“Rumah bukan sekadar hunian, tapi juga tempat hati merasa nyaman. Tempat pulang dan menumpahkan rindu pada keluarga.” – Cerita Rumah Mira Dira
Bagi banyak orang, mencari rumah ideal yang bisa memenuhi semua kriteria pribadi sekaligus sesuai bujet bukan perkara mudah. Ada saja tantangan yang harus dihadapi. Namun di sisi lain, terkadang juga ada kemudahan tak terduga yang didapat dalam proses mewujudkan rumah impian. Mira Dira dan suaminya, Ota, merasakan benar tantangan dan kemudahan itu.
Tantangan mencari rumah, pembatalan rumah yang sudah dibayar DP-nya, hingga besaran DP yang jauh di luar perkiraan. Tantangan dan kemudahan terus datang silih berganti. Mereka berusaha fleksibel dalam menghadapi tiap tantangan. Sampai akhirnya, hunian impian berhasil didapatkan. Sebuah rumah di lokasi impian, Bogor Timur, yang masuk wilayah pusat kota, segala fasilitas tersedia dan mudah ke mana-mana.
Lagi cari rumah di pusat kota Bogor yang fasilitas kawasannya lengkap tersedia, dekat ke sekolah, dan dekat akses tol seperti rumah Mira Dira? Temukan pilihan rumahnya di area Bogor Timur dengan harga mulai dari Rp300 jutaan di sini!
Cerita Rumah Mira Dira: Tak Ingin Perpanjang Kontrakan Lagi, Cari Rumah Siap Huni
Saat mencari rumah, Mira mengincar lokasi yang mudah diakses dengan kendaraan umum agar memudahkan kerabatnya jika ingin bersilaturahmi ke rumahnya.
Sejak Mira menikah dengan Ota pada 2016, mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan di area Bogor Timur. Sebenarnya, saat itu Mira sudah memiliki rumah di Bogor Utara. Mira tinggal bersama dua anaknya dari mendiang suami pertama yang wafat pada 2010.
Sayangnya, akses ke rumah Mira di Bogor Utara kurang nyaman karena harus masuk gang. Karena itu Mira dan Ota memutuskan untuk pindah ke rumah sewa, walaupun rumah lama Mira tetap mereka pertahankan. Sekitar pertengahan 2018, Ota mengungkapkan niatnya untuk mulai mencari rumah bagi mereka.
“Dulu kami mengontrak rumah sebesar Rp30 juta setahun. Bagi kami, itu tentu bukan jumlah yang kecil. Apalagi, setahun rasanya cepat sekali berlalu. Sewa rumah kami perpanjang terus. Sayang uangnya, kan. Lebih baik uang sewa itu kami jadikan DP rumah,” urai Mira.
12 Tips Beli Rumah Baru dengan Cermat Agar Tidak Salah Pilih
Sebelum mulai mencari, Mira dan Ota berunding soal bujet dan rumah seperti apa yang ingin mereka beli. “Kami ingin rumah yang siap huni, agar tidak perlu memperpanjang kontrakan lagi. Selain itu, suami menyatakan bujetnya hanya cukup untuk membeli rumah dengan DP tipis. Namun ia meyakinkan sanggup membayar angsuran bulanannya kelak,” jelas Mira.
Selain mengunjungi pameran properti, Mira dan Ota biasanya langsung turun lapangan untuk survei perumahan di berbagai area incaran. Mira sendiri mengharapkan lokasi rumah yang mudah diakses dengan kendaraan umum. Ia tidak mau jika ada kerabat yang sulit bersilaturahmi ke rumah mereka karena tidak ada akses kendaraan umum.
Cerita Rumah Mira Dira: Beli Rumah Skema Syariah, Terganjal Sengketa Tanah
Pihak pengembang berterus terang bahwa ada masalah sengketa tanah dengan pemilik lama. Sebagai gantinya, pengembang menawarkan rumah di kompleks lain.
Mira lalu mendapat info dari seorang kawan tentang perumahan syariah di daerah Cilendek, Bogor Barat. Sesuai keinginan Mira dan suami, perumahan ini bisa memberikan DP tipis alias cukup ekonomis. Angsuran bulanannya tidak melalui KPR bank, melainkan dikelola sendiri oleh pengembang dengan skema syariah.
“Kami mendapatkan rumah yang cocok, tanahnya 100 meter persegi. Uang mukanya terbilang terjangkau bagi kami, Rp40 jutaan. Namun sebenarnya saya membatin, kok jauh sekali ya? Maklum, selama ini saya terbiasa tinggal di pusat kota. Selain itu, suami juga akan lebih sulit untuk berangkat kerja ke Jakarta, karena wilayah ini jauh dari jalan tol,” tutur Mira.
Mira berusaha legowo karena inilah rumah yang sesuai kemampuan mereka. Mencari rumah di pusat kota tentu mudah kalau bujetnya tak terbatas. Ia mencoba melihat sisi positif: Setidaknya, tinggal di Cilendek akan memudahkan anak-anaknya mengunjungi nenek mereka—orang tua mendiang ayah mereka—tinggal di dekat sana.
Ternyata –walau sudah telanjur membayar DP— perumahan syariah ini bukan jodoh mereka. Pihak pengembang berterus terang bahwa ada masalah sengketa tanah dengan pemilik lama. Sebagai gantinya, pengembang menawarkan rumah di kompleks lain yang jaraknya tidak sejauh perumahan pertama.
Setelah survei ke perumahaan syariah kedua, Mira sebenarnya kurang sreg melihat lokasinya: Sebidang tanah luas yang dibentengi pagar tinggi. Mira punya firasat kurang enak tentang asal usul tanah itu, namun ia menepis perasaannya.
Cerita Rumah Mira Dira: Tarik Uang Muka Rp40 Juta, Dijanjikan 90 Hari Kerja
Perumahan kedua ini rupanya juga bermasalah karena warga asli sekitar tidak setuju adanya pembangunan kompleks baru di wilayah mereka.
“Ah, sudahlah. Perumahan ini lebih baik dan lebih dekat dari yang pertama. Kami berusaha tahu diri saja. Kami memang lebih suka punya rumah di Bogor Timur atau Bogor Utara, tapi apa kami mampu membayarnya? Ya sudah, pasrah dan bersyukur saja. Mungkin memang skenario Allah agar kami tinggal di sini,” tutur Mira.
Mira dan Ota akhirnya sepakat mengambil rumah di sana. Namun ternyata lokasi ini pun bukan jodoh rumah mereka. Perumahan kedua ini rupanya juga bermasalah karena warga asli sekitar tidak setuju adanya pembangunan kompleks baru di wilayah mereka.
Mengetahui masalah ini, Mira dan Ota mengurungkan niat untuk membeli rumah di sana. Pengembang berjanji akan mengembalikan DP Rp40 juta yang sudah mereka bayarkan setelah 90 hari kerja. Mira pun kembali berburu rumah.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider.
“Sebenarnya saya pernah kerja 16 tahun di perusahaan pengembang. Bisa saja saya beli rumah yang mereka bangun. Tapi aturan mereka ketat. Misalnya, DP harus dibayar seminggu setelah booking fee. Jika telat, didenda. Padahal kami sedang menunggu uang cair dari perumahan syariah. Saya tak mau punya masalah dengan kantor lama,” ujar Mira.
Gagal berjodoh di perumahan yang sebenarnya memang kurang sreg di hati, Mira tak menyangka bakal menemukan rumah yang justru terletak di lokasi impiannya. Kebetulan, Ota pernah melihat spanduk yang mempromosikan klaster baru di dalam sebuah perumahan lama di Bogor Timur. Mereka datang untuk survei dan langsung merasa cocok.
Cerita Rumah Mira Dira: Dapat Rumah Strategis, Biaya AJB Sampai Balik Nama Gratis
Harga rumah yang ditawarkan sudah termasuk biaya lain-lain, antara lain biaya akta jual beli, BPHTB, dan balik nama sertifikat.
Klaster itu memenuhi semua kriteria yang mereka inginkan, terutama soal lokasi. Letaknya yang di wilayah pusat kota dan relatif dekat dari sekolah anak-anak mereka. Akses menuju jalan tol juga dekat dan mudah. Bagi Ota yang bekerja di Jakarta, akses tol ini tentu penting.
Jumlah rumah di dalam klaster hanya sembilan. Rumah yang ditawarkan terdiri atas dua lantai, seluas 85 meter persegi di atas tanah 95 meter persegi. Harganya Rp 1,1 miliar. Yang paling penting, ada promo DP tipis sebesar Rp30 juta saja! Masih ada bonus berupa kitchen set, kompor listrik, dan dua set AC.
“Sebelumnya, kami ungkapkan semua kebutuhan dan kondisi kami pada pengembang. Kami butuh rumah siap huni, kemampuan DP yang tidak besar, dan bahwa kami masih menunggu uang cair dari perumahan syariah,” ujar Mira.
8 Tambahan Biaya Jual Beli Rumah di Indonesia, Perlu Disiapkan!
Kebetulan, klaster ini tidak dimiliki oleh pengembang besar. Pemiliknya adalah individu yang memiliki tanah cukup luas, sehingga aturannya cukup fleksibel. Mira dipersilakan untuk booking rumah dahulu, lalu mengajukan KPR. Uang mukanya boleh dibayar kapan saja, setelah dana dari perumahan syariah cair.
Masih ada lagi kemudahan yang didapat Mira. Harga rumah yang ditawarkan sudah termasuk biaya lain-lain, antara lain biaya akta jual beli, BPHTB, dan balik nama sertifikat. Sebagai mantan staf perusahaan pengembang, Mira tahu betul bahwa jumlah biaya lain-lain ini cukup besar dan terkadang mengagetkan bagi yang tidak tahu.
Cerita Rumah Mira Dira: Plafon Pinjaman Bank Rp700 Juta, Kurang Rp280 Juta
Pengembang lagi-lagi memberikan kemudahan. Mereka mengusulkan agar bonus kompor listrik, kitchen set, dan AC dinominalkan sebesar Rp20 juta.
Sebelum booking rumah, Mira memeriksa dulu legalitas tanah pengembang. Syukurlah, pengembang langsung menunjukkan sertifikat yang sudah pecah. Pihak pengembang juga menceritakan latar belakang pemilik tanah. Selanjutnya, Mira tinggal membuat janji dengan BPN untuk pengukuran tanah untuk memastikan luasnya memang 95 meter persegi.
Ada kemudahan, ternyata ada pula tantangan, terutama soal pembiayaan. Walaupun pengembang memberikan DP tipis Rp30 juta, tapi bank berkata lain. Setelah menilai permohonan KPR dan penghasilan sang suami, bank bersedia memberikan KPR dengan syarat DP rumah sebesar Rp120 juta.
“Kami harus mencari kekurangannya Rp90 juta lagi, padahal sejak awal suami ingin DP tipis. Tapi pengembang lagi-lagi memberikan kemudahan. Mereka malah mengusulkan agar bonus kompor listrik, kitchen set, dan AC dinominalkan sebesar Rp20 juta. Tentu saja hal ini meringankan kami,” ujar Mira dengan ekspresi senang.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Mira dan Ota pun harus mengorek simpanan mereka. Kebetulan, Mira punya tabungan Jamsostek Ketenagakerjaan. Dana itu ia pinjamkan dulu pada suaminya untuk menutup sebagian kekurangan uang muka – walau jumlahnya tidak sebesar yang harus dikeluarkan suaminya. Mereka pun akhirnya berhasil mengumpulkan DP sebesar Rp120 juta.
Namun tantangan pembiayaan masih ada lagi. Bank ternyata tidak mau memberikan plafon pinjaman penuh. Bank hanya memberikan pinjaman sebesar Rp700 juta. Berarti Mira dan Ota masih punya kekurangan sekitar Rp280 juta lagi untuk membeli rumah senilai Rp1,1 miliar.
Cerita Rumah Mira Dira: Bayar Rp20 Juta Lunasi Kartu Kredit, Rumah Langsung Akad Kredit
Akad kredit rumah jatuh bertepatan dengan ulang tahun Mira, Januari 2019. Namun mereka belum langsung menempatinya karena menunggu renovasi dapur selesai.
Untungnya, bank juga memberikan solusi. Staf KPR bank ternyata mengenal Mira, bahkan sering bertandang ke kantor lama Mira dulu. Mereka lalu mengunjungi Mira di rumah kontrakannya dan memberi saran agar Ota melunasi pinjaman tiga kartu kreditnya. Sebenarnya total pinjamannya relatif tidak besar, kurang dari Rp20 juta.
“Lebih baik Bapak mengeluarkan Rp20 juta untuk melunasi kartu kredit, daripada mencari Rp280 juta untuk menutup selisih harga rumah,” usul mereka. Jika pinjaman kartu kredit sudah lunas, bank akan mengusahakan plafon pinjaman penuh. Mira dan sang suami pun mengikuti saran ini.
Singkat cerita, permohonan KPR Mira dan Ota pun disetujui bank. Bank memberikan plafon nyaris penuh, yakni sebesar Rp900 juta dengan tenor 15 tahun. Dua tahun pertama, mereka mendapat bunga fixed. Dua tahun setelahnya barulah berlaku bunga floating.
Tips Rumah247.com
Sebelum mengajukan KPR pastikan catatan Anda di bank sehat. Tak ada tunggakan pinjaman sekecil apapun nominalnya karena bisa mengganjal pengajuan KPR Anda.
Momen yang tak terlupakan, akad kredit rumah jatuh bertepatan dengan ulang tahun Mira, Januari 2019. Namun mereka belum langsung menempatinya karena menunggu renovasi dapur selesai. Bagi Mira dapur adalah jantung rumah. Apalagi ia punya usaha rumahan makanan. Setelah dapur direnovasi –luas rumah bertambah menjadi sekitar 100 meter2— mereka pindah pada bulan Juni 2019.
Kini sudah tiga tahun Mira dan Ota serta tiga anak mereka menempati rumah ini. Mira dan Ota kini benar-benar merasa lega dan bahagia. Bukan hanya karena lokasi rumahnya yang strategis dan nyaman, tapi nilai investasi yang terus meningkat. Bahkan tiga bulan setelah membeli, harga rumah di sana langsung meningkat jadi Rp1,2 miliar.
Cerita Rumah Mira Dira: Dekorasi Rumah Gaya Skandinavia, Rumah Terus Melesat Harganya
Mira mendesain rumahnya dengan gaya skandinavia natural. Ia juga aktif berbagi inspirasi dekorasi rumah melalui akun instagramnya.
Mira tak tahu persis nilai rumahnya sekarang, tapi ada satu gerbang tol lagi yang baru dibuka di dekat perumahannya, yakni Gerbang Tol Summarecon. Sebelumnya sudah ada dua gerbang tol di sekitar sana: Gerbang Tol Baranangsiang dan Kedung Halang BORR.
Akses tiga tol ini tentu akan semakin meningkatkan nilai investasi perumahan sekitarnya.
“Bogor adalah tempat saya. Di sini saya sudah nyaman. Kalau ada rezeki, tentu saya dan suami ingin beli rumah lagi, sekadar sebagai aset untuk bekal anak-anak. Namun saya tidak terpikir ingin tinggal di daerah lain, atau ingin mendesain rumah dengan gaya berbeda,” ujar Mira.
TANYA RUMAH247.COM
Jelajahi Tanya Rumah247.com, ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami
Tanya Rumah247.com Sekarang
Saat ini, Mira mendesain rumahnya dengan gaya skandinavia natural. Ia juga aktif berbagi inspirasi dekorasi rumah melalui akun @rumah_aila dengan pengikut lebih dari 96 ribu. Walaupun begitu, ia tak pernah menargetkan ingin menjadi influencer atau punya banyak pengikut.
“Dulu, saya mencari inspirasi dekor rumah melalui tabloid dan medsos. Kini, saya ingin berbagi ilmu yang saya dapatkan pada orang lain yang mungkin sedang mencari inspirasi desain. Lagipula, senang juga jika habis capek beberes, lalu foto-foto rumah dan mengunggahnya ke Instagram. Rasanya, itu semacam reward bagi saya,” ujar Mira dipengujung cerita.
Itulah cerita perjuangan Mira Dira wujudkan rumah impian. Meski anggaran DP tipis dan beberapa kali menemui rintangan, akhirnya berhasil punya rumah di lokasi strategis. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri lainnya yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.
Hanya Rumah247.com yang percaya Anda semua bisa punya rumah
Teks: Eyi Puspita, Foto: Tody Harianto
Penyangkalan: Informasi yang disajikan hanya sebagai informasi umum. PropertyGuru Pte Ltd dan PT AllProperty Media atau Rumah247.com tidak memberikan pernyataan ataupun jaminan terkait informasi tersebut, termasuk namun tidak terbatas pada pernyataan ataupun jaminan mengenai kesesuaian informasi untuk tujuan tertentu sejauh yang diizinkan oleh hukum yang berlaku. Meskipun kami telah berusaha melakukan yang terbaik untuk memastikan informasi yang kami sajikan di dalam artikel ini akurat, dapat diandalkan, dan lengkap pada saat ditulisnya, informasi yang disajikan di dalam artikel ini tidak dapat dijadikan acuan dalam membuat segala keputusan terkait keuangan, investasi, real esate, maupun hukum. Lebih jauh, informasi yang disajikan bukanlah sebagai pengganti saran dari para profesional yang terlatih, yang dapat mengambil keputusan sesuai dengan kondisi dan situasi Anda secara pribadi. Kami tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari keputusan yang Anda buat dengan mengacu pada informasi yang tersaji dalam artikel ini.