“Bagaimana pun kondisinya, rumah adalah tempat keluarga berkumpul dan bertemu. Apalagi jika rumah itu milik kita sendiri, tentu lebih mengena di hati.” – Cerita Rumah David dan Xenix
Pasangan suami istri David Agustinus dan Gabriela Xenix Atheya sebenarnya belum punya rencana untuk membeli rumah, bahkan mereka hampir memperpanjang sewa unit apartemen mereka. Tapi nasib berkata lain. Akhir 2020, David mendapatkan insentif cukup besar dari kantornya. Mereka pun langsung berupaya mencari dan membeli rumah tinggal.
Tentu saja, selalu ada tantangan dalam proses mewujudkan rumah impian. David dan Xenix membeli rumah second dengan harapan hanya perlu merenovasi sedikit. Kenyataannya, mereka putuskan merobohkan rumah lama yang baru dibelinya dan membangun rumah baru. Anggaran rumah pun membengkak dibanding perhitungan awal.
“Kami beli tanah, tapi harga rumah,” seloroh David. Untunglah, di balik tantangan, juga ada kemudahan. Perjuangan mereka tidak sia-sia. Walaupun membeli rumah lama, tapi lingkungan mereka termasuk dalam kompleks baru Metland Cyber City, Cipondoh, Tangerang yang strategis, dekat tol, dan lengkap fasilitasnya.
Ingin punya rumah yang fasilitas kawasannya lengkap, ke Jakarta juga dekat karena nempel Jakarta Barat, seperti rumah David dan Xenix di Cipondoh, Tangerang? Temukan pilihan rumahnya harga di bawah Rp1 miliar di sini!
Cerita Rumah David dan Xenix: Pandemi Dapat Komisi Berlipat, Incar Rumah di Jakarta Barat

Sejak menikah pada 2018, David dan Xenix menyewa sebuah unit apartemen di Jakarta Barat, dekat kantor mereka. Keduanya sama sekali belum terpikir untuk membeli rumah sendiri karena tabungan mereka juga belum mencukupi. Namun ketika pandemi COVID-19 melanda pada 2020, kondisi finansial mereka malah membaik.
“Saya bekerja di divisi sales perusahaan IT. Saat pandemi 2020, penjualan saya meningkat pesat. Setelah mendapat komisi cukup besar, kami memutuskan mencari rumah. Awalnya kami berpikir, apa uangnya disimpan dulu? Nanti saja beli rumah saat bujet sudah terkumpul lebih banyak sehingga bisa membeli yang mantap,” urai David.
Namun banyak orang menyarankan David dan Xenix untuk langsung membeli rumah. Menahan-nahan bujet justru berisiko karena uang akan cepat ludes tanpa jadi apa-apa. Mereka pun membulatkan niat untuk membeli rumah. Bagi mereka, kesempatan memiliki rumah adalah berkah Tuhan yang tidak terduga sebelumnya.
Ada beberapa kriteria yang mereka tetapkan dalam mencari rumah, yakni: Lokasi di sekitar Jakarta Barat, harga sesuai bujet, dan luas tanah antara 84-120 meter2. Selain itu, mereka juga mendambakan daerah yang tidak banjir dan pengembangnya memiliki reputasi yang baik.
David dan Xenix mulai mencari rumah sejak awal 2021. Walaupun menginginkan rumah di sekitar Jakarta Barat, tapi mereka sempat mencari di daerah Jatiwarna Bekasi, dekat orang tua Xenix serta area Mangga Besar, dekat orang tua David. Mereka juga mencari ke Joglo, Citra Garden dan Green Lake City.
Cerita Rumah David dan Xenix: Tertarik Rumah Lama Dalam Kompleks Perumahan Baru

Mencari rumah yang memenuhi semua kriteria memang tidak mudah. Ada rumah yang luasnya cocok, tapi harganya melampaui bujet. Ada yang harganya cocok, tapi terletak di dalam gang. Padahal mereka menginginkan rumah dalam cluster.
Suatu hari, mereka mendatangi cluster baru Oxalis di Metland Cyber City, Tangerang. Ternyata, cluster itu sudah terjual habis. Fase keduanya baru akan dibangun empat tahun lagi. Namun mereka mendapat info kalau di sekitar sana banyak tanah kavling yang dijual. David dan Xenix pun berkeliling mencari kavling yang cocok.
Saat berkeliling, mereka mendapati beberapa rumah lama yang juga dijual. Rumah-rumah ini sebenarnya berada di kompleks perumahan Puri Metropolitan yang sudah berdiri cukup lama. Namun Metland mengambil alih, lalu membangun beberapa cluster baru dan mengembangkan wilayah itu hingga lebih hidup.
Lagi cari rumah, ruko, apartemen, atau investasi properti? Pahami potensi wilayahnya mulai dari fasilitas, infrastruktur, hingga pergerakan tren harganya pada laman AreaInsider
David dan Xenix jatuh hati pada kompleks ini. Apalagi, ada akses Tol Karang Tengah yang dekat sekali dari sana. Fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, juga pilihan tempat makan pun banyak. Di cluster Oxalis akan dibangun sport club yang bisa dipakai oleh semua penghuni. Kelak, juga akan dibangun mal dan jalur MRT.
“Kami tadinya memang mengincar area Jakarta Barat, tapi kompleks ini bisa dikatakan ‘mepet’lah. Perbatasan antara Jakarta Barat dan Tangerang. Apalagi suami saya kemudian pindah kerja ke Alam Sutra, jadi lebih dekat. Walaupun di sini kami membeli rumah lama, tapi kami akan mendapatkan fasilitas kompleks baru,” tutur Xenix.
Cerita Rumah David dan Xenix: Booking Fee Rp50 Juta, KPR Ditolak Kembali Setengahnya

Berkat info dari listing properti di jual di Rumah247.com, David dan Xenix menemukan sebuah rumah lama yang dijual seharga Rp1,3 miliar di sana. Mereka hampir saja membeli rumah itu, bahkan sudah deal harga dengan agen propertinya. Booking fee-nya bahkan senilai Rp50 juta.
“Saya bertanya pada agennya, jika permohonan KPR kami ditolak, bagaimana dengan booking fee yang sudah dibayarkan?” ujar David. “Kata agen, booking fee hanya akan dikembalikan 50 persen sebagai punishment. Lho, kok potongannya besar? Kalau Rp10 juta, masih okelah. Lagipula, masa kami mau beli rumah, malah dikasih punishment?”
David merasa tidak sreg dengan jawaban staf agen properti. Dari sini, ia mulai menimbang kembali keputusannya hingga akhirnya batal membeli rumah itu. Bersama Xenix, keduanya mencari-cari lagi rumah lain yang dijual di sekitar sana. Dasar jodoh, mereka menemukan satu rumah lagi persis di gang sebelah.
Jual atau beli rumah, manfaatkan saja jasa agen properti. Dan ini untungnya beli rumah pakai agen properti:
Kondisi rumah kedua ini memang tidak sebaik rumah pertama yang batal dibeli. Karena itu, harganya lebih murah, tepatnya Rp1,1 miliar. Mereka berpikir, pasti renovasinya lebih banyak dari rumah yang batal mereka beli. Namun setelah menimbang-nimbang, mereka memutuskan membeli rumah itu.
“Pertimbangannya, kami sudah cocok dengan kompleks ini. Di blok mana pun kami akan cari. Rumah yang kami beli terletak di dekat gerbang cluster. Jalanan depannya lebih luas dari rumah lain di cluster itu. Sekitarnya juga sudah ramai. Harganya pun paling murah dari semua yang kami survei,” jelas David.
Cerita Rumah David dan Xenix: Bukti Pajak Jadi Jalan Keluar Dapatkan Plafon KPR Besar

David dan Xenix mengajukan permohonan KPR ke tiga bank. Dua bank adalah saran dari agen properti, satu bank lagi disarankan oleh orang tua karena mereka memiliki kenalan di bank tersebut. Tapi bagi David dan Xenix, pertimbangan utama dalam mengambil KPR adalah bunga.
“Kami mendapat KPR dengan fixed rate lima tahun. Selepas lima tahun, baru berlaku floating rate. Kami mengambil tenor 20 tahun. Uang mukanya 30 persen dari harga rumah. Kami juga sudah mempersiapkan biaya lain-lain, termasuk biaya balik nama, juga biaya notaris yang ditanggung bersama dengan pemilik rumah lama,” tutur David.
David dan Xenix mengaku tidak kaget dengan biaya lain-lain ini, karena agen properti sudah menjelaskan pada mereka sejak awal tentang semua jenis biaya yang harus dikeluarkan. Menurut David, total yang dikeluarkannya saat itu –termasuk DP—adalah sekitar 35 persen dari harga rumah.
Temukan juga beragam tips, panduan, dan informasi mengenai pembelian rumah, KPR, pajak, hingga legalitas properti di Panduan Rumah247.com
Sementara, bank tidak mau memberikan KPR sebesar 100 persen dari permohonan David. Rupanya, gaji bulanan David dianggap kurang besar. Padahal, sebagai pekerja di divisi sales, porsi terbesar pendapatan David adalah insentif akhir tahun. Akhirnya ia menunjukkan bukti pajak yang memperlihatkan berapa penghasilan totalnya per tahun.
Benar saja. Setelah itu, bank menaikkan besar pinjamannya menjadi 90 persen dari permohonan David. Walaupun tidak persis 100 persen, tapi David dan Xenix sudah cukup lega dan bersedia menerima tawaran tersebut.
Cerita Rumah David dan Xenix: Pilih Bangun Baru Rp300 Juta Daripada Renovasi Rp150 Juta

David dan Xenix menandatangani akad kredit pada Agustus 2021. Mereka memulai proses ‘renovasi’ pada Oktober 2022. Walaupun sebenarnya, istilah yang lebih tepat adalah ‘membangun ulang’, karena mereka meratakan rumah lama dan membangun kembali dari nol.
“Kami ini orang awam, tidak mengerti soal renovasi rumah. Jadi kami bekerja sama dengan sebuah perusahaan rintisan yang menawarkan jasa lengkap, dari penyediaan material, jasa bangun dan renovasi rumah, sampai desain dan pengerjaan interior. Kami pikir langkah ini tepat,” ujar Xenix.
Setelah dihubungi, perusahaan ini langsung membuatkan grup Whatsapp dan mempertemukan David dan Xenix dengan kontraktor dan desainer. Perusahaan ini menjadi pihak ketiga atau perantara. Semua pembayaran diserahkan pada perusahaan ini, dan mereka juga akan bertanggung jawab jika ada masalah apa pun.
Sebelumnya, David dan Xenix harus menentukan dulu apakah mereka ingin merenovasi saja atau membangun rumah dari awal. Pertimbangannya, rumah itu sudah lama dan strukturnya belum tentu kuat untuk rumah dua lantai. Padahal, David dan Xenix punya impian jangka panjang untuk kelak memiliki rumah bertingkat.
“Biaya renovasi adalah Rp150 juta, sementara biaya membangun dari awal Rp 300 juta. Saya pikir, bagaimana jika sudah keluar Rp150 juta tapi strukturnya memang tidak kuat untuk membangun lantai dua? Berarti saya harus meratakan rumah lagi dan keluar biaya dua kali dong? Kami putuskan, bangun ulang dari awal saja,” jelas David.
Cerita Rumah David dan Xenix: Miskomunikasi Saat Pembangunan, Biaya Lebihi Anggaran

Bagi David dan Xenix, membangun rumah adalah bagian paling menantang dari seluruh proses mewujudkan rumah pertama mereka. Dari sisi pembiayaan, mereka harus mengeluarkan dana bangun rumah yang tadinya tidak diperkirakan. Apalagi, biaya totalnya ternyata membengkak dibandingkan angka dalam RAB.
Di awal saja, mereka harus mengeluarkan biaya izin pembangunan dan mengebor sumur baru. Jumlahnya sudah mencapai Rp15 juta, di luar RAB. Selain itu, yang membuat anggaran membengkak adalah penawaran upgrade beberapa material. Total akhirnya sekitar Rp400 juta.
David harus merogoh kocek sendiri dan melakukan pembayaran dalam lima tahap. Namun baginya, yang tak kalah menantang selain pembiayaan adalah manajemen pekerja serta miskomunikasi dalam proses pembangunan.
Tips Rumah.comPengerjaan sistem borongan ketika membangun rumah lebih banyak dipilih karena dinilai lebih mudah dan efisien. Namun, saat mencari pekerja untuk borongan bangunan, Anda harus cermat dan teliti. Pastikan punya reputasi nama baik dan dari proyek pernah dikerjakannya, dan perhatikan dengan teliti semua kesepakatan yang dibuat.
“Suatu kali, kontraktor mau mengecor. Saya sudah izin RT dan diperbolehkan, asal jangan pakai mobil besar. Di hari H, yang datang malah mobil besar. Lalu, di toilet sudah dipasangi keramik, tapi tak ada jalur water heater. Selain itu, mereka membuatkan titik listrik untuk AC, tapi tidak ada pipa pembuangannya,” urai David.
Xenix melanjutkan, “Kami merasa sudah menyampaikan kebutuhan water heater dan AC pada kontraktor, tapi dia bilang belum. Ketika rumah sudah jadi, kami terpaksa membobol tembok lagi. Ini menjadi pelajaran bagi kami, semua kebutuhan seharusnya tertulis, sebagai bukti.”
Cerita Rumah David dan Xenix: Kebahagiaan Punya Rumah Sendiri, Hasil Keringat Sendiri

Perusahaan vendor pembangunan rumah David, yang berperan sebagai pihak ketiga selalu menjadi penengah, walaupun tetap ada hal yang tidak bisa diselesaikan. Namun David dan Xenix sebagai orang awam merasa terbantu karena ada satu tim yang rutin datang mengecek proses pembangunan.
Mereka juga mendapatkan masa retensi 3 bulan untuk memperbaiki kerusakan apa pun secara gratis. Misalnya ketika kanopi solarflat mereka bocor berkali-kali, perusahaan tersebut mengganti semuanya termasuk rangkanya.
Pada Februari 2022, David, Xenix dan putra mereka Daxon akhirnya bisa menempati rumah baru mereka. Dibangun di atas tanah 90 meter2, rumah mereka memiliki luas 54 meter2 dan sudah dipasangi dak sebagai persiapan membangun lantai dua kelak.
“Akhirnya kami punya rumah sendiri, walau baru satu lantai. Setidaknya, kami mampu beli rumah sendiri. Saat ini, rumah inilah yang terbaik bagi kami – walau tetap ada impian untuk membuat lantai dua. Atau nanti jika tetangga sebelah mau menjual rumahnya, kami ingin membelinya dan memperbesar rumah ini,” kata David.
Itulah cerita pengalaman David dan Xenix yang di masa pandemi malah bisa punya rumah sendiri. Meski gaji dianggap tidak besar, bukti pajak jadi jalan keluar dapatkan plafon KPR besar. Masih banyak lagi kisah seputar perjuangan mewujudkan mimpi punya rumah sendiri yang juga tak kalah menginspirasi. Temukan kisahnya hanya di Cerita Rumah.