“Rumah adalah tempat berkembang. Berkembang secara ilmu karena kantor di rumah, sebagai tempat tumbuh kembang anak-anak, dan juga tempat berkembangnya keluarga.” – Cerita rumah Praditya
Muda dan tergerak untuk punya rumah. Itulah Praditya, seorang fotografer dan videografer asal Kota Semarang, yang baru saja berhasil mewujudkan rumah impiannya. Setelah menikahi Septi dan memperoleh sepasang anak kembar, Praditya yang biasa dipanggil Aca langsung tergerak untuk memiliki rumah.
“Secara kebutuhan sebetulnya belum 100 persen butuh banget, tapi karena lihat sana-sini jadi pengen jugalah punya rumah sendiri. Sebagai persiapan sebelum harga tanah semakin mahal dan sebelum uangnya terpakai untuk ini itu,” ujar Aca.
Walau bergerak di bidang kreatif, namun sarjana lulusan fakultas ekonomi STIE Bank BPD Jateng ini memiliki dasar bisnis yang piawai. Selain alasan utama rumah adalah kebutuhan dan investasi terbesar, Aca pun merencanakan agar rumahnya nanti bisa jadi aset produktif yang menghasilkan, datangkan cuan.
Setelah melewati masa pencarian serta proses pembangunan yang membuatnya ketagihan, kini Aca dan keluarga kecilnya sudah dapat menikmati rumah mungilnya di pinggiran Kota Semarang, tepatnya di Mangunharjo, di atas tanah seluas 100m2 dengan bangunan dua lantai seluas 42m2.
Cari rumah buat dihuni atau mungkin malah untuk investasi, Seperti rumah milik Aca yang prospek kawasannya tengah berkembang di Semarang, Jawa Tengah? Temukan pilihan huniannya harga di bawah Rp700 jutaan di sini!
Cerita Rumah Aca: Sempat Bayar Uang Tanda Jadi, Beda Kabupaten Batal Beli
Selama dua bulan Aca dan istri menimbang pilihan rumahnya, hingga akhirnya dibatalkan dan uang tanda jadinya hangus.
Sejak anak kembar Aca lahir di 2020, ia mulai mencari-cari rumah yang sesuai dengan keinginannya. Saat itu ia merasa dengan punya anak kembar, akan repot kalau belum punya rumah sendiri.
Proses pencarian rumah langsung dilakukannya lewat internet, dengan titik pencarian sedekat mungkin dengan rumah orang tua, yaitu di pinggiran Kota Semarang. Area incarannya daerah Mangunharjo, yang jaraknya sedikit lagi sudah masuk ke Kabupaten Demak. Berbagai situs properti ia telusuri, salah satunya listing properti di jual di Rumah247.com.
“Memang sengaja saya browsing dari internet dulu, karena males banget kalau muter-muter keliling. Eman-eman waktu dan tenaganya, belum tentu dapat juga. Kan rumah yang dijual belum tentu dipasangi tulisan ‘dijual’ juga,” kata Aca yang melakukan pencarian tidak terburu-buru karena sambil mengumpulkan uang juga.
5 Tanda Anda Sudah Menemukan Rumah Idaman
Jadi jika Aca menemukan info menarik, baru didatangi. Apalagi titik pencarian dan area-area yang diincar sudah sangat dipahami. Hingga pada suatu ketika sebuah perumahan baru di perbatasan Semarang-Demak sempat membuat Aca kepincut.
“Saya itu udah sempat bayar uang tanda jadi (UTJ) satu juta lho. Sebenarnya masih agak ragu, tapi seumur saya mungkin masih banyak pakai nafsu ya. Sampai di kantor pemasaran dan tanya banyak info, merasa sreg dikit dan harganya juga cocok, langsung deh saya kasih UTJ,” tawa Aca mengingat itu.
Selama dua bulan Aca dan istri berpikir panjang, akhirnya ia membatalkannya sehingga UTJ pun hangus. Alasannya, lokasinya sudah masuk ke Kabupaten Demak. Perumahan tersebut berada di perbatasan, tapi di seberang kali istilahnya ‘KTP-nya sudah beda’. Aca agak enggan jika di kemudian hari harus mengurus birokrasi pindah kependudukan.
Cerita Rumah Aca: Incar Area di Pinggiran Kota Semarang dengan Prospek Bakal Berkembang
Setelah sekitar 6 bulan terus melakukan pencarian melalui berbagai listing properti dijual, tiba-tiba ia mendapat informasi bahwa di dekat kantor sang istri ada tanah dijual.
Walaupun tanah di luar Semarang harganya lebih murah, namun Aca tetap berpikir ke depannya akan repot mengurus surat-surat kependudukan dan juga urusan sekolah anak akan jadi sulit. Pertimbangan Aca lainnya, walau di kawasan pinggiran harga tanahnya murah namun akses dari jalan utama masih jauh, infrastrukturnya belum ada.
Di sisi lain Aca memang berniat menjadikan rumahnya sebagai aset produktif, bisa menghasilkan. “Opsi klaster langsung tak (saya) coret, karena niat saya rumah kalau bisa jadi konten. Nah kalau klaster kan fasadnya sama semua, agak sulit mau saya apa-apain, rata-rata ngga bisa diubah. Kecuali klaster kelas rumah mewah ya, tapi kan bujetnya nggak cukup ha ha ha,” gelaknya.
Setelahnya, Aca kembali melanjutkan pencarian rumahnya secara online, dan beberapa kali survei ke lokasi jika menemukan rumah yang menarik hati. Cari klaster baru yang mungkin saja desainnya masih boleh diubah. Kenapa klaster yang baru dibangun? Aca beralasan klaster baru semua penghuninya pun baru semua, sehingga ia tidak harus kenalan satu-satu ke tetangga jika perumahan tersebut sudah banyak dihuni.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider
Setelah sekitar 6 bulan terus melakukan pencarian melalui berbagai listing properti dijual, tiba-tiba ia mendapat informasi bahwa di dekat kantor sang istri ada tanah dijual. Walau area tersebut berada di pinggiran Semarang, tetapi ada rencana jangka panjang area tersebut akan dikembangkan, sudah ada blueprint-nya.
“Wah prospek nih pikir saya. Kantor istri saya saja berupa bangunan 9 lantai satu-satunya di kawasan itu. Nah pastinya ke depan akan merembet dan makin berkembang nih. Selain itu, sangat cocok sama kriteria saya: belum ada tetangganya ha ha ha,” gelak Aca.
Sebelumnya Aca sudah mematok bujet. Untuk pembelian tanah maksimal Rp200 juta, karena ia harus menyediakan uang juga untuk pembangunan rumahnya. Sewaktu ia masih mencari rumah, ia patok bujet di kisaran Rp300 jutaan.
Cerita Rumah Aca: Beli Tanah Paruhan Bareng Teman Pakai Tabungan dan Dana Pinjaman
Untuk rencana beli tanah kemudian membangun rumah, Aca merencanakan memanfaatkan uang tabungan, dan sebagian lagi menggunakan fasilitas dari kantor istri berupa pinjaman.
“Tanah di perbatasan, tapi yang masuk wilayah Demak itu tergolong murah. Bahkan dengan uang Rp120 juta saja bisa dapat tanah seluas 144m2. Tapi ketika masuk ke Kota Semarang harga akan lebih tinggi, wajar jika bujet yang saya patok maksimal Rp200 juta,” jelasnya.
Untuk rencana beli tanah kemudian membangun rumah Aca tidak memilih opsi pembiayaan KPR, karena khawatir terlalu lama cicilannya. Ia rencanakan untuk memanfaatkan uang tabungan, dan sebagian lagi menggunakan fasilitas dari kantor istri berupa pinjaman. Septi, sang istri, bekerja di Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
“Tanah yang dijual dekat kantor istri ini luasnya 200m2, harganya Rp400 juta. Kalau diambil semua, harganya terlalu mahal untuk bujet saya. Kebetulan teman istri juga ada yang cari tanah. Akhirnya kita beli bareng lalu kita split. Jadi masing-masing dapat 5×20 meter,” jelas Aca.
“Jadi tanah ini dibelinya menggunakan fasilitas pinjaman dari kantor, dan sertifikat tanahnya pun bisa kita pegang langsung, karena jaminannya kan pakai SK gaji istri. Karena yang memberi info tanah dijual ini dari bos istri saya, jadi kita dibantu juga untuk aksesnya. Kita kontak pemiliknya, nego harga, langsung proses beli,” jelas Aca.
Proses pembelian tanah tidak rumit, seluruh pajak pembelian rumah langsung dibagi dua dengan pembeli yang juga teman Aca dan Septi. Seluruh proses pengurusan legalitas dibantu oleh notaris, yang merupakan istri dari bos Septi di kantor. Saat ini sertifikat yang kami pegang masing-masing adalah Akte Jual Beli (AJB), yang kini sedang dalam proses menjadi SHM.
“Rumah ini lokasinya enak, benar-benar di pinggir jalan raya utama, belum ada rumah-rumah lain. Dapat tetangga satu itu juga udah kenal sebelumnya. Ya mungkin kalau tanah jodoh-jodohan ya, ini salah satu contohnya hahaha,” ujar Aca yang merasa 100m2 luas tanah sudah sangat cukup baginya karena selama lebih dari 20 tahun tinggal di rumah orang tua dengan ukuran yang serupa, aman-aman saja tidak merasa sempit.
Cerita Rumah Aca: Desain dan Konsep Rumah Buat Sendiri Pakai Aplikasi Home3D
Sudah lama Aca senang mendesain layout rumah dengan memanfaatkan aplikasi desain rumah Home3D bawaan dari iOS.
Jika dirunut, Aca membeli tanah pada September 2021, proses pembangunan rumah dimulai Maret 2022, dan selesai hanya dalam tempo 4 bulan, tepatnya Agustus 2022. Kenapa pembangunan rumah baru mulai di bulan Maret 2022? “Ya nyari duitlah buat ngebangun ha ha ha,” ujar Aca tertawa.
Uniknya, Aca tidak pusing lagi menentukan desain dan konsep rumahnya mau seperti apa. Sudah lama ia senang mendesain layout rumah dengan memanfaatkan aplikasi desain rumah Home3D bawaan dari iOS. Dahulu saat ia belum memiliki kantor fotografi, ia sering mereka-reka layout ruangan bisa jadi seperti apa di tanah dengan berbagai ukuran.
Alhasil, sudah banyak sekali desain yang Aca simpan. Ketika pada kenyataannya ia akan membangun rumah di tanah seluas 100m2, langsung iya gunakan salah satu desain yang sudah pernah ia buat. Langkah selanjutnya adalah mencari kontraktor.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
“Lagi-lagi saya mencari jasa kontraktor lewat internet dan media sosial. Tapi saya merasa kontraktor-kontraktor di Semarang belum se-milenial itu. Jadi kalau ada yang tanya-tanya lewat Whatsapp atau DM Instagram, kurang responsif dan tidak informatif. Mungkin dikira tidak serius ya,” ungkap Aca.
Beruntung Aca pernah kenal dengan seorang tukang, yang telah menjadi mandor di sebuah perusahaan kontraktor. Aca pun mengontak perusahaan tersebut dan mendapatkan informasi yang detail berikut tahapan prosedur pengerjaan nantinya.
“Perusahaan kontraktor ini sepertinya sudah sadar kalau sekarang eranya milenial yang beli rumah. Mereka responsif dan profesional. Kami dijelaskan bahwa prosedur awal harus membayar Rp750 ribu, untuk biaya survei ke lokasi, pembuatan RAB, sekaligus gambar denah. Bahkan prosedur ini pun dijelaskan masih lewat Whatsapp,” ujar Aca yang merasa terbantu dengan kontraktor yang informatif ini.
Cerita Rumah Aca: Perbanyak Usaha Sampingan untuk Mengisi Pundi Tabungan
Sebagai cara untuk mengisi pundi tabungan rumah, berbagai penghasilan tambahan yang cukup besar tidak diutak-utik Aca, langsung dialokasikan untuk tabungan bangun rumah
“Jadi kalau nggak jadi pakai jasa mereka pun ya dengan Rp750 ribu itu saya sudah dapat RAB dan denah. Saat itu masih Desember 2021, kita masih mikir-mikir sambil kumpulin dana. Akhirnya Maret 2022 barulah mulai dibangun,” jelas Aca.
Diakui oleh Aca, ia merasa sulit untuk menabung. “Istriku yang atur, jadi penghasilan utama saya dari foto wedding, itu dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga dan bulanan yang rutin. Nah saya mikirnya bagaimana dapat penghasilan lain selain dari wedding, supaya bisa digunakan untuk bangun rumah,” ujar Aca.
Hobi lama merakit gundam telah lama ia tinggalkan. Jika berbelanja pun Aca berpikir harus yang bisa diputar jadi uang lagi. Misalnya seperti laptop, kamera, dan alat-alat lain yang mendukung profesinya.
Cara Mudah Punya Tabungan Rumah, Ikuti 13 Cara Menabungnya Di Sini
Sebagai cara untuk mengisi pundi tabungan rumahnya, berbagai penghasilan tambahan yang cukup besar tidak diutak-utiknya, langsung saja ia alokasikan untuk tabungan bangun rumah. Sebagai fotografer dan videografer wedding, Aca memang telah cukup lama eksis, yaitu sejak tahun 2015.
“Saya jualan preset, yaitu semua editing foto yang telah diatur dan dapat dipergunakan kembali untuk mengedit foto. Lalu saya juga jualan buku fotografi yang isinya tutorial dan panduan,” ujar Aca memaparkan usaha sampingannya yang ternyata masih banyak lagi macamnya.
Aca menambahkan, “Akun Instagram saya personal branding-nya cukup kuat, jadi saya sering membuat konten endorse-an, selain itu saya juga brand ambassador Lumix. Jadi seluruh uang besar yang masuk dari hasil sampingan ini langsung masuk ke tabungan rumah.”
Cerita Rumah Aca: Jual Kamera Endorse-an, Kitchen Set dan Lemari Built-in Digratiskan
Aca membuat dua area kerja, di lantai satu dan di lantai dua. Agar jika bosan tinggal berpindah ke ruang lainnya, meminimalisir keinginan bekerja dari kafe.
Ketika tabungan dirasa cukup, barulah Maret 2022 diputuskan untuk mulai membangun rumah, tentunya setelah melalui proses penghitungan RAB serta proses tawar-menawar. Bujet yang telah siap pun sekitar 80 persen dari total angka di RAB.
“Sebenarnya kami ada dana cadangan untuk menutup 20 persennya itu, tapi saya masih putar otak untuk cari uang lagi. Kebetulan karena saya ambassador Lumix, setelah beberapa tahun kamera-kamera yang pernah diberikan itu ternyata boleh dijual. Ya aku jual-jual akhirnya kamera-kamera itu. Hasilnya bisa nutupin 20 persen kekurangan tadi,” ujar Aca.
Total bujet pembangunan rumah Aca Rp260 juta. Telah berkembang dari angka awal di RAB sebesar Rp180 juta, tapi belum termasuk pagar, dan beberapa item lainnya. Setelah ditambahkan mekar jadi Rp220 juta, yang kemudian coba ditawar dan berhasil deal di angka Rp209 juta.
Tips Rumah247.com
Perlu diingat, proses bangun rumah menuntut waktu dan tenaga lebih. Anda harus siap meluangkan waktu untuk mengecek semua prosesnya. Lelah sudah pasti, tapi jangan lupa ada rasa bahagia dan puas karena sebentar lagi rumah idaman Anda akan terwujud.
“Jujur saya mau nawar tapi nggak paham bahan bangunan, jadi nggak ada bayangan kalau diganti bahannya nanti jadinya seperti apa. Jadi awalnya kita deal di Rp209 juta. Cuma berjalannya waktu, saat bangun rumah saya sempat baca-baca artikel di Rumah247.com, dalam proses pembangunan biasanya akan ada tambahan-tambahan ini itu. Di situlah kemudian terjadi tawar-tawaran yang tanpa kontrak,” ujar Aca tertawa.
Item yang ditambahkan Aca mulai dari pagar henderson style, kanopi solar flat, plester di area carport dan halaman belakang, juga penambahan tembok ruang kerja yang awalnya tidak ada. Aca membuat dua area kerja, di lantai satu dan di lantai dua. Agar jika bosan tinggal berpindah ke ruang lainnya, meminimalisir keinginan bekerja dari kafe.
“Tawar-tawaran di luar kontrak ini jadi lebih gampang setelah owner perusahaan kontraktor itu tahu akun IG personalku ha ha ha. Kemudian terjadilah semi endorse, beberapa titik seperti kitchen set dan lemari built-in itu akhirnya digratiskan. Jadi endorse, lumayan nilainya mencapai belasan juta rupiah titik-titik itu,” ujar Aca.
Cerita Rumah Aca: Rumah Impian yang Dieman-eman Meski Sempat Niat Disewakan
Sempat Aca berniat menyewakan rumah sebagai venue foto prewed, namun kemudian diurungkannya, karena eman-eman, mau dinikmati dulu sampai puas.
Skema pembayaran sesuai dengan prosedur pengerjaan pembangunan rumah yang sejak awal telah disepakati Aca dan kontraktor selama 120 hari ini diawali dengan prosedur awal Rp750 ribu yang mencakup survei, pembuatan RAB, dan denah. Kemudian dilanjutkan dengan termin pembayaran dan pekerjaan sesuai progres yang terbagi menjadi 30% – 30% – 30% – 10% (terakhir setelah semuanya selesai).
Dengan ukuran tanah seluas 100m2 Aca membangun rumah berkonsep Tiny House, yang mengadaptasi konsep rumah compact yang banyak dipakai di Amerika dan Eropa. Rumah dua lantai dengan luas bangunan 42m2, bagian bawah 3×9 meter dan atas 3×5 meter.
“Walau mungil, sebenarnya blueprint rumah ini sudah sampai area belakang. Makanya di bagian belakang sudah ada pondasi. Jadi nantinya kalau saya mau lanjut bangun akan lebih cepat dan murah karena sudah tersedia semua strukturnya,” jelas Aca.
15 Usaha Online yang Bisa Dikerjakan di Rumah
“Kalau ditanya apakah sudah menjadi rumah impian, ya 90 persen sudah sesuai banget. Kekurangan minor maklum saja karena saya menikmati prosesnya. Ternyata ngebangun itu enak!” tawa Aca yang bercerita tentang kepuasannya berhasil mewujudkan rumah impiannya.
“Saya nggak kepikiran untuk beli rumah buat investasi lalu dijual lagi, mungkin jika ada kesempatan saya mau beli tanah lagi lalu dibangun dengan konsep yang beda. Nah kalau itu laku dijual, kan ada kepuasan lain,” tambahnya lagi.
Sejak awal pembangunan rumah Aca membuat akun khusus bernama @kediaman.nv. Sesuai dengan niatan awal membuat aset rumah produktif, maka Aca memulai segala konten seputar rumahnya dari nol. Sempat Aca berniat menyewakan rumah sebagai venue foto prewed, namun kemudian diurungkannya, karena eman-eman, mau dinikmati dulu sampai puas.
Cerita Rumah Aca: Harga Tanah dalam Setahun Melesat, Harga Naik Dua Kali Lipat
Aca dan Septi tidak memerlukan banyak ruang. Aca hanya membutuhkan sudut kerja yang nyaman, sedangkan Septi hanya membutuhkan meja rias.
Kini, banyak ruang terbuka di rumah yang dibiarkannya. Aca merasa dengan gaya open space ini anak kembarnya punya banyak area bermain, rumah lebih segar dan lega. Namun tidak menutup kemungkinan jika di tahun depan akan dibuat ruangan buat kantor, karena di kantor lama akan dijadikan studio. Dan tidak menutup kemungkinan juga jika anak-anak sudah agak besar akan dibuatkan kamar masing-masing.
Aca memang menyukai konsep tiny house karena ia dan Septi tidak memerlukan banyak ruang. Aca hanya membutuhkan sudut kerja yang nyaman, yang sejak dulu selalu disebutnya Desk Enthusiast, sedangkan Septi hanya membutuhkan meja rias.
Review Properti: Review Mendalam, Jujur, dan Independen untuk Pilihan Perumahan Baru dan Area Sekitarnya
Seluruh visual berangkat dari ide Aca, bahkan sebelumnya sempat terpikirkan untuk membuat rumah mungil yang compact dan fungsional sebesar kontainer, yaitu 2,4×12,6 meter. Tapi kemudian ia berpikir ruang jadinya sempit untuk anak-anaknya, maka ia kesampingkan dulu egonya.
“Rumah ini menjadi tempat yang nyaman bagi kami, jaraknya ke rumah orang tua pun hanya butuh 10 menit saja. Yang tidak saya sangka-sangka, tahun 2021 harga tanah sekitar Rp2juta per meter perseginya dalam waktu setahun, sudah meningkat 2 kali lipatnya jadi sekitar Rp4-5 juta per meter persegi. Kenaikan harga tanah cepat sekali!” ujar Aca menutup perbincangan.
Itulah cerita pengalaman Aca yang beli rumah mempertimbangkan kemampuan dan prospek kawasannya di masa depan. Rumah bukan hanya sebagai kebutuhan, tapi juga direncanakan agar bisa jadi aset yang menghasilkan. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah