternyata harga rumah seken di kompleks yang mereka tempati ada di kisaran harga yang dicari.
Setelah mantap dengan niat membeli rumah di kompleks tersebut, mereka berdua lalu melakukan survei dengan cara langsung keliling mencari rumah dijual di area kompleks perumahan tersebut. Dan mereka menemukan sebuah rumah milik orang Jakarta yang ingin dijual, karena tidak ditempati.
Sistem Take Over KPR di Indonesia, Syarat dan Cara Pengajuan 2021

Sistem Take Over KPR di Indonesia, Syarat dan Cara Pengajuan 2021

Sayang, sang pemilik rumah menginginkan proses take over KPR melalui bank. Artinya terjadi proses balik nama langsung dari pemilik lama kepada Vianty. Nama debitur otomatis akan berubah dari nama pemilik lama kepada Vianty.
Proses ini tidak bisa dilanjutkan mengingat nama Vianty masih tercatat sebagai debitur untuk KPR rumah pertamanya di Rancaekek. Selain itu, biaya yang harus disiapkan untuk proses take over kredit melalui bank saat itu menurut mereka juga terbilang cukup besar. Bujet mereka kurang memungkinkan waktu itu.

Cerita Rumah Vianty: Beli Rumah di Soreang Pakai Sistem Take Over KPR Bawah Tangan

Cerita Rumah Vianty: Beli Rumah di Soreang Pakai Sistem Take Over KPR Bawah Tangan
Setelah batal rencana take over KPR rumah milik orang Jakarta itu, Vianty mendapatkan tawaran rumah yang letaknya persis berada di seberang kontrakannya. Berbeda dengan rumah pertama yang batal dibeli, rumah kedua ini mau melakukan take over kredit rumahnya tanpa melalui bank.
Rumah ini bisa di-take over kredit melalui notaris atau biasa disebut sebagai take over bawah tangan, karena tidak melibatkan bank sebagai pemberi jaminan. Proses take over melalui notaris ini lebih mudah dan murah, namun dari segi hukum tidak sekuat bila dilakukan melalui bank.
“Waktu itu juga kepikiran sih secara hukum kuat gak. Tapi untuk proses take over kredit lewat bank juga sulit, karena nama saya masih digunakan untuk KPR rumah di Rancaekek. Setelah konsultasi dengan saudara yang berprofesi sebagai notaris, akhirnya kami memilih take over kredit tanpa melalui bank. Jadi membuat surat perjanjian take over hak tanah pada notaris saja,” papar Vianty.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Juli 2020, proses pembelian rumah secara over kredit tersebut akhirnya selesai dengan harga rumah sebesar Rp500 juta. Untuk biaya take over rumah ini, Vianty harus membayar Rp80 juta. Sementara cicilan bulanan yang harus dia bayarkan adalah Rp2,6 juta per bulannya. Angka cicilan per bulan ini sama dengan jumlah cicilan yang biasa ia bayarkan untuk KPR rumahnya di Rancaekek.
Rumah Vianty yang di Rancaekek pun akhirnya dijual, karena mereka sudah nyaman tinggal di Soreang dan berharap tak ada pemindahan tugas lagi bagi suaminya. Sebelumnya, Vianty memasang iklan jual rumahnya melalui sebuah loka pasar properti.

Cerita Rumah Vianty: Jual Rumah di Rancaekek Juga Sistem Take Over KPR Bawah Tangan

Cerita Rumah Vianty: Jual Rumah di Rancaekek Juga Sistem Take Over KPR Bawah Tangan
Berdasarkan info mengenai cara dan persyaratan take over kredit yang ia baca lewat laman Panduan Properti di Rumah247.com, akhirnya proses penjualan rumah mereka di Rancaekek juga mirip dengan proses take over rumah mereka di Soreang, yaitu tanpa melalui pihak bank. Take over bawah tangan.
Hal ini karena pembeli rumah di Rancaekek juga terkendala administrasi status pekerjaan, sehingga tidak bisa melakukan proses take over KPR melalui bank. Jadi rumah yang sudah dijual tersebut masih atas nama Vianty, sementara rumah yang sekarang ditinggali juga masih atas nama pemilik sebelumnya.
Sebenarnya, keuntungan yang didapat dengan proses take over bawah tangan pada notaris ini prosesnya lebih praktis, cepat, dan murah dibanding bank. Karena take over dengan bank harus melalui proses analisis kredit, rekam jejak kredit, dan penilaian kemampuan finansial.
Namun ada risiko yang harus dipikirkan masak-masak. Penjual bisa memberikan over kredit lagi tanpa sepengetahuan pembeli, karena Surat Hak Milik (SHM) rumah masih atas nama si penjual dan surat fisiknya masih berada di bank pemberi KPR.
Syarat KPR Rumah Baru & Second, Serta Tips Agar Disetujui

Syarat KPR Rumah Baru & Second, Serta Tips Agar Disetujui

Dan setelah rumah dilunasi oleh pembeli, penjual bisa saja mengambil sertifikat kepemilikan tanpa sepengetahuan pembeli. Karena setelah cicilan lunas, sertifikat tetap atas nama penjual, sebab bank hanya memberikan sertifikat tersebut kepada nama yang tertera di sertifikat.
Sebaliknya, ketika pembeli gagal membayar cicilan maka penjual yang tetap harus bertanggung jawab karena namanyalah yang tercantum.
“Proses take over bawah tangan selain ada bukti keabsahan dari notaris, juga memerlukan bekal kepercayaan antara penjual dan pembeli. Pembeli rumah di Rancaekek kebetulan anggota TNI, jadi instansinya jelas. Kalau yang jual rumah di Soreang ini sudah kenal setahun selama saya ngontrak, kan depan-depanan,” papar Vianty.

Cerita Rumah Vianty: Biaya Renovasi Rumah dari Hasil Jual Rumah

Cerita Rumah Vianty: Biaya Renovasi Rumah dari Hasil Jual Rumah
Ada alasan mengapa tidak dari awal menawar rumah di depan kontrakan mereka tersebut, mereka mengincar rumah dengan luas tanah yang lebih besar. Rumah yang akhirnya mereka miliki ini luas tanahnya 60 m2 dengan luas bangunan hanya 30 m2.
“Saat itu saya juga kurang sreg dengan bentuk rumahnya, karena sudah diubah dengan tembok full di bagian depan. Seperti tertutup sekali. Tapi ternyata jodohnya malah rumah tersebut,” jelas Vianty. jadi pemilik rumah tersebut terdampak pandemi, sehingga sulit untuk meneruskan cicilan KPR-nya, maka dari itu dijual-lah rumah tersebut.
Dan ketika suaminya langsung mengajak pindah, Vianty menolak. Sebelum pindah ke rumah baru, Vianty meminta rumah tersebut direnovasi. Sebab, bila sudah pindah dan suatu saat renovasi, pasti sangat merepotkan, karena rumah akan berantakan.
Setelah berdiskusi, akhirnya suaminya menyetujui proses renovasi. Untuk urusan renovasi, Vianty mendatangkan tukang dari Sumedang. Tukang tersebut adalah tetangga dari orang tuanya dan pernah merenovasi rumah di Rancaekek. Sedang untuk biaya renovasi berasal dari hasil jual rumah di Rancaekek.

Tips Rumah247com

Ada risiko yang harus dipikirkan masak-masak jika ingin take over KPR bawah tangan. Penjual bisa memberikan over kredit lagi tanpa sepengetahuan pembeli, karena Surat Hak Milik (SHM) rumah masih atas nama si penjual dan surat fisiknya masih berada di bank pemberi KPR.

“Tukang ini pekerjaanya rapi. Saya puas banget dengan pekerjaan dia. Jadi kalau ada pekerjaan renovasi rumah memang panggil dia. Pesan saya sih kalau sudah ketemu tukang bagus, simpan kontaknya. Karena gak mudah cari tukang yang pekerjaannya bagus dan bertanggung jawab,” kata Vianty.
Untuk urusan desain dan konsep, Vianty yang mengerjakannya, bermodal mencari referensi di internet, ia juga melihat-lihat desain rumah terkini di Rumah.com. Ia mencoba menyesuaikan renovasi dengan bujet yang tersedia.
Dari hasil jual rumah di Rancaekek tentu tidak sepenuhnya digunakan untuk biaya renovasi. Ia mengakali agar pilihan materialnya tidak membuat bujet membengkak. Misalnya jika awalnya ingin bagian depan rumah full kaca, namun diurungkannya karena ternyata mahal. Ia juga memilih kayu manglid ketimbang kayu meranti, memilih bata ringan ketimbang bata merah.

Cerita Rumah Vianty: Fasilitas Kawasan Bikin Punya Rumah di Soreang Makin Menyenangkan

Cerita Rumah Vianty: Fasilitas Kawasan Bikin Punya Rumah di Soreang Makin Menyenangkan
Proses renovasi rumah Vianty akhirnya selesai dalam waktu relatif cepat, 22 hari. Dana keseluruhan renovasi, yaitu untuk material dan tukang menghabiskan dana Rp40 juta. Sesuai dengan bujet yang ditentukan di awal. Renovasi rumah selesai, mereka pun pindah menempati rumah barunya bertepatan menjelang waktu kontrakan habis.
Rumah di Soreang memang terasa sempit bila dibandingkan rumah di Rancaekek. Luas tanah rumah di Soreang ini hanya sekitar setengah dari luas tanah rumah di Rancaekek. “Hati kecil saya kecewa sih pindah. Dulu rumah kami luas. Kamar tidur ada 3, garasi 2, kamar mandi 2, ada taman di belakang dan depan,” kata Vianty.
Namun, Vianty coba berpikir positif. Sekarang tempat kerja suaminya jadi dekat. Hanya perlu waktu 10 menit untuk menuju tempat kerja. Suaminya tak harus berangkat selepas subuh, apel pagi tak jadi masalah lagi. Berangkat tak lagi buru-buru, kecelakaan yang terjadi akibat kelelahan di perjalanan pun bisa dihindari.
“Saya berusaha membuat nyaman rumah ini walau ukurannya mungil. Kalau rumah di Rancaekek itu sempat kita tambah beli tanah di huk, jadi total luas tanah saat itu 115 m2. Saat kita jual, harga rumah tersebut sudah naik sekitar 1,5 kali lipat dari saat beli di tahun 2015. Memang lambat kenaikannya, karena untuk menuju area rumah itu harus melewati pabrik yang seringkali banjir,” ungkap Vianty.
Sejak kepindahan ke Soreang, anak pertamanya juga tidak lagi mengalami trauma dan jarang sakit. Hal ini membuat Vianty lega. Dua hal ini menjadi berkah terbaik, karena dua hal ini menjadi beban pikiran saat masih tinggal di Rancaekek.
Ada beberapa hal lain yang disukai setelah tinggal di Soreang. Akses pintu tol sangat dekat dengan kompleks perumahannya. Hanya perlu waktu 5 menit untuk menuju gerbang tol Soreang. Bepergian ke luar kota pun jadi lebih mudah.
Fasilitas pendidikan dan kesehatan juga dekat dengan tempat tinggalnya. Sekolah anak pertamanya bisa dijangkau dalam waktu 5-10 menit. Fasilitas kesehatan pun jaraknya cukup dekat. RSUD Soreang hanya berjarak sekitar 4 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu 10 menit.
Fasilitas di tempat tinggal Vianty sekarang memang terbilang lengkap, karena lokasinya tidak jauh dari Kantor Bupati Bandung. Menurut Vianty, tinggal di daerah Soreang juga sebuah rezeki, karena prospek pembangunan dan peningkatan harga properti sangat bagus.

Cerita Rumah Vianty: Rumah Baru Mungil Namun Membawa Rezeki Besar

Cerita Rumah Vianty: Rumah Baru Mungil Namun Membawa Rezeki Besar
“Daerah tempat tinggal saya yang belum ada hanya mal. Tapi tidak masalah, karena kalau mau ke mal tinggal ke Kota Bandung. Tinggal masuk tol, keluar di Pasteur sudah sampai. Paling hanya 30 menit,” kata Vianty.
Vianty juga langsung membeli perabot untuk rumah barunya. Hal itu harus dilakukan, karena hampir setahun dia tinggal di kontrakan tanpa perabot memadai.
Setelah perabotan rumahnya lengkap, Vianty memotret furnitur dan barang dekorasi interior rumahnya tersebut dan mengunggahnya di Instagram @veyalvia22. Ternyata fotonya banyak yang suka dan followers-nya bertambah dengan cepat. Saat ini, follower Instagramnya lebih dari 58 ribu.
Dari iseng-iseng memotret interior rumah baru, lalu ada permintaan untuk endorse produk. Dari awalnya tidak bertujuan untuk mencari uang, ternyata unggah konten di media sosial bisa jadi jalan Vianty untuk mendapatkan rezeki.

TANYA RUMAH247.COM

Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami

Tanya Rumah247.com Sekarang
Tidak berhenti pada endorse produk di media sosial, Vianty juga mendapat kesempatan untuk jadi ambasador di sebuah lokapasar. Penghasilannya menjadi ambasador di sebuah lokapasar dan endorse produk ternyata cukup besar, bisa 3-4 kali lipat dibanding gaji waktu masih jadi perawat.
“Saya tidak menyangka, dari foto perabotan di rumah baru di Soreang bisa membuka pintu rezeki saya. Ini sangat menyenangkan bagi saya, karena saya itu memang sejak awal tipe perempuan yang harus mencari uang sendiri. Makanya sempat bingung waktu berhenti jadi perawat. Sekarang dapat rezeki lebih baik dari rumah yang awalnya saya sempat tidak sreg,” tutup Vianty.
Itulah cerita perjalanan Vianty yang berhasil membeli dan menjual rumahnya dengan cara take over KPR. Strategi yang membuatnya memiliki rumah yang mendatangkan rezeki. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

Teks: Agung Marhaenis, Foto: Raden Nucky

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,910FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles