Download Aplikasi Rumah247

Cerita Rumah Intan: Bangun Rumah di Masa Pandemi, Teknologi Digital Jadi Opsi

Bagaimana rasanya menjadi pengantin baru yang mencari rumah sekaligus mempersiapkan kelahiran bayi dalam situasi pandemi?
Itulah yang dialami Intan Pertiwi dan suaminya, Martin. Pasangan ini menikah pada Februari 2020 lalu, dan sebulan setelahnya langsung mendapat kabar bahagia, Intan langsung mengandung. Dan tak lama, April 2020 mereka memutuskan untuk segera punya rumah agar ketika bayi mereka lahir, keluarga kecil ini sudah tinggal di rumah sendiri.
Namun mencari rumah di masa pandemi menjadi tantangan tersendiri. Apalagi pada awal Mei 2020, berlaku kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Depok, sebagai area tempat rumah Intan saat ini berada, juga termasuk zona merah COVID-19.
Bagaimana suka duka perjuangan mewujudkan rumah impian di masa pandemi? Pasangan ini telah berhasil melewatinya, dan sebuah rumah di atas tanah dengan luas 83m2 di daerah Cagar AlamPancoran MasDepok, menjadi buktinya.
Mau punya rumah di area Pancoran Mas, Depok, seperti rumah Intan yang dekat Stasiun Depok Lama sehingga mudah menjangkau Jakarta? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp750 juta di sini!
Meski perlu usaha ekstra, mereka cukup puas dengan hasilnya. Berbekal kesabaran, ketelitian, serta kecerdasan memanfaatkan teknologi digital, rumah yang diimpikan akhirnya jadi kenyataan. Mereka menamainya Rumah Nala, yang diambil dari nama buah hati mereka.

Cerita Rumah Intan: Sulitnya Menemukan Rumah yang Sesuai Kriteria

Cerita Rumah Intan: Sulitnya Menemukan Rumah yang Sesuai Kriteria
Awalnya, Intan dan Martin tidak pernah terpikir untuk membangun rumah sendiri. Rencananya, mereka ingin membeli rumah siap huni dan menggunakan skema pembayaran dengan cicilan KPR. Cukup lama mereka mencari-cari rumah yang sesuai kriteria mereka, bahkan jauh sebelum mereka menikah.
“Kami berpacaran selama lima tahun dan sering hunting rumah. Dua kali dalam setahun, kami juga mengunjungi pameran properti di JCC. Sebelum menikah, Martin tinggal bersama kakaknya di Depok. Nah, di kawasan sekitarnya banyak proyek pembangunan rumah. Jadi kami juga sering melihat-lihat rumah,” kenang Intan.
Dua daerah yang menjadi incaran mereka adalah Depok dan Bekasi. Pasalnya, keduanya bekerja di Jakarta Selatan, yang mudah dijangkau lewat Stasiun KRL Tebet dari Depok. Sebenarnya mereka ingin punya rumah yang dekat dengan kantor, tapi harga rumah di Jakarta tak terjangkau oleh mereka. Karenanya, mereka mengincar perumahan di kawasan pinggiran Jakarta.
“Di kawasan pinggiran Jakarta, kami mengincar rumah yang dekat dari stasiun KRL. Kami juga pernah survei ke Tangerang, tapi rasanya jauh sekali. Tak mungkin kami pulang pergi kantor-rumah sejauh itu setiap hari. Habis waktu di jalan. Ketika survei di Bekasi, ternyata dari permukiman ke stasiun KRL juga jauh. Akhirnya pilihan kami jatuh pada Depok,” jelas Intan.
Ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan Intan dan Martin dalam mencari rumah impiannya. Pertama, harganya berkisar Rp600 juta hingga Rp700 juta. Kedua, kualitas bahan bangunan yang dipakai harus cukup baik. Selain itu, Intan menginginkan rumah dengan teras, plafon tinggi, dan sirkulasi udara yang baik.
Sayangnya, ternyata tak mudah menemukan rumah yang sesuai kriteria. “Ada rumah yang pas dengan bujet dan kriteria kami, tapi jauh dari kantor, lokasinya di Cibinong. Ada rumah yang spesifikasinya bagus, tapi harganya kurang wajar. Ada rumah yang harganya terjangkau tapi kelihatan kurang kokoh dan langit-langitnya rendah,” tutur Intan.
Hanya beberapa bulan sebelum menikah, Martin menemukan plang kavling tanah seluas 83 m2 dijual di daerah Cagar AlamPancoran MasDepok. Martin langsung tertarik, karena area ini dekat dari stasiun KRL Depok Lama. Persis seperti keinginan mereka, memiliki rumah yang lokasinya dekat dari stasiun kereta.

Cerita Rumah Intan: Beli Tanah Kavling, Manfaatkan Teknologi Digital Berbasis Aplikasi

Cerita Rumah Intan: Beli Tanah Kavling, Manfaatkan Teknologi Digital Berbasis Aplikasi
“Saya langsung setuju ketika Martin mengusulkan rencana membeli tanah kavling untuk membangun rumah sendiri, alih-alih membeli rumah jadi. Apalagi berdasarkan pengalaman, mencari rumah yang sesuai kriteria kami kan tidak mudah,” ujar Intan.
Untuk pembelian tanah kavling seluas 83m2 itu, Intan dan Martin memanfaatkan pembiayaan kredit, sedangkan untuk dana pembangunan rumahnya bersumber dari tabungan mereka semasa masih lajang.
Karena membeli tanah langsung dari tangan pertama, Martin dan Intan tidak menemui kendala berarti saat transaksi. Tambah lagi si pemilik sebelumnya sudah mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), jadi mereka tak perlu repot mengurusnya lagi.
Namun membangun rumah sendiri tentu tak hanya memerlukan biaya, tapi juga ilmu. Untuk itu, Martin dan Intan ‘berguru’ di dunia maya. Menonton video Youtube dan browsing artikel seputar membangun rumah yang tersedia pada laman Panduan Properti di Rumah247.com.
Cara Cepat Membuat RAB Rumah

Cara Cepat Membuat RAB Rumah

Salah satu ilmu yang mereka dapat dan terapkan adalah cara membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB). Dalam RAB, perkiraan biaya membangun rumah yang dibutuhkan bisa terlihat, sehingga sangat diperlukan sebagai acuan untuk memastikan bujet agar tidak jauh meleset, anggaran digunakan secara tepat, sehingga pembangunan rumah bisa berjalan lancar.
“Membuat RAB cukup mudah kok, manfaatkan saja teknologi digital. Caranya dengan memakai program dan aplikasi yang dirancang khusus. Pilih saja program aplikasi seperti Pocketbook, atau Handyman Calculator yang sudah tersedia baik di Android maupun iOS,” ujar Intan.
“Dana kami memang terbatas, jadi membuat RAB di awal benar-bebar sangat membantu. Kami bisa mengetahui apa saja yang paling penting dan harus dibeli lebih dulu. Kami juga bisa menghitung perkiraan total biaya pembangunan rumah. Karena itu, kami jadi tahu jatuhnya bisa lebih murah jika dibanding membeli rumah dengan KPR,” ujar Intan.

Cerita Rumah Intan: Pernah Kecewa, Bangun Rumah Tanpa Kontraktor

Cerita Rumah Intan: Pernah Kecewa, Bangun Rumah Tanpa Kontraktor
Yang menarik, Intan dan Martin memutuskan membangun rumah sendiri tanpa kontraktor. Pasalnya, Martin punya pengalaman kurang mengenakkan dengan kontraktor. Dua tahun sebelum menikah, ia ditawari seorang pemborong untuk membeli tanah sekaligus menyewa jasa si pemborong itu untuk membangun rumah di lahan tersebut.
Saat itu Martin tertarik dan berpikir akan menjadikan rumah tersebut sebagai investasi. Namun ketika sudah membayar dan rumah mulai dibangun, karena kesibukannya Martin hanya bisa memantau pembangunan rumahnya dua minggu sekali. Namun setiap kali datang, ia kecewa karena banyak janji si pemborong yang meleset. Misalnya, janji akan menggali sekian meter untuk pondasi rumah, tapi ternyata kurang dari itu.
Terlanjur kecewa karena beberapa kali dibohongi, Martin memutuskan menarik kembali uangnya. Kejadian ini membuatnya harus berpikir ulang untuk menggunakan jasa kontraktor. Namun sebelum membangun Rumah Nala, Martin dan Intan sempat berdiskusi dengan kontraktor lain.
Mengenal Jasa Kontraktor dan 3 Cakupan Kerjanya

Mengenal Jasa Kontraktor dan 3 Cakupan Kerjanya

“Kontraktor itu memasang harga Rp4 juta per meter, termasuk material. Namun kualitas bahan-bahan yang dipilih ternyata kurang bagus. Harga itu juga hanya mencakup bangunan seluas 57m2, tidak termasuk garasi dan pagar. Setelah dihitung-hitung, rasanya kami bisa membangun dengan biaya yang lebih murah dan dengan material berkualitas,” ujar Martin.
Memilih kontraktor yang tepat memang gampang-gampang susah. Setidaknya, kontraktor harus memiliki legalitas perusahaan yang jelas, berpengalaman yang bisa ditunjukkan lewat hasil kerja yang berkualitas, memberikan tawaran harga wajar yang disusun dalam RAB, memberikan garansi, serta bersedia membuat Surat Perjanjian Kerja bermaterai.

Cerita Rumah Intan: Bangun Rumah Saat Pandemi, Terbantu Kepraktisan Teknologi

Cerita Rumah Intan: Bangun Rumah Saat Pandemi, Terbantu Kepraktisan Teknologi
Rumah impian Intan dan Martin sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk. Mereka mendambakan rumah dengan langit-langit tinggi, terang oleh cahaya alami, dan sirkulasi udara yang bagus, sehingga terasa sejuk di dalamnya.
Namun membangun rumah sendiri di masa pandemi, tanpa menggunakan jasa kontraktor pula, tentu terbayang tantangannya. Bersyukur Intan dan Martin ternyata menemukan berbagai kemudahan. Pertama dan yang terpenting, mendapatkan tukang yang cekatan dan mau dibayar borongan.
“Jadi proyek pembangunan rumah kami bagi tiga tahap. Pertama, pengerjaan pondasi. Kedua, ‘rumah mentah’ – istilah kami. Maksudnya, pengerjaan rumah sampai tertutup atap. Ketiga, finishing. Nah, kami menawarkan pekerjaan ini secara bertahap pada tukang, tidak langsung semua. Kami lihat dulu kinerja mereka. Jika tahap satu oke, baru kami tawarkan tahap kedua, begitu seterusnya,” jelas Intan.
Mungkin karena sedang pandemi dan sepi proyek, kedua tukang yang mendapat penawaran dari Intan dan Martin bersedia menerima pekerjaan dengan sistem bertahap ini. Mereka juga setuju dibayar secara borongan, tidak harian. Menurut Intan, pembayaran borongan ini membuat tukang bekerja lebih cepat dan efektif karena mereka yang rugi bila memperlambat pekerjaannya.
Panduan Hitung Biaya Bangun Rumah 2021

Panduan Hitung Biaya Bangun Rumah 2021

Kemudahan kedua membangun di masa pandemi, karena sedang WFH (Work from Home), mereka bisa mengawasi pekerjaan tukang setiap hari. Apalagi rumah kakak Martin –yang mereka tinggali—dekat sekali. Jika ada yang kurang memuaskan, langsung ditangani. Misalnya ketika Intan meminta memperbesar kamar saat melihat ukuran kamar utamanya kurang besar.
Kemudahan ketiga, meski di masa pandemi membuat mereka tidak leluasa untuk pergi ke toko material untuk mengecek barang dan harga, ditambah lagi Intan yang tengah hamil, mereka bisa mengandalkan toko online untuk berbelanja material.
“Kami takjub karena ternyata bisa beli pasir, batu bata, dan keramik secara online. Rata-rata harganya bahkan lebih murah dari toko bangunan di dekat rumah. Belum lagi dengan belanja online ada kemudahan gratis ongkir, asuransi dan kedatangan yang tepat waktu. Tapi untuk semen masih kami beli di toko dekat rumah, karena tak punya tempat menyimpannya,” ujar Intan.

Cerita Rumah Intan: Teknologi Digital Bikin Mudah Berburu Jasa Desain Rumah

Cerita Rumah Intan: Teknologi Digital Bikin Mudah Berburu Jasa Desain Rumah
Satu lagi yang mereka dapatkan berkat kepraktisan teknologi digital adalah jasa desain gambar rumah. Awalnya, mereka memang ingin mendesain rumah sendiri, tapi setelah membangun pondasi, mereka ‘mentok’. Mereka juga takut jika komunikasi dengan tukang terhambat jika tak punya gambar desain dengan ukuran-ukuran yang jelas.
“Kami menemukan jasa desain Rumahpedia Indonesia (RI) melalui YouTube. Kami yakin pada mereka karena portofolionya bagus. Mereka banyak memproduksi video desain rumah minimalis pada kanal yang dimilikinya, persis seperti yang kami mau,” jelas Intan.
Tapi sebelumnya, Intan dan Martin membandingkannya juga dengan kanal YouTube lain untuk produk jasa sejenis. Ternyata video mereka paling banyak. Karena itulah Intan dan Martin langsung yakin dan memutuskan untuk menghubungi mereka.
“Kita menghubungi nomor kontak yang tercantum, seluruh komunikasi benar-benar hanya melalui telepon dan WhatsApp saja,” kata Intan. Setelah komunikasi awal terjalin, barulah pembicaraan mengenai biaya desain yang dengan cepat mencapai kata sepakat.
Pakai Jasa Desain Rumah Ternyata Menguntungkan dan Murah

Pakai Jasa Desain Rumah Ternyata Menguntungkan dan Murah

Setelah menyetujui biaya desain, barulah Intan dan Martin mengirimkan denah serta materi yang diperlukan untuk mendesain. Karena sebelumnya sudah punya beberapa foto-foto inspirasi untuk referensi desain rumah yang diinginkan, melalui pesan Whatsapp-lah foto-foto tersebut dikirimkan. Praktis!
“Konsep rumah kami minimalis modern, karena lahannya juga minimalis. Idenya kami comot dari foto-foto fasad yang kami sukai. Misalnya kami suka atap rumah A, teras rumah B, dan pintu rumah C,” jelas Intan.
Hanya membutuhkan waktu seminggu serta satu kali revisi, desain rumah sudah jadi. Revisi yang dilakukan hanya mengubah bentuk ‘topi’ terasnya saja. Berdasarkan gambar-gambar acuan tersebut, maka desain rumah langsung jadi sesuai dengan yang diinginkan.
“Sebenarnya yang paling kita butuhkan dari jasa desain itu adalah ukuran-ukuran yang tepat agar presisi, dan supaya tukangnya tidak bingung. Sayang, kami tak mungkin bertemu langsung dengan desainernya karena kantor mereka berlokasi di Gresik,” tambah Intan.

Cerita Rumah Intan: Lega, Rumah Impian Berdiri di Masa Pandemi

Cerita Rumah Intan: Lega, Rumah Impian Berdiri di Masa Pandemi
Rumah Nala yang dibangun pada masa pandemi kini sudah berdiri dan sudah ditinggali oleh Intan, Martin, dan sang buah hati, Nala. Pembangunan rumahnya yang dimulai sejak awal Mei rampung pada akhir September 2020. Dari perut Intan masih belum terlihat, sampai kandungannya membesar.
Walaupun banyak tantangan membangun rumah di masa pandemi, namun di sisi lain Intan dan Martin juga menemukan berbagai kemudahan. Antara lain, work from home (WFH) memungkinkan mereka bisa memantau pekerjaan para tukang.
Intan mengaku puas karena rumah impiannya sudah berdiri. Namun jika ada rezeki lebih, ia ingin memperbesar rumah atau membeli rumah baru di lingkungan dengan jalanan yang lebih luas, banyak pepohonan dan nyaman untuk joging.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Pasalnya, klaster berisi sepuluh rumah tempat tinggal mereka ini terletak persis menghadap jalan raya yang sangat ramai dan macet. Agak sulit bagi Intan untuk bisa menikmati udara segar di lingkungannya saat ini.
“Karena masih WFH, saya tidak terlalu bermasalah dengan jalanan yang ramai karena jarang keluar rumah. Nah, kompleks perumahan seperti Bintaro yang banyak pohon dan nyaman untuk berolahraga itu impian saya. Namun selama masih bekerja di Jakarta, rasanya Depok lebih memungkinan untuk bekerja pulang-pergi ke tengah Jakarta,” tutup Intan.
Itulah cerita perjalanan Intan wujudkan mimpi punya rumah sendiri, melewati tantangan membangun rumah di masa pandemi. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.

Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah

 

Teks: Eyi Puspita, Foto: Tody Harianto

Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,910FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles