Jika ada satu pelajaran yang didapatkan Candra Widodo dalam membeli rumah, ialah bahwa proses mendapatkannya merupakan hal yang sifatnya jodoh-jodohan. Dalam perjalanannya menemukan rumah idaman, Candra sempat beberapa kali harus melepas rumah yang proses transaksi pembeliannya sedang berjalan.
Sejak usia 23 tahun, Candra memang sudah meniatkan diri untuk punya properti, punya rumah sendiri. Berawal dari niatan berinvestasi dalam bentuk properti, namun ketika pada akhirnya ia menikah tujuannya menjadi berubah. Setelah berkeluarga, memiliki rumah sendiri merupakan kewajiban untuk memberi tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi keluarganya.
Lika-liku Candra dalam berburu rumah pada akhirnya membawanya menemukan hunian yang kini nyaman ditempati bersama keluarga kecilnya. Sebuah rumah dengan luas tanah 70 m2 yang terletak di daerah Tanah Baru, Beji, Depok. Rumah dengan tanaman hijau yang rimbun, yang ditata dengan apik oleh Candra.
Mau punya rumah di kawasan Tanah Baru, Beji? Kawasan yang masuk wilayah Depok dengan akses yang makin mudah menuju Jakarta berkat adanya Tol Desari ini punya banyak pilihan rumah dengan harga mulai dari Rp300 jutaan. Temukan pilihannya di sini!
Cerita Rumah Candra: Pertimbangan Punya Rumah Sejak Sebelum Menikah
Jika banyak anak muda berpikir berkali-kali, bahkan mungkin tidak memikirkan sama sekali buat membeli rumah, tapi bagi Candra punya rumah sendiri justru menjadi hal yang mesti disegerakan. Pertimbangannya, usia yang masih muda serta beban yang masih sedikit justru bisa membuatnya lebih leluasa dalam mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
“Kalau punya rumah dari awal menikah, misalnya harus mengangsur 15 tahun masih oke. Tapi kalau semakin ditunda akan semakin berat. Apalagi seiring bertambahnya umur dan beban lain. Bisa-bisa tidak punya rumah, di masa tua bisa sengsara,” jelas Candra membagi pikirannya tentang waktu yang tepat untuk membeli rumah.
Di usia 27 tahun, Candra menikahi Umi. Saat itu keinginan memiliki properti tetap tertancap kuat di dalam benaknya, namun jika awalnya ia berniat membeli rumah sebagai investasi, setelah menikah niatnya berubah yaitu agar hidup lebih mandiri.
“Papa saya juga sudah hidup sendiri, dan kita juga tidak mungkin bergantung terus ke Papa. Sekarang kalau minta tolong ke papa pun hanya kalau kepepet banget,” kata Candra tentang makna memiliki rumah sendiri.
Tips Punya Rumah di Usia Muda
Selain itu, tak bisa dipungkiri jika berhasil memiliki rumah sendiri adalah sebuah pencapaian. “Siapa sih yang enggak mau punya rumah sendiri? Hahaha” lanjutnya lagi. Itulah segala hal yang jadi motivasinya untuk memulai perjalanannya berburu rumah.
Candra pun sadar, jika semakin lama menemukan rumah impiannya, apalagi jika ditunda-tunda, dengan rencana bujet yang dianggarkan Candra bisa jadi lokasi rumah yang didapat akan semakin jauh lokasinya, apalagi jika ditarik garis dengan Jakarta sebagai titiknya.
Di tahun 2017, tahun yang merupakan tahun pernikahannya, Candra pun kian semangat mencari rumah yang tepat. Berbekal tabungan yang sedari awal memang ditujukan untuk membayar DP rumah, sedang sisa kekurangan pembelian rumahnya sudah diputuskan dengan skema KPR.
Cerita Rumah Candra: Pernah Take Over Kredit dan Ajukan KPR Rumah Subsidi
Perihal lokasi dan akses ini sangat penting bagi Candra. Makanya ia rela mendedikasikan waktu dan energinya untuk melakukan kunjungan lapangan, survei ke perumahan-perumahan di area incarannya.
Semua demi memastikan kemudahan akses dan kualitas lingkungan di sekitarnya. “Kalau di brosur kan pasti semuanya akses mudah! Ha ha ha,” katanya setengah bercanda.
Sebelum punya rumah yang di Tanah Baru, Beji, Depok, Candra ternyata pernah punya pengalaman soal membeli rumah. Waktu itu Candra masih lajang, sekitar tahun 2015. Candra memang tidak secara sengaja mencari rumah, namun karena meneruskan cicilan KPR atau over kredit rumah kerabatnya di daerah Nanggerang, Tajurhalang, Bogor.
“Jadi waktu itu ada saudara saya sedang proses ambil rumah. Sudah DP Rp15 juta, tapi terus dia mau pulang kampung. Kalau ditarik, cuma kembali 25% uangnya. Karena sayang, jadi saya terusin cicilannya,” kata Candra.
Cara Beli Over Kredit Rumah, Untung Rugi, Proses, dan Biayanya
Ketika itu prosesnya berbarengan dengan saat ia mencoba membeli rumah subsidi di area Citayam. Candra lalu meneruskan KPR rumah di Nanggerang, Tajurhalang, Bogor, menggunakan data sepupunya yang lain.
“Tapi lucunya waktu sudah jalan 5 bulan, sepupu yang saya ‘pinjam’ namanya itu malah minta kalau KPR-nya dia saja yang meneruskan,” ujar Candra. Ia pun setuju dan melepaskan rumah tersebut.
Akhirnya di tahun 2015 tersebut Candra fokus mengurus KPR rumah subsidinya di area Citayam. Namun, memang belum rezekinya. Rumah tersebut tak kunjung didapat meski uang muka atau DP rumahnya sudah dibayarkan sebesar Rp15 juta. Nasib mengenai rumah tersebut pun tak pernah jelas, bahkan hingga saat ini.
Cerita Rumah Candra: Survei Rumah Keempat Langsung Terpikat
Cita-citanya Candra untuk punya rumah baru tercapai justru saat ia baru menikah. Berbekal tanya sana-sini tentang informasi rumah dijual hingga melakukan pencarian melalui listing properti di jual, di Rumah247.com. Kakak Candra pun turut memberi informasi rumah dijual.
Ada sekitar empat rumah yang direkomendasikan kakaknya. Mulai dari rumah yang tengah dibangun, rumah yang dijual dalam keadaan masih berupa kavling, hingga rumah jadi. Namun entah kenapa semua terasa kurang sreg bagi Candra.
Entah itu karena lokasi rumahnya, posisi perumahannya di area lembah dan banyak turunan, atau bentuk rumahnya yang tidak lazim, yaitu memanjang. Baru ketika survei di rumah keempat Candra dan istri menemukan kecocokan.
Rumah tersebut bukan rumah baru, mungkin hitungannya sudah rumah seken karena sudah pernah ditempati orang tetapi dikembalikan lagi ke developer perumahan tersebut. “Salah satu alasannya kita sreg dengan rumah itu simpel aja, karena rumahnya sudah berdiri,” jelas Candra, tidak neko-neko.
Candra kemudian menjatuhkan pilihannya kepada rumah ini, rumah di komplek perumahan Anita Residence 3, Tanah Baru, Beji, Depok. Dan untuk skema pembayaran rumahnya Candra akan mengajukan KPR ke bank lagi, berbekal pengalaman pengajuan KPR-nya untuk rumah subsidi di Citayam yang tak jelas ujungnya.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Tips dari Cerita Rumah Candra: Cara Mudah Cari Rumah Bagi Pembeli Rumah Pertama
- Luangkan waktu untuk melakukan kunjungan lapangan. Jangan hanya mengandalkan brosur atau katalog online. Lihat langsung.
- Petakan area-area yang kamu incar, lalu rencanakan kunjungan mengitari komplek di sekitar area tersebut satu per satu di satu waktu tertentu.
- Dengan mengunjungi langsung lokasi permukiman yang dimaksud, kita bisa merasakan sendiri kemudahan aksesnya dan kualitas lingkungannya. Apakah sesuai dengan kebutuhan dan harapan kita.
Cerita Rumah Candra: Lokasi dan Lingkungan Rumah Bikin Jatuh Hati
Poros kehidupan Candra sebelum menikah memang berada di sekitaran kawasan Depok. Rumah orangtua Candra berada di Pondok Labu, Cinere, yang masuk kawasan Depok. Toko handphone milik Candra pun berada di Cilobak, Pangkalan Jati, Depok.
Candra merasa bahwa langkahnya membeli rumah di awal pernikahannya adalah keputusan yang tepat. Ia meyakini hal ini berdasarkan pengalaman kakaknya yang baru memberanikan diri mengambil KPR rumah baru-baru ini di Kampung Bedahan, Sawangan, Depok. Sudahlah harga rumah yang makin mahal, jumlah cicilan KPR-nya pun otomatis jadi lebih besar.
Lokasi rumah kakaknya juga cukup jauh dari lingkungan tempat tinggal kedua orangtua dan saudara-saudaranya yang lain. Namun bagaimana lagi, kisaran harga tanah di kawasan yang tergolong dekat dengan Jakarta memang terus meningkat akibat semakin terbatasnya lahan dan peminat yang makin banyak. Apalagi belakangan aksesnya juga makin mudah berkat kehadiran Tol Desari yang menghubungkan Depok dengan Jakarta Selatan.
Untuk memberikan perspektif, Candra memberi ilustrasi lewat jarak rumah orangtua mereka yang di Cinere hanya sekitar 15-30 menit naik motor dari rumah Candra di kawasan Tanah Baru, Beji, Depok. Sementara dari rumah sang kakak, butuh waktu setidaknya 45 menit untuk sampai ke rumah orangtua mereka.
Di mata Candra, jarak yang jauh ini merupakan biaya tambahan lagi yang mesti dibayar. Bukan hanya secara materi, tetapi juga waktu. Apalagi area permukiman baru di lokasi yang cukup jauh menurutnya acapkali fasilitas kawasannya belum lengkap dan akses yang belum mumpuni.
Dari sejak awal Candra sendiri memang sudah langsung terpikat dengan lokasi rumah yang dibelinya ini. Perumahan tersebut memiliki akses yang mudah dicapai dan tidak jauh dari Jakarta, dekat rumah orangtuanya, sehingga mobilitasnya jadi mudah, dan juga efisien dari sisi biaya transportasi.
“Lingkungan perumahannya untuk anak-anak main juga bagus banget, lah. Tanahnya datar, terus tidak jauh dari masjid,” lanjut Candra bercerita tentang hal yang membuatnya makin jatuh hati dengan rumahnya.
Cerita Rumah Candra: Wajib Asuransi Jiwa Saat Pengajuan KPR
Seperti yang direncanakannya sejak awal, Candra berniat membeli rumah pertamanya dengan cara KPR. Kala itu, harga rumahnya dibanderol senilai Rp600 juta. Perhitungan pun mulai dilakukan Candra, berapa yang mesti dibayarkan untuk uang muka atau DP rumahnya, di sisi lain bagaimana agar cicilan bulanan KPR ke depannya tidak mencekik.
Akhirnya Candra memberi DP rumah sebesar 10 persen dari harga rumah, yaitu di angka Rp60 juta. Di titik inilah Candra menemukan tantangan untuk bisa mendapatkan rumah idamannya. Tidak putus akal, laki-laki yang kini berusia 31 tahun ini mengatur siasat agar beban finansialnya tidak terasa terlalu memberatkan.
Salah satunya dengan menego pihak pengembang perumahan agar pembayaran uang muka atau DP rumahnya bisa dicicil. Untungnya, permohonan tersebut disetujui. Sehingga Candra bisa mengangsur pembayaran uang muka rumahnya selama 3 kali. Sesudah beres urusannya dengan pengembang, langkah berikutnya adalah berurusan dengan bank untuk pengajuan KPR rumahnya.
Dalam prosesnya, Candra dipertemukan dengan beberapa tantangan lagi. Pertama, disebabkan profesinya sebagai wirausahawan. Berbeda dengan pegawai kantoran yang punya slip gaji jelas, sebagai pengusaha ia dimintakan data SIUP berikut dengan rekening koran selama tiga bulan terakhir.
Syarat KPR Rumah Baru & Second, Serta Tips Agar Disetujui
Tantangan kedua selanjutnya adalah persyaratan dari pihak BJB selaku bank tempatnya mengajukan KPR yang memberi persyaratan wajib mempunyai asuransi jiwa. Dari informasi yang candra terima, kondisi tubuhnya yang gemuk dianggap mengkhawatirkan. “Mungkin untuk memperkirakan di 15 tahun ke depan kondisi saya sebagai debitur akan seperti apa,” jelas Candra yang mengambil tenor KPR selama 15 tahun..
Itulah mengapa asuransi jiwa menjadi salah satu dokumen pertimbangan dalam kasus pengajuan KPR Candra. Setidaknya, saat debitur memiliki asuransi jiwa, bank mempunyai jaminan bahwa KPR yang sudah dibayarkan pihak bank bisa kembali.
Salah satu yang disyukuri Candra dalam proses pembelian rumahnya ini, ia merasa banyak terbantu oleh pihak-pihak yang terkait dalam prosesnya. Ia menceritakan bagaimana bagian pemasaran pengembang maupun bank tempatnya mengajukan KPR memudahkan langkahnya dalam mewujudkan rumah pertamanya ini.
Berkat mereka semua Candra jadi mendapat kemudahan bisa mencicil DP rumahnya, proses pengurusan KPR yang lancar tanpa hambatan, meski ia jadi harus membayarkan biaya asuransi jiwa sebesar Rp7 juta yang disatukan dalam biaya akad. “Tapi sebetulnya biaya asuransi jiwa ini bisa dinego. Cuma saya enggak nego,” lanjutnya.
Tips dari Cerita Rumah Candra: Jurus Dapatkan Harga Rumah dan Cicilan KPR Terbaik
- Lakukan pendekatan yang akrab dengan sales bank maupun pengembang untuk membangun koneksi personal agar memudahkan negosiasi.
- Setiap ada kendala, jangan ragu untuk langsung mengutarakannya ke sales pengembang atau perbankan dan meminta solusi terbaik.
- Jangan ragu untuk menawar! Masing-masing sales pasti mempunyai target capaian yang mesti dipenuhi. Gunakan celah itu untuk bernegosiasi soal hal-hal administratif hingga keringanan harga atau angsuran.
Cerita Rumah Candra: Menunda Renovasi Sebagai Strategi Mengelola Keuangan
Berhasil membeli rumah tentu sangat melegakan, tetapi untuk benar-benar membuat rumahnya nyaman seperti keinginan kita adalah persoalan yang lain lagi. Hampir pasti, setiap pembelian rumah biasanya akan diikuti dengan renovasi. Entah untuk menambah atau mengubah ruangan, atau memanjakan selera.
Keinginan yang sama juga bergelayut di hati Candra. Ada hal-hal yang setelah dirasa-rasa ternyata kurang sesuai dengan kebutuhannya. Salah satunya adalah peletakkan kamar mandi di pojok kanan rumah dan kamar tidur di pojok kiri yang berjauhan. “Jadi kalau sehabis mandi, harus menyeberang ruang tamu. Kurang nyaman kalau ada tamu datang,” jelasnya.
“Dapurnya juga kecil, enggak ada ruang makan. Ruang cuci pun hanya seadanya saja,” katanya tentang hal-hal yang ia masih rasa kurang dari rumahnya tersebut. Namun keinginan renovasi ini ditahannya. Sebab Candra berkomitmen, tidak melakukan renovasi sampai angsurannya lunas. “Sayang uangnya. Mending dikumpulin supaya bisa mengangsur lebih banyak dan KPR lebih cepat lunas,” ungkapnya.
Sebagai seorang wirausahawan, perhitungan Candra memang harus matang. Urusan mengatur keuangan menurutnya mesti benar-benar diperhatikan. Mulai dari pemasukan, pengeluaran, termasuk untuk menjaga perputaran modal usaha toko handphonenya.
7 Cara Mengatur Keuangan Agar Hidup Bebas Was-Was
Perhitungan itu pula yang mendorongnya meminta keringanan pembayaran DP rumahnya. “Dulu sebetulnya tabungan saya cukup untuk membayar DP, tapi kalau langsung lunas di awal kayaknya akan mengganggu perputaran uang untuk toko saya,” jelasnya.
Saat itu Candra memang cukup percaya diri karena mendapat dukungan dari sang mertua. Plus uang tabungan yang tersisa. Tantangan selanjutnya kini adalah mengatur keuangan agar bisa menutup semua kebutuhan dan kewajiban. Baik itu kebutuhan toko, kebutuhan rumah tangga, hingga kewajiban membayar cicilan rumahnya.
Untuk mencegah roda perputaran modal tersendat, Candra juga memutuskan untuk mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia mengakui tambahan dana dari KUR punya peran signifikan dalam menjaga alur kasnya. Baik untuk modal usaha, maupun pembayaran angsuran sebesar Rp6 juta per bulan.
Cerita Rumah Candra: Perbanyak Pemasukan, Kurangi Jajan
“Dari omzet toko ya ketutup. Tapi memang dana yang paling banyak terpakai itu perputaran dari KUR,” jelasnya. Di samping itu, ia juga mencari tambahan-tambahan pemasukan dari luar tokonya. Salah satunya berjualan tanaman, sekaligus menyalurkan hobinya berkebun.
Sepanjang mengangsur rumah, Candra punya prinsip sederhana: perbanyak pemasukan, kurangi jajan. “Tolok ukurnya dari pendapatan, kira-kira mampu atau tidak untuk menutup angsuran dan biaya hidup,” katanya. Jika belum atau mepet, maka siapkan rencana untuk membuatnya terpenuhi.
Sebagai seorang wirausahawan, Candra juga berbagi tips untuk sesama wirausahawan yang juga ingin mengajukan KPR. “Jangan ambil rumah kalau usahanya belum lewat lima tahun, belum mandiri. Karena baru setelah lima tahun sebuah usaha itu menemukan balance-nya. Udah tahu pasang-surutnya,” sarannya.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Bertahun-tahun sudah lewat dari sejak ia pertama kali menargetkan punya rumah sendiri untuk investasi. Dan niatan Candra untuk berinvestasi dalam bentuk properti itu masih terus ada hingga sekarang. “Targetnya, ketika rumah ini lunas, saya mau cari rumah lagi untuk anak. Selain untuk investasi, juga untuk jaminan anak,” katanya.
Candra sadar bahwa nilai investasi properti akan terus meningkat. Kini, terhitung dalam waktu 4 tahun nilai jual rumah di area Candra ditakar sudah mengalami kenaikan kurang lebih 25% dari harga beli. Selain itu, ia juga punya mimpi untuk memiliki rumah pensiun. Rumah yang lebih tenang dan asri. “Ada kebunnya, dekat sawah. Mungkin di Malang atau Trenggalek, kampung asal Istri,” ujar Candra.
Akan tetapi, sementara itu ia tidak mau terlalu ngoyo. Kini ia memfokuskan energi dan waktunya untuk mengembangkan usaha dan melunasi angsuran rumahnya. Toh, rumah yang ada sekarang ini sudah dirasa cukup oleh Candra, nyaman bagi keluarga kecilnya.
Itulah cerita perjalanan Candra untuk punya rumah sendiri yang niatan awalnya sebagai investasi. Niat yang sudah ada sejak masih muda agar di masa tua tidak sengsara. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Shuliya Ratanavara, Foto: Hadi Barong