Singkat, namun itulah arti paling utama dari memiliki sebuah rumah untuk tempat bernaung bagi keluarga tercinta. Tempat di mana anak-anak tumbuh, tempat kembali pulang, dan merasa aman.
Rezifilliandy dan Tika Rosyida Ariyanti merupakan pasangan yang menikah di tahun 2016. Dan seperti pasangan muda lainnya, mereka punya mimpi bahwa suatu saat mereka harus memiliki sebuah rumah. Rumah yang nyaman untuk dihuni bersama keluarga kecil mereka.
“Kami ingin punya rumah sendiri dan hidup mandiri supaya tidak merepotkan orang tua atau mertua,” ujar Tika. Saat itu, setelah menikah mereka menempati rumah milik orang tua Rezi di Rungkut, Surabaya, yang kebetulan sedang tidak ada yang menyewa.
Dan bagi setiap pasangan yang baru menikah, pengalaman membeli rumah pertama memang seringkali menemui banyak kendala. Begitu pula yang di alami pasangan Rezi dan Tika yang beberapa kali gagal mendapatkan unit rumah yang diincar. Jika area di pinggiran Jakarta menjadi magnet bagi pasangan muda yang sedang mencari rumah pertamanya, begitu pun yang terjadi di Jawa Timur. Di Kecamatan Sedati, Sidoarjo, yang berada di pinggiran Surabaya, kian tumbuh banyak perumahan baru berkonsep modern. Di sinilah ternyata Rezi dan Tika berhasil menemukan rumah impian mereka.
Mau punya rumah di area Sidoarjo, Jawa Timur, seperti rumah Rezi dan Tika yang meski berada di pinggiran Surabaya namun sudah ramai, modern, bahkan banyak kafe kekinian? Temukan pilihan rumahnya dengan harga di bawah Rp1 milyar di sini!
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Pencarian Rumah ke Listing Properti Dijual
Di zaman serba digital ini segala informasi hadir dalam sekejap ketikan kata kunci di kolom pencarian internet. Bisa sambil ngopi di pagi hari, atau sambil menunggu kantuk menjelang tidur.
Mereka yang melakukan pencarian rumah di internet, mulai dari lokasi perumahan, potensi kawasannya, serta perkiraan kemudahan akses hingga harga, kini bisa mendapatkan banyak informasinya dalam sekejap, cepat. Selanjutnya, setelah menemukan rumah yang sesuai kriteria, tinggal survei ke lokasi saja.
Namun yang dilakukan Tika kebalikannya, ia mencari info rumah dijual melalui rekomendasi dari keluarga dan temannya. Selain itu, datang ke seminar-seminar perumahan yang dibuat oleh beberapa pengembang properti. “
Saya sempat mencari rumah dijual di beberapa platform properti digital dan media sosial tapi tidak terlalu fokus. Saat itu kami hanya berpikir kalau mencari rumah ya langsung ke lokasi,” ujar Tika. Saat itu, pencarian sekilas Tika melalui internet salah satunya juga ke listing properti dijual di Rumah247.com. Jika saat itu Tika fokus, filter kategorisasi kriteria pada listing tersebut bisa sangat membantunya menyortir pilihan perumahan yang diinginkan.
Tak Perlu Berpergian, Proses Pencarian Rumah Tetap Bisa Berjalan, Ini Caranya
Karena ia langsung mengetikkan kata kunci sesuai kebutuhannya: rumah minimalis daerah Sidoarjo, atau perumahan minimalis daerah Sidoarjo. Hasilnya muncul banyak perumahan baru namun tidak spesifik dengan berbagai kisaran harga, hingga Tika merasa belum sreg saat itu.
Selama 3 tahun sejak Rezi dan Tika menikah, mereka giat menabung untuk membeli rumah. Baru mulai awal tahun 2019 mereka fokus mencari rumah. Dengan tabungan yang dikumpulkan mulai dari uang angpaw pernikahan hadiah orang tua, hingga menangguhkan bulan madu alih-alih menabungkan bujetnya tersebut.
Dan setelah menikah, Tika resign karena ia bekerja sebagai karyawan bank BUMN di Bojonegoro, tempat kota asalnya, sedangkan Rezi yang juga karyawan bank BUMN yang sama, ditugaskan di Surabaya, Jawa Timur.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Pengembang Bodong Berkedok Perumahan Syariah
Menimbang harga perumahan di Surabaya yang tinggi membuat Rezi dan Tika memutuskan harus mencari rumah sesuai bujet di luar Kota Pahlawan ini. “Kendala saat mencari rumah, ya karena dananya ngepres ha ha ha. Tapi harga rumah kalau belinya di-pending akan jadi semakin mahal!” kata Tika.
Sidoarjo, sebagai kota yang lima tahun belakangan perkembangannya cukup pesat akhirnya menjadi fokus pencarian rumah mereka. Karena itu, lokasi awal yang disurvei langsung di arahkan ke Sidoarjo.
Sempat juga mereka berpikir untuk mencari tanah kavling yang murah, baru kemudian membangun rumah. “Kami cari rumah tidak mau yang harganya sampai di atas Rp500 juta, kalau bisa malah di bawah Rp400 juta,” jelas Tika.
“Waktu itu kami juga nyaris ditipu pengembang bodong yang mengatasnamakan perumahan syariah,” ujar Rezi mengingat awal pencarian rumahnya. Hal ini bermula ketika mereka tertarik menghadiri sebuah seminar yang diselenggarakan sebuah pengembang perumahan syariah, yang dilaksanakan di sebuah hotel berbintang.
Panduan Lengkap Perumahan Syariah Anti Bodong
Rezi pun bercerita, “Saat presentasi kami benar-benar tertarik dengan rencana pembangunan dan desain rumah yang ditawarkan. Untungnya belum ada pembayaran tanda jadi apapun. Saya dan ayah saya juga sempat survei ke lokasi ingin melihat langsung perumahan tersebut.”
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dengan motor dari Surabaya ke Sidoarjo , mereka pun terkaget-kaget, “Yang kami lihat saat itu hanya tambak! Tidak ada pembangunan apa pun, bahkan kantor pemasaran perumahan yang biasanya ada, sama sekali tak ada bangunannya di sana!” papar Rezi.
Tika pun kemudian juga banyak mendapat peringatan dari teman-teman dan kerabatnya, agar lebih berhati-hati karena memang saat itu sedang banyak berita miring seputar pengembang bodong.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Pertimbangkan Waktu Tempuh Surabaya – Sidoarjo
“Kita awalnya tidak menaruh curiga sama sekali, karena tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Harga yang ditawarkan pun masuk akal, sama saja dengan perumahan-perumahan baru lainnya, sekitar Rp300 jutaan ke atas,” tambah Tika.
Berangkat dari hal ini, Rezi dan Tika menjadi lebih berhati-hati mencari rumah. Saat itu Rezi yang juga sudah resign dari bank jadi rajin bertanya ke rekan-rekan kerja lamanya mengenai kredibilitas pengembang properti saat mendapatkan lokasi rumah incaran baru.
Dan pada suatu ketika pasangan ini mengunjungi pusat kota Sidoarjo, Rezi yang sebelum menikah sempat bertugas di kota ini lumayan kaget dengan perubahan kota ini. Karena saat itu, sekitar tahun 2019, Sidoarjo sudah terlihat ramai dan modern. Banyak bermunculan kafe kekinian, dan jalanan pun mulai padat.
Namun Rezi yang setelah resign dari bank kemudian bekerja pada sebuah perusahaan suplier ragi dan ditempatkan di Surabaya, harus mempertimbangkan juga waktu tempuh dari Sidoarjo. Itu sebab lokasi pencarian sedikit berubah, di luar Surabaya, tapi juga tidak di tengah kota Sidoarjo.
12 Tips Beli Rumah Baru dengan Cermat Agar Tidak Salah Pilih
Untuk itu Rezi jadi sering mendatangi stan pameran perumahan yang ada di mall untuk mencari lokasi perumahan yang baru dibangun di kawasan sekitar Sidoarjo, dan jika menurutnya sesuai kriteria pencariannya maka akan disurveinya.
“Beberapa area yang saya datangi ternyata agak jauh dari tempat kerja karena berada di dalam Sidoarjo. Beberapa kawasan juga terasa kurang nyaman. Dari info rekan kerja, kemudian saya datangi perumahan di Sedati ini. Lingkungannya nyaman, resik. Selanjutnya saya ajak Tika dan keluarga saya untuk ikut melihat perumahannya,” papar Rezi.
Bagi pasangan muda, perumahan di Desa Pepe, Kecamatan Sedati ini, harganya memang masih masuk akal. Kalau di Surabaya, rumah dengan luas tanah 90 m2 harganya sudah mencapai Rp1 milyar.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Rumah Minimalis Dekat Bandara Juanda
“Lagi-lagi sebelum memutuskan untuk membeli rumahnya, kita cek dulu kredibilitas pengembangnya. Nah, saat itu kami nggak paham dengan rumah indent. DP dulu baru unitnya dibangun. Saya, suami dan mertua masih awam. Taunya kalo beli perumahan, ya sudah ada unitnya,” ujar Tika.
Kebetulan, Kecamatan Sedati ini dekat dengan Bandara Juanda. Hanya sekitar 10 menit saja, juga searah menuju rumah orang tua Rezi di Rungkut, Surabaya. Di area ini juga dekat dengan jalan tol, dan akan ada rencana pembangunan jalan tembusan OERR.
Jalan tembusan OERR adalah Perencanaan Pembangunan Jalan Lingkar Luar Barat di Kota Surabaya yang terhubung dengan Jalan Lingkar Barat Sidoarjo, yang rencananya akan dibangun pada tahun 2025.
Ketika survei ke sebuah perumahan besar yang berada di Desa Pepe ini, Tika jatuh cinta dengan sebuah rumah dengan luas tanah 90 m2 di area blok D. “Saya maunya rumah minimalis, biar desainnya agak anak muda ha ha ha. Di sini kan banyak perumahan yang catnya itu warna-warni,” ujar Tika.
Walau lokasi perumahan masuk ke dalam jalan masuk Desa Pepe dengan luas jalanan satu mobil yang di kiri kanan jalanannya hamparan sawah, namun memasuki gerbang perumahannya yang sederhana, hanya berwarna putih minimalis, sudah dilengkapi dengan kamera CCTV dan akses masuk one gate system.
Di dalam perumahan ini terdiri banyak klaster, di mana setiap klaster memiliki unit rumah sekitar 200 unit. Berbagai tipe rumah tersebar di beberapa klaster tersebut. Rezi dan Tika kemudian fokus mencari rumah di perumahan tersebut dengan bantuan seorang sales pemasaran.
“Kita sudah cocok dengan unit rumah yang ditawarkan di blok D, tapi selama sebulan itu kita juga sambil cari-cari yang lain sebagai pembanding. Eh tiba-tiba diberi tahu bahwa klaster di blok D tersebut unitnya sold out!” ujar Tika.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Unit Depan Taman, Jalan Depan Rumah Besar
Kecewa rumah yang diincar sudah diambil orang, sales perumahan yang membantu pun menunjukkan rumah di klaster yang lain. Rumah yang lebih mahal karena tipenya lebih besar, dengan luas tanah 120 m2.
“Saat itu agak bingung, di satu sisi saya nggak sreg karena rasanya terlalu besar, bujetnya juga di atas yang kita mau, dan… depannya langsung berhadapan rumah tetangga,” ujar Tika. Sementara hasil survei ke perumahan lain sebagian besar memberi pilihan rumah dengan cat berwarna, hal yang Tika hindari.
Nyaris mereka mau ambil rumah besar itu, “Ternyata rumah besar ini sebelumnya sudah diproses KPR oleh orang lain tapi dibatalkan. Kalau kita ambil, mengurus surat-suratnya itu ribet dan panjang. Jadi saya putuskan lepas saja,” kata Rezi.
Dalam kepasrahan karena gagal lagi dapat rumah, sales perumahan tersebut kembali mengontak Rezi. Katanya ada unit yang available di klaster blok A, dan suasananya mirip dengan klaster D yang Tika suka.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Unit yang ditawarkan berada di depan taman, dengan jalanan depan rumah yang besar. Rezi dan Tika langsung sreg dengan denah rumah setelah melihat rumah contoh yang telah diisi interiornya.
“Saya suka banget, jadi ada bayangan. Bisa sih kalau mau rumah kita dibangun dan furniturnya diisi persis sama dengan rumah contoh, tapi harganya jadi dua kali lipat dari harga rumah yang ditawarkan!” seru Tika kaget.
Akhirnya Rezi dan Tika setuju untuk membeli rumah di klaster blok A yang dipilihkan oleh sales pemasaran itu. Dan Tika memutuskan untuk menjiplak dekorasi agar mirip dengan isi di rumah contoh yang membuatnya kesengsem itu.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Beli Rumah Cash Hasil Rajin Menabung
“Jadi akhirnya kami beli rumahnya cash, dibayar di awal dan di akhir. Jadi awalnya DP dulu sekitar 30% dari harga rumah, lalu rumah langsung dibangun. Empat bulan kemudian setelah rumah berdiri, baru pembayaran pelunasannya,” kata Tika.
Bagi pasangan yang sejak menikah sudah memimpikan punya rumah ini, menabung dengan giat adalah satu solusi yang mereka pilih. Bahkan Rezi dan Tika juga memanfaatkan uang yang sekiranya akan dipakai untuk bulan madu untuk ditabung.
Tak hanya itu, uang hadiah pernikahan pun langsung masuk ke pundi-pundi tabungan juga. Setelah itu, dari penghasilan mereka juga selalu disisihkan untuk masuk ke tabungan yang dipersiapkan untuk membeli rumah.
14 Cara Mengatur Keuangan Agar Cepat Beli Rumah
“Proses pembelian rumah ini berjalan mulus. pengurusan surat-surat rumah hingga pembayaran saya lakukan ditemani ayah saya,” ujar Rezi. Total pencarian rumah mereka berlangsung selama 6 bulan saja.
Hingga saat ini proses menabung untuk urusan rumah juga masih terus berjalan. Agaknya skema menabung Rezi dan Tika patut ditiru. “Sehari-hari kita punya ‘rengrengan’ dana. Catatan pengeluaran setiap bulan. Jadi kita meminimalisir beli-beli yang nggak perlu ha ha ha,” ujar Tika.
Tika yang memiliki penghasilan dari bisnis dessert-nya menanggung pengeluaran hidup sehari-hari keluarga kecilnya itu. Sementara penghasilan dan bonus yang didapat Rezi langsung masuk ke tabungan, jadi jumlah yang ditabung bisa lebih besar angkanya.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Kedai Mungil ala Coffee Shop di Teras Rumah
Hampir seperti di film-film bertemakan romantis. Tika yang sejak resign telah berpikiran untuk punya bisnis kecil-kecilan, memiliki mimpi punya kedai mungil di depan rumahnya.
Kedai ala coffee shop yang didekorasi cantik, berisikan dessert lezat hasil olahannya yang sudah berjualan sejak tahun 2018. Tepatnya setelah Aisyah anak pertamanya menginjak usia batita, dan Tika sudah mulai bisa berkreasi di dapur lagi.
“Setelah unit rumah berdiri, kami tidak boleh langsung mengubah fasad bangunannya. Harus menunggu satu bulan dulu. Setelah lewat sebulan, langsung kami renovasi rumah dengan menambahkan kedai sesuai keinginan Tika, dan membuat area lantai dua,” jelas Rezi.
Tips Rumah247.com
Ketika mulai punya niat untuk membeli rumah, penting untuk mengetahui harga rumah yang benar-benar sesuai dengan kemampuan. Jika Anda ingin membeli rumah dengan cara mencicil, cari tahu jumlah uang yang mampu ditabung untuk membayar DP dan juga cicilan rumahnya nanti.
Beruntung ayah Rezi dahulu adalah seorang kontraktor. Berbekal arahan dari sang ayah, Rezi yang cukup padat pekerjaannya bisa menyerahkan segala urusan bangunan kepada ayahnya. “Alhamdulillah, ayah mertua baik sekali. Selama renovasi tiap hari ia bolak-balik Surabaya ke Sedati, jaraknya sekitar 40 menit lewat jalan tol,” ujar Tika. Dari sales pemasaran yang membantu pembelian rumah mereka sejak awal, Rezi dan Tika juga diberi rekomendasi tukang yang sudah ‘kenal’ dengan denah bangunan di perumahan tersebut.
Akhirnya renovasi rumah mereka selesai pada akhir 2020, dengan tambahan kedai di depan rumah serta area lantai dua yang saat ini baru difungsikan sebagai servis area saja. Ayah Rezi yang merancang denah lantai dua ini. Rencananya akan dibuat kamar dan tambahan kamar mandi, hanya Rezi dan Tika masih menabung dulu.
Cerita Rumah Rezi dan Tika: Beli Rumah, Membeli Lingkungan Tempat Tinggal
Lajunya pertumbuhan properti di kawasan Sedati tak lepas dari lokasi kawasannya yang hanya selangkah dari Surabaya. Terbukti meski banyak perumahan baru berdiri, Rezi dan Tika bahkan sempat beberapa kali mengalami kehabisan unit rumah.
Selain banyaknya pemburu properti yang mencari rumah dengan bujet bersahabat, banyak pula yang membeli untuk dijadikan investasi properti. Dan akhirnya setelah membeli rumah dan melakukan renovasi, baru pada bulan Maret 2021 lalu Rezi dan Tika menempati rumah barunya tersebut.
Tika juga mengisi rumahnya ini dengan furnitur yang dibelinya di Surabaya dan juga secara online, yang penataannya mengacu unit rumah contoh. Namun selama PPKM, mereka belum berani menggunakan fasilitas yang ada di perumahan tersebut seperti gym dan kolam renang.
“Lingkungan di perumahan ini sangat nyaman, saya merasa aman di masa pandemi seperti saat ini karena tetangga-tetangga sepemahaman. Saling menjaga prokes, dan tidak berkerumun. Bisa dibilang, membeli rumah itu seperti membeli lingkungan tempat tinggalnya sekalian,” ujar Tika yang selama dua tahunan tinggal di Rungkut, Surabaya, di kawasan padat penduduk yang membuat Tika merasa kurang nyaman.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
“Kami juga senang tinggal di area Sedati ini, fasilitasnya lengkap. Rumah Sakit, Polres, Puskesmas ada. Bahkan untuk sekolah anak, sudah saya browsing hingga jenjang SMA banyak sekolah pilihan yang akreditasinya bagus. Jadi tidak perlu ke Sidoarjo kota atau Surabaya,” papar Tika.
Keberuntungan memang melingkupi keluarga Rezi dan Tika. “Semua kayak sudah diberi jalan-Nya. Waktu memutuskan beli rumah ini sempat kepikiran, kasihan Rezi harus bekerja ke Surabaya setiap harinya. Tapi apa daya, bujet untuk beli rumah sanggupnya memang di sini,” ujar Tika.
Dan ternyata, beberapa bulan sebelum pindah menempati rumah baru, Rezi dipindahtugaskan ke kantor cabangnya yang berada di lingkar timur, hanya 25 menit saja dari rumah,” tutup pemilik akun @macils.home_ dan @macilsdessertbox_ yang bercita-cita ingin punya toko bahan baku kue ini.
Itulah cerita pengalaman Rezi dan Tika untuk memiliki rumah, yang nyaris tertipu pengembang bodong berkedok perumahan syariah. Masih ada banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Erin Metasari, Foto: @ferdi.photograph