Pada 2017, impian Nuniek akhirnya terwujud. Pemilik akun Instagram @nuniektirta dengan jumlah followers 18K ini menemukan rumah yang menjawab (hampir) semua mimpinya. Bahkan, proses menemukan dan membeli rumah baru ini terbilang teramat cepat dan mulus.
Mau punya rumah di kawasan Jakarta Selatan? Seperti di area Jagakarsa yang masih rindang dan asri? Masih banyak yang di bawah Rp1 M, loh! Temukan pilihan rumahnya di sini!
Kini, jika orang melihat rumah Nuniek, mereka mungkin berpikir ia perempuan yang beruntung. Namun yang tak diketahui banyak orang, Nuniek telah melewati perjuangan panjang untuk bisa mewujudkan rumah impiannya ini.
Cerita Rumah Nuniek: Rumah Petak dan WC Umum di Atas Kali Krukut
“Sejak lahir sampai TK, saya tinggal di rumah petak kontrakan di Karet Semanggi. Ukurannya sangat kecil. WC saja tidak ada. Jika mau buang air besar harus ke bilik WC umum di atas Kali Krukut. Dulu, jeritan tengah malam yang paling mengerikan buat papa saya bukan suara kuntilanak, tetapi “Paaa… Nie mau e’e. Ha ha ha…,” kenang Nuniek.
“Kemudian sejak saya kelas satu SD sampai usia 25 sebelum menikah, saya tinggal di rumah dua lantai di Mampang, hasil jerih payah mama papa. Jalan depan rumah cuma muat satu motor. Luas tanah rumah kami 37,5 m2 dan luas bangunan sekitar 70 m2. Kami tinggal berlima di sana,” lanjutnya.
Lantai pertama rumah itu dijadikan toko kelontong, ruang tamu, ruang makan, dapur dan kamar mandi. Sedangkan di lantai kedua terdapat dua kamar tertutup, dua kamar terbuka, kamar mandi, dan balkon sekaligus tempat menjemur baju. Juga ada ‘rooftop ala ala’ tempat mendiang papa Nuniek menanam sayuran.
Sebelum Ambil KPR, Ketahui Dulu Cara Menghitung Bunga Bank
Dua tahun setelah menikah dengan Natali pada 2005, mereka tinggal di Pondok Gede, Bekasi. Rumah ini pun mereka miliki dengan perjuangan. “Dengan darah dan air mata,” kata Nuniek. Bagaimana tidak? Cicilan KPR per bulannya bahkan lebih dari setengah penghasilan Nuniek waktu itu.
Nuniek saat ini adalah startup founder PlantStory.com, angel investor dan inisiator komunitas #Startuplokal. Sementara Natali adalah salah satu pendiri Tiket.com dan kini CEO Lifepack & Jovee. Namun pada awal pernikahan, mereka berdua jatuh bangun merintis karir dari nol. Mereka baru memetik hasilnya bertahun-tahun kemudian.
Sambil mengumpulkan dana untuk mewujudkan rumah impian, Nuniek hobi melihat-lihat iklan rumah di internet sejak 2013. “Jujur nih, situs perumahan favorit saya adalah Rumah247.com. Rumah baru kami di Jagakarsa bahkan saya dapatkan infonya dari Rumah247.com,” ujar Nuniek.
Cerita Rumah Nuniek: Ambisi Punya Rumah di Kemang dengan Kolam Renang
Namun Nuniek belum tergerak untuk survei rumah langsung ke lokasi. Ia dan suami ingin memastikan sampai mereka benar-benar mampu membeli rumah yang mereka dambakan. Salah satunya, rumah yang dilengkapi kolam renang.
Mengapa harus ada kolam renang? Ceritanya bertahun-tahun sebelumnya terjadi satu peristiwa yang amat membekas di hati Nuniek. Dan peristiwa inilah yang memicu tekadnya untuk memiliki rumah yang di dalamnya terdapat kolam renang.
Jadi sewaktu anak sulungnya masih kecil, ia diajak oleh mama Nuniek menumpang berenang di sebuah rumah di Kemang, Jakarta Selatan – tanpa sepengetahuan Nuniek. Entah siapa pemiliknya. Kala itu mama Nuniek diajak oleh tetangga yang bekerja sebagai penjaga rumah itu. Kebetulan, sang pemilik rumah sedang berlibur ke luar negeri.
Langkah Pasti Punya Rumah Sendiri
Nuniek tentu kaget setelah mendengar kejadian ini. Saat itu juga ia bertekad suatu hari nanti akan membeli rumah di Kemang yang dilengkapi kolam renang, agar ibu dan anaknya tidak lagi menumpang berenang tanpa izin di rumah orang tak dikenal. Dan ada tiga kriteria yang ditetapkan Nuniek saat akan membeli rumah baru nanti.
Pertama, rumah itu harus memiliki kolam renang. Inilah syarat wajib yang sudah ditekadkan oleh Nuniek supaya anaknya tidak lagi menumpang berenang tanpa izin di rumah orang tak dikenal. Kedua, rumah ini juga harus lebih besar dari rumah pertama mereka. Dan nyatanya rumah yang dibelinya di Jagakarsa ini luas tanahnya bahkan hampir tiga kali lipat dari rumah pertama meraka.
Dan ketiga, rumah ini harus terletak di Jakarta Selatan. Area yang memang diidam-idamkan oleh Nuniek, karena ia tumbuh di rumah orang tuanya di Mampang, Jakarta Selatan, yang strategis. Setelah menikah dan tinggal bertahun-tahun di Pondok Gede, Bekasi, Nuniek memang punya target untuk bisa kembali pindah, punya rumah di area Jakarta Selatan.
Cerita Rumah Nuniek: Target Lokasi Rumah Impian di Kemang, Jakarta Selatan
Bertahun-tahun impian tentang rumah baru itu hanya dituangkan dalam dream board Nuniek. Ya, Nuniek sekeluarga memiliki dream board masing-masing. Barulah pada tahun 2017, Nuniek dan Natali merasa telah siap mewujudkan rumah impian mereka.
Apalagi ketika anak kedua Nuniek berulang tahun kesembilan, hadiah yang dimintanya adalah sebuah rumah baru. “Kan kata mommy, we’ll scale up to a new level,” katanya ketika Nuniek bertanya mengapa ia minta dihadiahi rumah baru.
Tahun 2017 ini, Nuniek dan Natali telah menentukan batas minimal dan maksimal harga rumah yang mereka cari. Target lokasi rumah impian mereka juga telah mengerucut ke tiga area: Kemang, Bidakara Pancoran, dan Permata Hijau, yang semuanya masuk wilayah Jakarta Selatan.
“Kemang adalah ambisi pribadi saya karena peristiwa anak yang menumpang berenang itu. Ha ha ha… Tapi Kemang macet dan ada wilayah yang tergenang banjir juga. Saya pernah dua hari berturut-turut terjebak macet selama dua jam, padahal rutenya berbeda. Saya langsung ilfeel dan menganggap ini pertanda dari Tuhan untuk tak mengambil rumah di sana,” ujar Nuniek.
Sementara Bidakara Pancoran dijadikan pilihan karena dekat dari kantor Natali yang dulu di Kuningan dan dekat dari rumah mama Nuniek di Mampang. Sudah ada satu rumah yang mereka incar dulu, tapi sayang harganya tiga kali lipat dari rumah mereka sekarang. Lantainya pun tiga setengah tingkat. “Membayangkan naik turunnya saja lelah,” kata Nuniek.
Terakhir, Permata Hijau. Area ini strategis dan masih masuk bujet. Namun pilihan rumahnya ternyata sedikit, karena di sana lebih banyak rumah lama yang sangat besar. Ada satu yang cukup menarik, tapi sayangnya tanpa kolam renang.
Cerita Rumah Nuniek: Batal Liburan ke Santorini, Beli Rumah, Transaksi, Langsung Huni
Ada lagi yang mereka taksir, tapi rumahnya tiga lantai dan luas tanahnya lebih kecil dari rumah mereka di Pondok Gede, Bekasi. Nuniek dan Natali pun tak pernah menyangka, rumah yang akhirnya berjodoh dengan mereka justru terletak di lokasi lain.
Pada Mei 2017, Nuniek dan Natali berencana berlibur ke Santorini, Yunani, dalam rangka perayaan hari jadi pernikahan mereka. Namun karena suatu hal, liburan itu terpaksa harus dibatalkan. Untuk menghibur hatinya, Nuniek kembali pada hobi lamanya yakni melihat-lihat iklan rumah.
“Suatu hari saat membaca artikel di internet, tahu-tahu ada iklan rumah muncul. Foto pertama yang saya lihat adalah kolam renangnya. Kok, saya tak pernah melihat iklan ini, ya? Padahal, sepertinya saya sudah khatam dengan semua iklan rumah di Jakarta Selatan,” tutur Nuniek.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com.
Harga rumah itu ternyata sedikit lebih rendah dari batas minimal yang ditetapkan Nuniek untuk pencarian rumahnya di internet. Karena itulah, iklan rumah ini tak pernah muncul. Padahal, rumah itu terletak di Jagakarsa, masih di Jakarta Selatan idaman Nuniek.
“Luas rumah itu 350 m2 di atas tanah 250 m2. Dijual fully furnished. Wah, too good to be true. Saya langsung googling apakah di rumah itu pernah terjadi kriminalitas. Ternyata aman. Saya putuskan untuk survei ke lokasi. Begitu dilihat, rumah itu bahkan lebih bagus dari fotonya!” ujar Nuniek.
Boleh dikatakan, Nuniek jatuh cinta pada pandangan pertama. Secepat kilat ia mengurus proses pembelian rumah. Bayangkan, 9 Mei 2017 ia dan suami batal ke Santorini, 14 Mei transaksi rumah langsung deal. Juni 2017, rumah itu mereka lunasi. Kemudian 10 Juli 2017, mereka sudah pindah ke rumah baru.
Cerita Rumah Nuniek: Sertifikat Rumah Masih Digadaikan di Bank
Selain faktor kolam renang, rupanya ada beberapa pertimbangan yang membuat Nuniek dan Natali begitu cepat mengambil keputusan. Pertama, pemandangan dari kamar utama sangat hijau karena pepohonan di luar. Dari kamboja, bugenvil, mangga, sampai pohon kelapa berderet-deret. Pepohonan itu terletak di batas kompleks dengan rumah tetangga.
Nuniek juga senang karena rumah itu sudah full furnished sehingga ia takkan repot mengisinya. Apalagi, selera pemilik rumah lama cocok dengan Nuniek dan suami. Material furnitur rumah itu juga kuat dan bagus. Antara lain, meja makan panjang dari kayu trembesi yang perlu delapan laki-laki dewasa untuk mengangkatnya.
Satu lagi, Nuniek ingin agar semua area rumah bisa terpakai. Jangan sampai ada yang kosong tak dimanfaatkan. Ia melihat, rumah dengan 3+1 kamar itu bisa ia gunakan secara optimal. Semua faktor ini membuat Nuniek dan Natali begitu cepat mengambil keputusan untuk membelinya.
Ini Risiko Beli Rumah yang Sertifikat Rumahnya Digadaikan
Walaupun proses pembelian rumahnya terhitung cepat, ternyata ada tantangan yang sempat dihadapi Nuniek di awal transaksi pembelian rumahnya. Si pemilik lama tak mau menunjukkan sertifikat rumahnya. Untunglah, hal ini tak berbuntut panjang karena Nuniek bersikeras melihat sertifikat rumah tersebut sebelum membuat kesepakatan pembelian.
“Ketika saya meminta pemilik lama menunjukkan sertifikat rumah, dia berkelit. Dia malah berkata, ‘Masa nggak percaya pada saya?’. Tentu saja saya tak mau membeli kucing dalam karung. Meskipun bangunan rumahnya ada, tapi tanpa sertifikat rumah kita bisa kalah, salah, kalau ada apa-apa,” urai Nuniek.
Setelah didesak, barulah pemilik lama mengakui jika sertifikat rumahnya digadaikan di bank. Nuniek kemudian meminta ditunjukkan surat bukti peminjaman dari bank. Ia bersyukur mengetahui fakta ini sejak awal.
Cerita Rumah Nuniek: Townhouse dengan Privasi Terjaga, Banyak Jalan Alternatif
Adapun terkait kendala yang dihadapi dalam proses pembelian rumahnya, Nuniek melakukan sejumlah langkah cerdas. Sebagian pembayaran ia setorkan langsung ke bank agar sertifikat rumah yang digadaikan penjual bisa dikeluarkan, sisanya ia lunasi pada si penjual rumah. Selanjutnya Nuniek langsung mengurus proses balik nama sertifikat.
“Ini pelajaran penting bagi para pencari rumah. Jangan segan-segan atau gengsi menanyakan sertifikat rumah, dan jangan mudah percaya saat transaksi jual beli rumah jika tidak ingin tertipu. Justru kalau transaksi dilandasi saling percaya, kejujuran, penjual rumah seharusnya terbuka dan bersedia menunjukkan sertifikatnya,” tegas Nuniek.
Sudah empat tahun kini Nuniek dan keluarganya menempati rumah di Jagakarsa. Walaupun tak sestrategis rumah mama Nuniek di Mampang, tetapi lokasi ini memilliki banyak jalan alternatif. Bila satu rute macet, masih ada empat rute alternatif lain. Namun macet di sini juga tak pernah terlalu panjang.
Prosedur dan Informasi Biaya Balik Nama Rumah
Dibandingkan rumah di Pondok Gede, tentu banyak kelebihan yang mereka rasakan. Salah satunya, kualitas udara di Jagakarsa yang menurut mereka jauh lebih baik. Dulu, Natali hampir tiap bulan ke dokter karena batuk. Kini nyaris tak pernah lagi. Namun mereka tak mau menjual rumah Pondok Gede karena faktor sentimental. Rumah itu mereka kontrakkan saja.
Satu kelebihan lain yang dirasakan Nuniek adalah posisi townhouse Jagakarsa ini tersembunyi, tidak terlihat dari jalan besar. Ia merasa privasinya sangat terjaga. Townhouse mereka hanya terdiri dari 12 rumah. Gerbang selalu ditutup dan dijaga satpam. Jadi tak sembarang orang bisa lalu lalang.
“Privasi ini penting buat saya. Dulu mama saya buka toko kelontong di rumah. Pembeli datang dan pergi. Kami tak bisa istirahat. Sedang makan enak, tahu-tahu ada yang beli minyak tanah. Terpaksa harus menuangkan minyak. Karena itu, saya bertekad tak mau berdagang di rumah,” tegas Nuniek seraya mengenang masa lalu.
Cerita Rumah Nuniek: Contekan Daftar Pertanyaan Wajib Saat Survei Rumah
Dan bagi Anda yang saat ini sedang berburu rumah impian, Nuniek menyarankan agar banyak bertanya saat survei rumah. Berdasarkan pengalamannya, berikut adalah daftar 10 pertanyaan wajib yang disusun Nuniek dan dibagikannya khusus untuk Anda:
- Berapa luas tanah dan luas bangunan di atas sertifikat dan kenyatannya? Terkadang luas keduanya bisa berbeda. Ada bagian lahan yang mungkin dijadikan jalan. (Untuk dapat menghitung luas tanah yang tepat, bisa baca di sini.)
- Apa status sertifikatnya? Sertifikat Hak Milik (SHM), Hak Guna Bangunan (HGB), Akta Jual Beli (AJB) atau apa? (Untuk mengetahui lebih lanjut, bisa baca di sini.)
- Terletak di zona apa rumah itu? Zona perumahan, komersial, atau jangan-jangan zona hijau?
- Milik pribadi atau warisan? Ini terkait dengan hak waris. Harus ada perjanjian dengan ahli waris lainnya untuk menghindari sengketa.
- Status pemiliknya menikah atau bercerai? Ini terkait dengan pembagian harta gono gini.
- Di mana sertifikat rumahnya? Kalau nama di sertifikat dan nama penjual berbeda, apa hubungan mereka?
- Apakah properti sedang disewa atau dikontrakkan? Nuniek berpengalaman membeli rumah kos di Benhil. Ternyata sudah ada satu penyewa yang sedang kos di sana. Ini terkait dengan kepada siapa uang sewa itu dibayarkan.
- Banjir atau tidak? Cek kompleks maupun aksesnya. (Mau tahu tips rumah anti banjir? Bisa baca di sini.)
- Air bening? Pompa air lancar atau tidak? Berapa kedalaman sumurnya? Cek dulu, karena masalah sumur tergolong renovasi besar. (Apa sih yang menyebabkan pencemaran air tanah? Cek di sini ya!)
- Ada kebocoran atau rayap? Ini juga terkait renovasi minor atau mayor. (Berikut adalah obat anti rayap paling ampuh untuk rumah Anda.)
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Itulah cerita perjuangan Nuniek yang lahir di kontrakan rumah petak, berdarah-darah merintis karir, hingga berhasil mewujudkan rumah impiannya, rumah dengan kolam renang. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di
Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Eyi Puspita, Foto: Lufti Hamdi