“Rumah adalah tempat yang paling nyaman, kumpul bersama keluarga paling enak ya di rumah. Rumah tempat berbagi cerita, baik dengan anak-anak maupun suami.” – Cerita Rumah Nurrinawati.
Walaupun sejak menikah Nurrinawati dan Deny Aria Permana sudah tinggal terpisah dari orang tua, keinginan memiliki rumah dari hasil jerih payah sendiri selalu menari-nari di benak mereka berdua. Impian mereka adalah membeli rumah yang bisa didesain sendiri sesuai dengan selera dan kebutuhan keluarga kecil mereka.
Rumah sebelumnya, yang mereka tempati merupakan rumah orang tua yang kosong dengan kondisi di mana perlu banyak perbaikan. Kondisi lingkungan perumahan yang terbuka juga membuat Nurrin was-was, mengingat sang suami kerap bertugas di luar kota. Faktor keamanan jadi alasan utama Nurrin untuk mencari rumah klaster yang dianggapnya lebih aman.
Sayangnya, perjalanan pencarian rumahnya tak juga mudah, butuh waktu sekitar dua tahun hingga akhirnya mereka menemukan rumah yang sesuai bujet dan kriteria. Rumah seluas 120 m2 yang dibangun dengan desain unik di atas tanah seluas 92 m2 tersebut rencananya bisa tumbuh mengikuti perkembangan para anggota keluarga.
Mau punya rumah di area Bandung, Jawa Barat, seperti rumah Nurrinawatiyang fasilitas kawasannya lengkap? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp700 jutaandi sini!
Cerita Rumah Nurrinawati: Rumah Strategis Butuh Perbaikan Atau Rumah Klaster yang Aman?
Rumah sebelumnya yang ditinggali sejak tahun 2008 sebenarnya sangat strategis. Perumahan yang terletak di salah satu pusat perkembangan Kota Bandung tersebut merupakan perumahan lama dengan fasilitas yang sudah cukup lengkap, mulai dari pusat perbelanjaan, sekolah, hingga rumah sakit.
Rumah tersebut bahkan berada di belakang salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung. Tak heran, meski luasnya lebih kecil dibanding rumah yang ia tinggali saat ini, yaitu 80 m2, namun harganya jauh di atas rumahnya sekarang yang notabene lebih luas.
Namun karena merupakan bangunan lama, banyak perbaikan yang harus dilakukan. “Kami perbaiki atap, dan beberapa kali renovasi. Tapi namanya rumah lama, sepertinya ada saja yang harus diperbaiki,” tutur Nurrin.
Solusi Tabungan Rumah, Ikuti 13 Cara Menabungnya Di Sini
Lama kelamaan keinginan Nurrin dan Deny untuk membeli rumah baru tak terbendung. “Saya ingin yang berbentuk klaster biar lebih aman dan nyaman. Apalagi suami saya sering tidak di rumah,” kata Nurrin. Terlebih harga rumah lama tersebut sudah tinggi, harga yang tertera di Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) saja sudah Rp850 juta.”
“Bujet kami hanya Rp500 juta. Belum lagi karena sudah tua banyak sekali yang harus diperbaiki. Kalau mau revisi total pun kami harus cari rumah untuk pindah sementara. Wah, pokoknya nggak sanggup deh,” tutur Nurrin.
Karena ia ingin rumah baru yang berada di dalam klaster, Nurrin pun mencari rumah dengan cara rajin mengunjungi pameran-pameran perumahan, dengan asumsi bisa punya banyak pilihan perumahan yang ditawarkan dari berbagai pengembang.
Cerita Rumah Nurrinawati: Temukan Rumah Klaster Pas di Hati, Langsung Kasih Uang Tanda Jadi
“Saat mencari referensi rumah, kami memang nggak nyari di internet. Karena saat itu waktunya cukup mendesak untuk dapat rumah. Jadi langsung survei cari rumah di lokasi-lokasi yang menurut kita cocok,” jelas Nurrin.
Saat survei itulah Nurrin bisa mengetahui plus minus dari properti yang ia incar. “Awal-awal cari rumah di klaster yang bagus, di daerah Antapani. Tapi pas lihat-lihat, wah harganya mahal banget, di luar bujet, bisa Rp800 jutaan. Kalau dipaksain nanti akan berat ke depannya. Membebani keuangan keluarga,” kata Nurrin.
Ia pun mengalihkan pencarian ke perumahan klaster yang sesuai dengan bujetnya. Sayang, lokasi jadi kendala, “Sesuai bujet tapi pas disurvei ternyata jaraknya jauh banget. Nanti kalau ada apa-apa susah, mana anak-anak masih kecil-kecil pula.”
Setelah mencari-cari akhirnya Nurrin dan Deny terpikat oleh sebuah rumah di salah satu klaster yang berada di daerah Jatihandap, Bandung. Rumah di klaster tersebut memiliki desain minimalis, dengan luas tanah 84 m2 dengan luas bangunan 72 m2.
“Letaknya juga dekat dengan fasilitas umum dan harganya cocok dengan dana yang dianggarkan, yaitu Rp400 jutaan,” kenang Nurrin. Bagi Nurrin dan Deny, rumah tersebut terasa sangat ideal, memenuhi semua kriteria yang mereka inginkan dari sebuah rumah.
Akhirnya karena dirasa semua sudah cocok, mereka pun memilih salah satu kavling di klaster tersebut. Mereka juga membayar sejumlah down payment (DP) atau uang muka sebagai tanda jadi.
Cerita Rumah Nurrinawati: Ikhlaskan Uang Tanda Jadi, Lokasi Tak Sesuai Ekspektasi
Selang dua minggu setelah memberikan DP, Nurrin mengunjungi klaster tersebut sendirian dengan mengendarai mobil. “Ternyata jalannya menanjak, sempit saat berpapasan dengan mobil didepan, kondisi hujan, dan situasi macetnya minta ampun karena banyak sekolahan. Ditambah mobil saya manual,” ujar Nurrin.
Setelah melakukan berbagai pertimbangan akhirnya Nurrin memutuskan membatalkan pembelian tersebut. “Gak sanggup kalau setiap hari saya harus melewati jalan yang menanjak dan macet seperti itu. Takut banget mobil saya mundur,” tutur Nurrin.
Ia tidak meneruskan pemberkasan, sehingga secara otomatis pembeliannya dianggap batal. Karena pembatalan datang dari pihak Nurrin, ia pun harus rela membiarkan uangnya melayang sia-sia. Dari pengalaman itulah Nurrin pun menambahkan kriteria dalam mencari rumah: lokasi harus datar dan jalan aksesnya harus agak lebar.
12 Tips Beli Rumah Baru dengan Cermat Agar Tidak Salah Pilih
Gagal mendapatkan rumah dan uang melayang, sempat membuat Nurrin kecewa. Apalagi sudah dua tahun ia bergerilya mencari-cari rumah. Puluhan perumahan sudah ia datangi, namun tak kunjung mendapatkan yang cocok di hati, baik dari segi lokasi, desain rumah, dan bujet.
Hingga suatu hari paman Nurrin memberikannya sebuah brosur perumahan. “Karena Om saya tahu saya sedang cari rumah, dikasihlah saya sebuah brosur perumahan di Arcamanik. Padahal Om saya gak nyari, tiba-tiba ada yang kasih ketika ia sedang pergi ke suatu tempat. ‘Nih, deket nih,’ kata Om saya.”
Nurrin pun akhirnya mendatangi perumahan tersebut. Kebetulan lokasi di brosur memang sesuai dengan incarannya, yaitu daerah Arcamanik. Setelah melihat langsung ke lokasi, Nurrin dan suami jatuh hati dengan perumahan tersebut. “Lokasinya di dataran rendah, jadi tidak menanjak,” ujar Nurrin.
Cerita Rumah Nurrinawati: Bunga KPR Naik Tinggi, Langsung Lunasi Meski Kena Penalti
Saat melihat langsung, lokasi rumah yang dilihat Nurrin baru berupa kavling. “Keuntungan lain, saya bisa membangun sesuai dengan keinginan kita. Syarat dari pengembangnya, asal tampilan depan atau fasad sama. Dan yang terpenting sesuai bujet.”
Akhirnya pencarian Nurrin dan Deny mencapai ujungnya. Mereka pun sepakat membeli rumah tipe 50 dengan luas tanah 92 m2. Tahun 2015, begitu rumah selesai dibangun, Nurrin sekeluarga pindah ke rumah tersebut.
Dari awal, Nurrin dan Deny memang berencana menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai sistem pembayaran rumah yang akan dibelinya. Begitu pun ketika mereka akhirnya membeli rumah di kawasan Arcamanik tersebut.
Tips Rumah247.com
Tips cicil rumah agar cepat lunas adalah dengan mengurangi sisa pokok. Caranya, adalah dengan menambah simpanan tabungan Anda menjadi dua kali lipat. Bila biasanya Anda menyisihkan sepertiga dari penghasilan untuk membayar cicilan KPR, kali ini coba sisihkan dua per tiga untuk mengurangi sisa pokok KPR.
Setelah memberikan DP sebesar 10 persen, Nurrin pun mengajukan KPR ke bank yang telah ditentukan oleh pengembang perumahan tersebut. “Karena pengembang bekerja sama dengan salah satu bank BUMN, jadi kita harus mengajukan KPR ke bank tersebut. Tidak ada pilihan lain,” ujar Nurrin.
Ia pun mengajukan KPR dengan jangka waktu 15 tahun. Pada tahun pertama mencicil masih tidak terlalu terasa karena bunga cicilan masih flat. Namun memasuki tahun kedua, ketika bunga tidak lagi flat, cicilan yang harus dibayar per bulan jumlahnya naik cukup tinggi. “Wah kerasa banget karena cicilan jadi besar. Nggak bisa begini terus.”
Untungnya setelah dua tahun membayar cicilan, Nurin dan Deny mendapat rezeki cukup besar. Uang bonus tersebut cukup untuk membayar sisa KPR hingga lunas. “Daripada mencicil terus tiap bulan dengan bunga tinggi, kita putuskan untuk melunasi saja langsung, walaupun kena denda penalti dan lain-lain,” kata Nurrin.
Cerita Rumah Nurrinawati: Rencana Menambah Ruangan Diimbangi Menyiapkan Tabungan
Walaupun sudah membangun rumah dengan desain sendiri, namun seiring dengan semakin besarnya kedua buah hati mereka, Nurrin dan Deny merasa kebutuhan akan ruang makin bertambah. Desain awal yang memiliki dua kamar, ruang tamu, ruang TV, dan dapur mulai terasa kurang memenuhi kebutuhan mereka.
“Anak kami cowok dan cewek, jadi memang harus dipisah. Apalagi mereka beranjak remaja. Mereka perlu kamar sendiri-sendiri. Sejak awal kami memang memiliki rencana untuk menambah ruangan,” tutur Nurrin.
Karena itulah, setelah cicilan KPR mereka lunas, Nurrin dan Deny mulai menyiapkan bujet untuk menambah ruangan di rumah. Sehingga ketika tiba saatnya mereka harus mengembangkan rumah, yaitu pada tahun 2019, dana sudah tersedia. “Kita nggak mau utang atau nyicil di bank lagi.”
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, kpr, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com.
Kunci menabung adalah disiplin. “Ketika ada bonus atau rezeki tambahan langsung kita sisihkan, disimpen. Sebagian untuk investasi dalam bentuk emas, sebagian lagi ditabung dan tidak boleh diutak-atik sama sekali,” ujar Nurrin berbagi tips.
Karena pengeluaran rutin bulanan sudah bisa diprediksi, mereka menyiapkan dana sesuai kebutuhan tersebut. Tidak mengambil uang dari bonus atau rezeki lain. Disimpan untuk renovasi. Untuk pembangunan ruang tambahan itu Nurrin menganggarkan dana sekitar Rp240 juta.
Luas ruang yang akan ditambah sekitar 60 m2, yaitu 30 m2 untuk lantai dua, dan 30 m2 untuk rooftop. “Saat kami mau renovasi rumah, sambil nabung kami habiskan waktu untuk melihat-lihat referensi model rumah. Jadi kami rajin browsing melalui internet, salah satunya dari laman panduan properti Rumah247.com,” jelas Nurrin.
Cerita Rumah Nurrinawati: Strategi Renovasi Rapi, Manfaatkan Bagian Atas Garasi
Karena lahan terbatas, Nurrin memanfaatkan vertical space rumahnya. “Saya manfaatkan bagian atas dari area garasi dan taman yang ada di depan rumah. Dengan memanfaatkan vertical space aktivitas di bawah juga tidak terganggu, sehingga kami tidak perlu pindah,” ujar Nurrin.
Proses pembangunan dilakukan dahulu pada bagian depan untuk membangun bagian atas. Sehingga rumah di bagian lain tidak terganggu. Setelah bagian atas selesai dibangun, barulah dibuat connecting dari ruang tamu ke atas. Dan setelah semua beres, bagian depan dibongkar.
Menurut Nurrin, ada beberapa manfaat yang didapatnya ketika mengembangkan area garasi dan taman:
Tidak mengubah kondisi rumah yang sudah ada.
Garasi dan taman tetap ada, karena yang dimanfaatkan hanya area atasnya.
Struktur bangunan lama tidak berubah.
Kebutuhan ruangan baru bisa terpenuhi.
Bisa ditambahkan area hijau di atas jika menggunakan atap dengan konsep dak beton rooftop.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Dengan sistem ini pengerjaannya pun lebih cepat. Sayangnya, ketika sedang membangun cuaca sedang tidak bersahabat. Bandung kerap diguyur hujan, sehingga proses pembangunan yang diprediksi memakan waktu tiga bulan, molor menjadi 5 bulan. Untungnya, masih sesuai dengan bujet.
Kini dengan tambahan 60 m2, luas bangunan rumah Nurrin menjadi sekitar 120 m2. Sudah cukup memenuhi kebutuhan ruangan untuk tiap anggota keluarga, tapi Nurrin berencana ingin menambah garasi. “Kalau suami di rumah, terpaksa satu mobil diparkir di luar, kena panas dan hujan. Karena garasi hanya muat satu mobil. khawatir mengganggu tetangga,” tutur Nurrin.
Nurrin berencana mengubah satu kamar depan yang berada di bawah menjadi garasi, lalu membangun kamar dan menambah ruangan lagi di lantai atas. Namun untuk sementara Nurrin mengaku sudah cukup puas dengan rumahnya yang sekarang. Ia merasa tak perlu terlalu terburu-buru untuk mengembangkan rumahnya lagi. “Nabung lagi dulu deh,” pungkasnya sambil tertawa.
Itulah cerita perjalanan Nurrinawati untuk punya rumah sendiri, hingga harus kehilangan uang tanda jadi gegara masalah lokasi. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Yudhanti Budi, Foto: Raden Nucky
Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.